24
Sejarah Pemilihan Umum Sebelum Perubahan UUD 1945 NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - Buku V
1  Pemilihan umum yang dimaksud dalam  Ketetapan  ini diikuti  oleh  partai-partai  politik  yang  telah  memenuhi
persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang  berlaku  serta  mempunyai  kedudukan,  hak,  dan
kewajiban yang  sama.
Pada  akhirnya  Pemilu  dilaksanakan  pada  7  Juni  1999. Pemilu dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang No. 3 Tahun
1999 tentang Pemilihan Umum dan UU Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. Peserta
Pemilu  1999    adalah    48  partai.  Ini  sudah  jauh  lebih  sedikit dibandingkan dengan jumlah partai yang ada dan terdaftar di
Departemen Kehakiman dan HAM, yakni 141 partai. Sementara itu,  jumlah calon  pemilih yang  terdaftar  127.558.062 orang.
16
Hasil  pembagian  kursi  itu  menunjukkan  lima  partai besar  meraup  417  kursi  DPR  atau  90,26  persen  dari  462
kursi yang diperebutkan.  PDI-P  meraih  35.689.073 suara atau 33,74  persen dengan  perolehan  153  kursi.  Golkar  memperoleh
23.741.758  suara  atau  22,44  persen  sehingga  mendapatkan 120  kursi.  PKB  dengan  13.336.982  suara  atau  12,61  persen
mendapatkan  51  kursi.  PPP dengan  11.329.905 suara atau  10,71 persen  mendapatkan  58  kursi.  PAN  meraih  7.528.956  suara
atau 7,12 persen mendapatkan 34 kursi. PBB meraih 2.049.708 suara atau  mendapatkan  13  kursi.
Selain menetapkan hasil pemilu, KPU juga menetapkan jenis dan jumlah anggota MPR Utusan Golongan, yaitu sebanyak
9  jenis  golongan.  Kesembilan  golongan  itu  adalah  golongan agama  20  orang;  golongan  veteran,  perintis  kemerdekaan,
dan  pejuang  5  orang;  golongan    ekonomi  dan  badan-badan kolektif lain 9 orang; golongan perempuan 5 orang; golongan
etnis  minoritas  5  orang;  golongan  penyandang  cacat  2 orang;  golongan  budayawan,  ilmuwan,  dan  cendekiawan  9
orang; golongan pegawai negeri sipil 5 orang; dan golongan mahasiswa,  pemuda,  dan  LSM  5  orang.  Selain  itu,  juga
terdapat  Utusan  Daerah  yang  dipilih  oleh  masing-masing provinsi.
16
Rudini, “Persiapan KPU dalam menyelenggarakan Pemilu” dalam Juri Ardiantoro ed., Transisi Demokrasi: Evaluasi Kritis Penyelenggaraan Pemilu 1999, Jakarta: KIPP, 1999,
hlm.  113.
25
Sejarah Pemilihan Umum Sebelum Perubahan UUD 1945 NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - Buku V
B. Sejarah Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
RI
1. Presiden dan  Wakil  Presiden  RI  Periode  1945–1967
Sebelum merdeka, para pendiri bangsa yang berhimpun dalam Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
BPUPK telah memperdebatkan perihal corak kepemimpinan di negara baru Indonesia kelak. Berbagai gagasan tentang lembaga
apa seharusnya yang memimpin negara Indonesia dinarasikan penulis dari  tabel yang dibuat oleh  A.B.  Kusuma.
17
Sepuluh orang yang terdiri dari Hoesein Djajadiningrat, Soepomo,  Soebardjo,  Singgih,  Boentaran,  Soetardjo,
Sastromoeljono,  Soewandi,  A.A.  Maramis,  dan  Soerachman mengusulkan  agar  negara  Indonesia  diperintah  oleh  suatu
Dewan Pimpinan Negara yang terdiri dari tiga orang anggota. Para  anggota  tersebut  dipilih  dengan  suara  terbanyak  oleh
orang-orang  terkemuka di  seluruh  Indonesia.
Sementara  itu,  anggota  lain  bernama  Rooseno mengusulkan    agar  Pemimpin  Besar  dan  Pemimpin  Daerah
ditunjuk  oleh  Balatentara  Dai  Nippon.  Di  samping  itu,  ada parlemen  dan  Majelis  Penasihat.  Ny.  Soenario  mengusulkan
agar  bentuk  pemerintahan  pegawai  sekarang  diteruskan dengan  Wali  Negeri  sebagai  Kepalanya,  sebagai  pengganti
Saikoo  Sikikan,    sedangkan  Poerobojo  berpendapat  bahwa pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri dengan menteri-
menterinya. Perdana Menteri ditetapkan oleh Badan Persiapan Kemerdekaan  Indonesia.  Menteri-menteri  lainnya  ditunjuk
oleh  Perdana  Menteri.
Ada  pula  yang  mengusulkan  agar  Indonesia  berbentuk monarki konstitusional yang dipimpin oleh seorang Maharaja.
Namun,  pangkatnya  tidak  bersifat  turun  temurun.  Usul  ini disampaikan  oleh  Soekiman,  sedangkan  Ny.  Maria  Ulfah
Santoso  mengusulkan  agar  tiap-tiap  putera  Indonesia  yang
17
Paparan  berikut  ini  diolah  penulis  dari  R.M. A.B.  Kusuma,  Lahirnya  Undang-Undang Dasar  1945,  Memuat  Salinan  Dokumen  Otentik  Badan  Oentoek  Menyelidiki  Oesaha-
Oesaha  Persiapan  Kemerdekaan,  Jakarta:  Badan  Penerbit  Fakultas  Hukum  Universitas Indonesia,  2004,  hlm.  181–183.
26
Sejarah Pemilihan Umum Sebelum Perubahan UUD 1945 NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - Buku V
cakap bisa dipilih sebagai kepala negara. Anggota bernama Aris mengusulkan  agar  Indonesia  dipimpin  oleh  seorang  Presiden
dengan  dibantu  seorang  Presiden  Muda.  Anggota  lain,  S. Tirtopratodjo, mengusulkan adanya Kepala Negara yang dipilih
untuk  masa  jabatan  lima  tahun  dan  sewaktu-waktu  dapat diberhentikan oleh  Badan  Perwakilan  Rakyat.
Usulan  terakhir  ini  tampaknya  yang  menginspirasi lahirnya  Pasal  6  Ayat  2  dan  Pasal  7  UUD  1945  sebelum
perubahan  sebagai  berikut.
Pasal  6
2  Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Per- musyawaratan  Rakyat dengan suara yang  terbanyak.
Pasal  7
Presiden  dan  Wakil  Presiden  memegang  jabatannya selama  masa  lima  tahun, dan  sesudahnya dapat dipilih
kembali.
Namun, setelah memproklamasikan kemerdekaan pada 17  Agustus  1945,  bangsa  Indonesia  belum  memiliki  perangkat
penyelenggaraan  negara  apapun.  Indonesia  belum  memiliki pemerintahan,  bahkan  tentara.  Satu-satunya  badan  yang  ada
waktu itu hanyalah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI yang dibentuk pada 9 Agustus 1945 sebagai kelanjutan
dari  BPUPK.  PPKI  dipimpin  oleh  Ir.  Soekarno  sebagai  ketua dan  Drs.  Mohamad  Hatta  sebagai  wakil  ketua.  Anggotanya
terdiri atas 19 orang yang mewakili Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil. Panitia inilah yang bekerja
untuk  merumuskan  semua  usaha  pembentukan  Indonesia sebagai  sebuah  negara  merdeka,  dalam  hal  ini,  termasuk
memilih  pemimpin  Indonesia.
Pada sidang pertamanya  tanggal  18 Agustus  1945,  PPKI menambah  lagi  anggotanya  sebanyak  enam  orang,  sehingga
seluruhnya  menjadi  27  orang.  Sidang  pertama  ini  memuat agenda  pokok  pengesahan  UUD  1945  yang  rancangannya
telah dirumuskan oleh BPUPK. Agenda pengesahan ini dibagi