Industri Kreatif Indonesia

4. Industri Kreatif Indonesia

a. Histori Industri Kreatif

  Pada awal 1990, kota-kota di Inggris mengalami penurunan produktifitas dikarenakan beralihnya pusat-pusat industri dan manufaktur ke negara-negara

  36 Gatot Supramono, Hak Cipta Dan Aspek-Aspek Hukumnya, PT. RINEKA CIPTA, Jakarta, 2010, h. 16.

  37 Ibid. h,16. 38 Ibid, h.17.

  berkembang yang menawarkan bahan baku, harga produksi dan jasa yang lebih murah. Menanggapi kondisi perekonomian yang terpuruk, Perdana Menteri Inggris menawarkan agenda pemerintahan yang bertujuan untuk memperbaiki moral dan kualitas hidup warga Inggris dan memastikan kepemimpinan Inggris dalam kompetisi dunia di milenium baru, salah satunya dengan mendirikan National Endowmnet for Science and the Art yang bertujuan untuk mendanaipengembangan bakat-bakat muda di Inggris. Perdana Menteri Inggris melalui Departement of culture, media and Sport membentuk Creative Industries Task Force yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang konstribusi industri kreatif terhadap perekonomian Inggris. Pada tahun 1998, Departement of culture, media and Sport mempublikasikan hasil pemetaan industri kreatif Inggris yang pertama, dimana industri kreatif didefinisikan sebagai;

  ”those industries which have their origin in individual creativity, skill and talent, and which have a potential for wealth and job creation

  throurgh the generation and content” 39 (industri-industri yang memiliki asal-usul dalam kreativitas individu, keterampilan dan bakat yang

  dimiliki potensi kekayaan dan penciptaan lapangan kerja melalui generasi dan konten).

  Definisi Departement of culture, media and Sport ini selanjutnya banyak diadopsi oleh negara-negara lain termasuk Indonesia. Pendekatan pendefinisian definisi industri kreatif di Indonesia sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.

  39 httpwww.academia.edupengembangan-industri-kretif, diakses 04 Agustus 2015.

b. Industri Kreatif

  Secara umum sejarah perkembangan peradaban ekonomi dapat dibedakan menjadi empat (4) Zaman;

  1) Zaman pertanian

  2) Zaman industri

  3) Zaman informasi

  4) Zaman konseptual

  Indonesia telah melewati zaman pertanian, zaman industri dan zaman informasi, peradaban ekonomi sekarang ini masuk pada zaman konseptual dimana pada zaman ini yang dibutuhkan adalah para creator dan empatizer, kemampuan untuk mewujudkan kreatifitas yang dikaitkan dengan nilai seni teknologi pengetahuan atau budaya menjadi modal dasar untuk menghadapi persaingan ekonomi sehingga munculah ekonomi kreatif sebagai alternatif pembangunan

  ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 40

  Alasan mengapa Indonesia perlu mengembangkan ekonomi kreatif antara lain karena ekonomi kreatif berpotensi besar dalam memberikan konstribusi ekonomi yang signifikan. Menciptakan iklim bisnis yang positif untuk membangun citra dan identitas bangsa. Mengembangkan ekonomi berbasis kepada sumber daya yang terbaru, menciptakan inovasi dan kreatifitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa yang memberikan dampak sosial yang positif.

c. Ekonomi Kreatif pada Industri Kreatif

  Saat ini dunia telah memasuki era industri gelombang ke empat industri kreatif yang menembatkan kreativitas dan inovasi sebagai penggerak

  40 httparifh.blogdetik.comindustri-kreatifmusik, diakses 04 Agustus 2015.

  pertumbuhan ekonomi, John Howkins dalam bukunya The Creative Economy (2001) menemukan kehadiran ekonomi gelombang ke-empat setelah menyadari bahwa hak cipta di Amerika Serikat pada tahun 1996 mempunyai penjualan ekspor sebesar USD 60,2 miliar. Angka ini jauh melampaui ekspor industri lainnya seperti otomotif pertanian dan pesawat terbang, era industri kreatif merupakan kelanjutan dari era informasi, setelah Alfin Tofler dalam Future Shock (1970) mengungkapkan bahwa peradaban manusia terdiri dari 4 (empat) gelombang, era pertanian, era industri, era informasi dan era konseptual. Sementara ekonomi kreatif didefinisikan sebagai sistem kegiatan manusia yang berkaitan dengan produksi, distribusi, pertukaran serta konsumsi barang dan jasa yang bernilai kultural, aristik dan hiburan. Ekonomi kreatif bersumber pada

  kegiatan ekonomi dari industri kreatif. 41

  Ekonomi kreatif adalah proses peningkatan nilai tambah hasil yang berasal dari ekplorasi dan eksploitasi intelektual berupa kreativitas, keahlian, dan bakat individu menjadi suatu produk yang dapat dijual, di antaranya desain grafis, pelaku usaha kreatif belum bisa dikategorikan sebagai usaha mikro, kecil dan menengah ataupun sebagai industri rumah tangga sebab segmen dan kriterianya belum jelas. Namun, tidak semua pelaku ekonomi kreatif hanya melakukan usaha itu sebagai kegiatan yang sifatnya sementara sehingga perlu ada perhatian khusus pemerintah untuk mengidentifikasi dan mengembangkan ekonomi kreatif yang

  betul-betul punya ciri dan memiliki kopetensi pada perekonomi Indonesia. 42

  41 Iswajuni, Pengembangan Model usaha Ekonomi Kreatif Untuk Meningkatkan Daya Saing Di Pasar Global, Universitas Airlangga, surabaya, 2012, h. 7.

  42 Sri Iswati, Pengembangan Model Usaha Cloting (Distro) Untuk Memperkuat Ekonomi Ereatif

  Menuju Daya Saing Dipasar Global, Universitas Airlangga, Surabaya, 2013, h. 10.

  Industri kreatif merupakan usaha baru di Indonesia, pertama industri kreatif sudah ambil bagian dalam perekonomian di Indonesia walaupun belum sebesar industri disektor riil atau manufaktur. Industri kreatif memang lebih menitik beratkan pada inovasi-inovasi daya dan kreativitas sumber daya manusia. Indutri kreatif diperkirakan akan mampu mendongkrak ekonomi negara karena industri kreatif berbasis ide dan kreativitas dari sumber daya manusia yang tidak memilik batas. Disamping memiliki banyak keunggulan dalam perekonomian di suatu negara, namun disisi lain juga memiliki kerentanan yang tinggi dalam hal pembajakan. Sektor yang termasuk industri kreatif, antara lain arsitektur, disain, film,video dan fotografi, kuliner, kerajinan, mode, musik, penerbitan, permainan interaktif, periklanan, peneliti dan pengembangan, seni rupa, seni pertunjukan, teknologi informasi, televisi dan radio.

  Konstribusi industri kreatif saat ini sudah memberikan sumbangan ekspor pada negara yang lebih baik dari tahun-tahun yang lalu. Hal ini menunjukan bahwa produk yang dihasilakan oleh industri ekonomi kreatif Indonesia bisa diserap oleh negara-negara lain di dunia. Nilai ekspor industri ekonomi kreatif mempunyai nilai tambah yang tinggi karena industri kreatif tidak hanya berfokus pada memproduksi benda-benda fungsional tanpa memperhatikan disain. Indonesia sangat bisa bersaing untuk produk industri ekonomi kreatif, karena Indonesia mempunyai sumber daya manusia yang potensial dan dapat dikembangkan terus. Oleh karena itu Indonesia lebih bisa bersaing di bidang industri kreatif daripada bersaing pada produk-produk hasil produksi masal.

  Menurut Chris Bilton, ditinjau dari aspek manajemen dan psikologi, istilah “kreativitas” mengandung 2 (dua) aspek pertama, kreativitas berkaitan dengan sesuatu yang baru atau berbeda (aspek manajemen), kedua, individu harus diberikan kebebasan untuk mengekspresikan bakat dan visi mereka, bahwa

  sesuatu yang baru tersebut harus bermanfaat bagi publik (aspek psikologi). 43 sementara itu, istilah “industri kreatif” sebagai inti dari konsep “ekonomi kreatif”

  pertama kali diungkapkan oleh pemerintah Inggris yang sekaligus merupakan pionir di bidang industri kreatif. Adapun definisi yang dikemukakan adalah

  “those activities which have their origin in individual creativity, skill and talent, and which have a potential for wealth and job creation through

  the generation and exploitation of intellectual property”. 44 (kegiatan- kegiatan yang memiliki asal mereka dalam kreativitas individu,

  keterampilan dan bakat serta yang memiliki potensi kekayaan dan penciptaan lapangan kerja melalui generasi dan eksploitasi kekayaan intelektual).

  Konsep tersebut dimunculkan pada tahun 1997 sebagai upaya Pemerintah Inggris untuk mengurangi tingkat pengangguran yang sangat tinggi pada dekade 1980-an di dalam sebuah konteks dimana industrialisasi (dalam arti konvensional) tidak lagi menjadi pilihan untuk mengatasi persoalan tersebut karena secara politis tidak dimungkinkan. Membangun cafe dan restoran jauh lebih mudah karena tidak menimbulkan berbagai persoalan seperti pencemaran lingkungan, pembebasan lahan dan sebagainya, mereka berpendapat bahwa industrialisasi skala besar akan dilakukan di negara-negara dunia ketiga. Dalam sejarahnya, Inggris juga mengembangkan industri kreatif berkaitan dengan persoalan pengurangan

  43 Chirs Bilton. Management and Creativity: From Creative Industries to Creative Management. Blackwell Publishing. Oxford. 2007, h. 3.

  44 Roodhouse, The Creative Industries Definitional Discourse. Henry, C. and de Bruin, A. (Ed.). Entrepreneurship and the Creative Economy: Process, Practice and Policy: Edward Elgar

  Publishing Limited. UK. 2011. Glos. 9.

  aktivitas pendanaan bagi kegiatan yang berkaitan dengan seni, dengan demikian diperlukan suatu cara agar sektor kebudayaan tidak hanya dapat “menghidupi” dirinya sendiri, namun juga menjadi penghasil keuntungan ekonomi. Definisi tersebut tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh United National Conference on Trade And Development yaitu:

  “’Creative industries’ can be defined as the cycles of creation, production and distribution of goods and services that use creativity and intellectual capital as primary inputs. They comprise a set of knowledge- based activities that produce tangible goods and intangible intellectual or artistic services with creative content, economic value and market

  objectives.” 45 (industri kreatif dapat didefinisikan sebagai siklus penciptaan, produksi dan distribusi barang dan sevices yang

  menggunakan kreativitas dan modal intelektual sebagai masukan utama. Mereka terdiri dari serangkaian kegiatan berbasis pengetahuan yang menghasilkan barang berwujud dan jasa intelektual atau artistik tidak berwujud dengan kontem kreatif, nilai ekonomi dan tujuan pasar).

  Hal ini berkaitan pula dengan dikembangkannya konsep kota kreatif dimana salah satu pilar utamanya adalah pariwisata perkotaan, pariwisata perkotaan muncul karena terjadi proses de-industrialisasi di negara maju. Pariwisata jenis ini difokuskan kepada konsep “place marketing” atau “menjual suatu tempat” dengan cara memberikan citra tertentu pada suatu wilayah geografis agar menarik perhatian kalangan bisnis dan wisatawan. Fenomena de- industrialisasi tersebut terjadi karena perkembangan industri di wilayah perkotaan telah menyebabkan kota menjadi wilayah geografis yang tidak nyaman untuk ditempati sebagai akibat persoalan-persoalan yang berkaitan dengan aksesibilitas, fleksibilitas dan kualitas hidup, persaingan antar industri ditingkat global juga merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena tersebut, dengan

  45 J. Potts, Creative Industries and Economic Evolution. Edward Elgar Publishing Limited. 2011. Glos.10. UNCTAD. Creative Economy Report 2008. Geneva. UNCTAD: UK. 2008. 15.

  demikian, konsep ekonomi kreatif menggunakan prinsip pengetahuan atau kreativitas intelektual sebagai basis pembangunan ekonomi. 46 Oleh karena itu hal

  tersebut tidak dapat dipisahkan dari sumber daya manusia sebagai penciptanya. Namun demikian, jika dikatakan bahwa industri kreatif tidak menganut pola produksi dalam skala besar, dalam kenyataannya hal tersebut tidak sepenuhnya

  benar. 47

  Sebagai contoh, menulis sebuah buku adalah bagian dari industri kreatif, pada saat buku tersebut akan diproduksi sebanyak 1 (satu) juta eksemplar (karena merupakan buku yang sangat digemari konsumen), maka akan dibutuhkan industri skala besar untuk mewujudkannya. Di samping itu, definisi “industri” yang digunakan dalam hukum positif Indonesia masih merujuk kepada jenis industri yang bersifat konvensional, yaitu: “Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, danatau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri” (Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri).

  Istilah “sentra” digunakan untuk pengertian yang tidak seragam sebagai contoh, istilah sentra hak hekayaan intelektual dibentuk sebagai pusat pengelolaan dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual, namun demikian aktivitas sentra hak hekayaan intelektual sebenarnya adalah yang pada umumnya dilakukan oleh

  46 Antariksa. Penegakan Hukum Pariwisata Di DKI Jakarta Sebagai Destinasi Pariwisata Internasional. Makalah dalam Pendidikan dan Pelatihan Kepariwisataan. Jakarta: 8 November

  2011. .h. 4. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta:

  47 Roodhouse, S. The Creative Industries Definitional Discourse. Henry, C. and de Bruin, A. (Ed.). Entrepreneurship and the Creative Economy: Process, Practice and Policy: Glos. 10. (UK):

  Edward Elgar Publishing Limited. 2011.

  sebuah lembaga pengelola dan perlindungan hak hekayaan intelektual, sehingga istilah sentra tidak mengandung pengertian sebagai wilayah konsentrasi suatu kegiatan. Hal ini disebabkan fungsi sentra dimaksud adalah memacu dan menumbuhkan kesadaran bagi peneliti, inventor, pengusaha atau industri dan masyarakat atas hak hekayaan intelektual hak hekayaan intelektual, serta

  melindungi, mengelola dan memasarkan kekayaan intelektual. 48

  Dikaitkan dengan aktivitas usaha industri, sentra usaha kecil dan menengah diartikan sebagai pusat kegiatan dikawasan atau lokasi tertentu dimana terdapat usaha kecil dan menengah yang menggunakan bahan baku dan sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama atau sejenis serta memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi klaster. Istilah “klaster” itu sendiri di artikan sebagai pusat kegiatan usaha kecil dan menengah pada sentra yang telah berkembang, yang ditandai dengan munculnya pengusaha-pengusaha yang lebih maju, terjadi spesialisasi proses produksi pada masing-masing usaha kecil dan menengah dan kegiatan ekonominya saling terkait dan saling mendukung tentang pedoman penumbuhan dan pengembangan Sentra usaha kecil dan menengah.

  Pengertian Sentra usaha kecil dan menengah berbeda dengan kawasan industri, karena pengelompokan untuk kawasan industri memang sengaja diciptakan, sedangkan sentra-sentra usaha kecil dan menengah secara alamiah sebetulnya sudah mengelompok dengan perlakuan preferensial pemerintah

  48 Suranto. Visi Misi Kegiatan Sentra Hak Kekayaan Intelektul, Universitas Muhammadiyah Surabaya, 2012. h. 201. http:www.hki.umsurabaya.ac.idvisi-misi.html. diakses 20 Agustus

  Pada Peneliti.

  http:infopublik.orgmcjawa_timurindex.php?page=newsnewsid=19072, diakses 20 Agustus 2015.

  diberikan dalam hal program pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan menengah yang meliputi bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, dan teknologi yang menyediakan sumber-sumber pembiayaan

  seperti kredit bank, pinjaman lembaga nonbank, modal ventura, hibah. 49

  Untuk memahami persamaan dan perbedaan masing-masing peraturan perundang-undangan yang telah diuraikan di atas, dibawah ini diuraikan tujuannya sebagai berikut,

  1) Pembangunan Kawasan Industri ditujukan untuk mengendalikan pemanfaatan

  ruang, meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan, mempercepat pertumbuhan industri di daerah, meningkatkan daya saing industri, meningkatkan daya saing investasi, dan memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan infrastruktur, yang terkoordinasi antar sektor terkait (Pasal 2 Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia Nomor

  24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri).

  2) Dalam Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32

  Tahun 2009 tentang Tempat Penimbunan Berikat bahwa kawasan berikat adalah tempat penimbunan berikat untuk menimbun barang impor danatau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean guna diolah atau digabungkan, yang berhasilnya terutama untuk diekspor.

  3) Di dalam konsiderans huruf b pada Undang-Undang Republik Indonesia

  Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran Negara

  49 Achmad Setiawan. Fleksibilitas Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Dinamika Pembangunan, Semarang. 2004. h.121. : Masithoh. Tesis. Pengelolaan Lingkungan Pada Sentra

  Industri Rumah Tangga Pengasapan Ikan Bandarharjo Kota Semarang. Program Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang. 2008. h. 99.

  Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5066), disebutkan bahwa: “untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi nasional, perlu dikembangkan kawasan ekonomi khusus.

  4) Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1983 tentang

  Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3260), menjelaskan bahwa pembentukan zona ekonomi eksklusif Indonesia ditujukan untuk melaksanakan: hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, pengelolaan dan konservasi sumber daya alam dan kegiatan-kegiatan lainnya, yurisdiksi dan pelaksanaan hak dan kewajiban lainnya sesuai dengan ketentuan konvensi hukum laut yang berlaku.

  5) Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi menyebutkan bahwa pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam bertujuan untuk mengawetkan keanekaragaman tumbuhan dan satwa dalam rangka mencegah kepunahan spesies, melindungi sistem penyangga kehidupan, dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara lestari.

  6) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan dan tentang Peraturan Menteri

  Kehutanan Nomor P.56Menhut-II2006 ditujukan untuk pengelolaan sumber daya dan penataan ruang suatu wilayah geografis.

d. Potensi Ekonomi Kreatif

  Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep yang bersifat komposit atau gabungan dari berbagai sektor kegiatan, fenomena tersebut berbeda dengan sektor kegiatan lain yang relatif dapat berdiri sendiri seperti sektor transportasi. Pernyataan ini mengandung konsekuensi dalam hal kewenangan dalam pembuatan dan implementasi kebijakan, institusi disektor transportasi akan lebih menetapkan dan menerapkannya karena memiliki ruang lingkup pengaturan yang jelas, seperti: kendaraan bermotor (laut, darat dan udara), industri otomotif, standar kelayakan operasi kendaraan bermotor.

  Keberhasilan pembangunan ekonomi kreatif sangat bergantung kepada tingkat kesuksesan koordinasi lintas sektor, kegagalan koordinasi berarti pemborosan kebijakan yang telah disusun dan ditetapkan karakteristik tersebut tidak banyak berbeda dengan sektor pariwisata, dalam berbagai bidang pemerintah telah membentuk bermacam-macam lembaga yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, persoalan yang akan muncul adalah jika terlalu banyak lembaga dibentuk tanpa hasil yang optimal, atau sekedar dibentuk untuk menunjukkan bahwa pemerintah telah melakukan sesuatu. Hal tersebut dapat berakibat berkembangnya sikap apatis masyarakat karena melihat pemerintah melakukan tindakan-tindakan yang dikatagorikan sebagai “business as usual”, oleh karena itu, jika pemerintah akan membentuk suatu lembaga yang berkaitan dengan sektor ekonomi kreatif, pertama-tama harus dapat diperkirakan Keberhasilan pembangunan ekonomi kreatif sangat bergantung kepada tingkat kesuksesan koordinasi lintas sektor, kegagalan koordinasi berarti pemborosan kebijakan yang telah disusun dan ditetapkan karakteristik tersebut tidak banyak berbeda dengan sektor pariwisata, dalam berbagai bidang pemerintah telah membentuk bermacam-macam lembaga yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, persoalan yang akan muncul adalah jika terlalu banyak lembaga dibentuk tanpa hasil yang optimal, atau sekedar dibentuk untuk menunjukkan bahwa pemerintah telah melakukan sesuatu. Hal tersebut dapat berakibat berkembangnya sikap apatis masyarakat karena melihat pemerintah melakukan tindakan-tindakan yang dikatagorikan sebagai “business as usual”, oleh karena itu, jika pemerintah akan membentuk suatu lembaga yang berkaitan dengan sektor ekonomi kreatif, pertama-tama harus dapat diperkirakan

  Potensi persoalan lain yang harus diantisipasi adalah tingkat harapan masyarakat jika suatu lembaga ekonomi kreatif dibentuk danatau mendapatkan pengakuan dari pemerintah. Masyarakat tentunya akan sangat mengharapkan bantuan atau insentif dari pemerintah, dalam yang berbentuk finansial maupun non-finansial. Sebuah ruang kreatif, pusat kreatif, Sentra kreatif, kawasan kreatif, desa kreatif atau kabupatenkotamadya kreatif harus menjadi lebih istimewa dibandingkan dengan yang sifatnya non-kreatif, jika tidak maka lembaga-lembaga kreatif tersebut akan kehilangan momentumnya untuk tumbuh dan berkembang serta menjadi bukti keberhasilan pembangunan ekonomi kreatif di Indonesia, ini berarti bahwa pemerintah harus sudah mempersiapkan infrastruktur penyediaan insentif dalam bentuk apapun yang diperlukan atau dijanjikan secara efektif dan efisien, seperti pengurangan pajak, kredit perbankan, bantuan promosi dan penjualan.