DPR dan Konstituante Hasil Pemilu 1955
13
Sejarah Pemilihan Umum Sebelum Perubahan UUD 1945 NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - Buku V
Mekanisme pemilihan anggota DPR disebutkan dalam Pasal 56 UUDS 1950 adalah sebagai berikut.
Dewan Perwakilan Rakjat mewakili seluruh rakjat Indonesia dan terdiri sedjumlah Anggauta jang besarnja ditetapkan
berdasar atas perhitungan setiap 300.000 djiwa penduduk warga-negara Indonesia mempunjai seorang wakil;
ketentuan ini tidak mengurangi jang ditetapkan dalam ajat kedua pasal 58.
Akan tetapi, Pasal 57 UUDS 1950 menyebutkan sebagai berikut.
Anggauta-anggauta Dewan Perwakilan Rakjat dipilih dalam suatu pemilihan umum oleh warga-negara Indonesia jang
memenuhi sjarat-sjarat dan menurut aturan-aturan jang ditetapkan dengan undang-undang.
Namun, mengenai ketentuan tugas dan mekanisme pemilihan anggota Konstituante termaktub dalam Pasal 134
dan 135 UUDS 1950 yang berbunyi,
Konstituante Sidang Pembuat Undang-undang Dasar bersama-sama dengan Pemerintah selekas-lekasnja
menetapkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia jang akan menggantikan Undang-undang Dasar Sementara
ini.
Sementara itu, Pasal 135 UUDS 1950 berbunyi sebagai berikut.
1. Konstituante terdiri dari sedjumlah Anggauta jang besarnja ditetapkan berdasar atas perhitungan setiap
150.000 djiwa penduduk warga-negara Indonesia mempunjai seorang wakil.
2. Anggauta-anggauta Konstituante dipilih oleh warga- negara Indonesia dengan dasar umum dan dengan
tjara bebas dan rahasia menurut aturan-aturan jang ditetapkan dengan undang-undang.
3. Ketentuan-ketentuan dalam pasal 58 berlaku buat konstituante dengan pengertian bahwa djumlah-
djumlah wakil itu dua kali lipat.
Berkaitan dengan hal itu, pemerintah bersama DPR, menyusun undang-undang yang baru, yaitu Undang-Undang
Nomor 7 tahun 1953 tentang Pemilihan Anggota Konstituante
14
Sejarah Pemilihan Umum Sebelum Perubahan UUD 1945 NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - Buku V
dan Anggota DPR. Kehadiran UU ini sekaligus menggantikan UU Nomor 27 Tahun 1948 dengan segala konsekuensinya.
Salah satu konsekuensinya adalah meleburnya kantor- kantor badan penyelenggara pemilihan umum disesuaikan
dengan UU Nomor 7 Tahun 1953. Undang-undang ini diundangkan pada 7 April 1953 dan dimuat dalam Lembaran
Negara Nomor 19 Tahun 1953. Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 138 yang menyebutkan sebagai berikut.
Sedjak berlakunja undang-undang ini kantor-kantor badan-badan penjelenggara Pemilihan jang telah dibentuk
berdasarkan Undang-undang, Nr. 27 tahun 1948, masing- masing disesuaikan mendjadi kantor badan penjelenggara
pemilihan, jang dibentuk menurut undang-undang ini.
Dalam rangka melaksanakan ketentuan ini, dibuatlah Instruksi Menteri Kehakiman No. JB 293 tanggal 7 Juli 1953.
Isi instruksi tersebut yang pertama ialah Kantor Pemilihan Pusat KPP, Kantor Pemilihan KP, dan Kantor Pemungutan
Suara KPS yang sudah ada secara berturut-turut akan diganti dengan Panitia Pemilihan Indonesia PPI, Panitia Pemilihan
PP, dan Panitia Pemungutan Suara PPS.
Anggota PPI sekurang-kurangnya lima orang dan sebanyak-banyaknya sembilan orang, dua di antaranya
juga menjadi ketua dan wakil ketua. Mereka diangkat dan diberhentikan oleh Presiden untuk masa kerja empat tahun.
Di pundak PPI inilah, Pemilu 1955 sebagai pemilu pertama di Indonesia dilaksanakan.
Pemilu yang pertama kali tersebut berhasil diselenggarakan dengan aman, lancar, jujur dan adil, serta demokratis. Pemilu
1955 mendapat pujian dari berbagai pihak, termasuk dari negara-negara asing. Pemilu itu diikuti oleh 172 kontestan
yang terdiri dari partai politik dan calon perorangan. Sistem pemilihan yang digunakan dalam Pemilu 1955 ini adalah
proporsional yang tidak murni dengan 16 daerah pemilihan.
Pemilu untuk anggota Dewan Konstituante dilaksanakan pada 15 Desember 1955. Jumlah kursi anggota Konstituante
terpilih sebanyak 520, tetapi di Irian Barat yang memiliki jatah
15
Sejarah Pemilihan Umum Sebelum Perubahan UUD 1945 NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - Buku V
enam kursi tidak ada pemilihan, sehingga kursi yang dipilih hanya 514.