Pemilu dan Pembentukan DPRMPR Masa Orde
19
Sejarah Pemilihan Umum Sebelum Perubahan UUD 1945 NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - Buku V
Juli 1968. Di samping mengenai ketentuan waktu pelaksanaan Pemilu, juga ditetapkan perlu segera dibentuknya segenap
perangkat pelaksanaan Pemilihan Umum. Pasal 2 menyebutkan sebagai berikut.
Undang-Undang Pemilihan Umum dan Undang-Undang Susunan MPR, DPR, dan DPRD sudah harus selesai
diundangkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 6 enam bulan sejak tanggal penetapan ketetapan ini.
Dalam perkembangannya ternyata ketentuan dalam Pasal 1 dan Pasal 2 TAP MPRS XIMPRS1966 ini tidak
bisa dilaksanakan. Langkah selanjutnya ialah mengubah Ketetapan tersebut dengan Ketetapan MPRS XLIIMPRS1968
tentang Perubahan Atas Ketetapan MPRS XIMPRS1966 yang mengamanatkan Pemilu harus diselenggarakan selambat-
lambatnya pada 5 Juli 1971.
13
Pemilu kedua baru bisa diselenggarakan pada 5 Juli 1971, yang berarti setelah empat tahun Soeharto berada di kursi
kepresidenan. Undang-undang yang disusun oleh Pemerintah dan DPR-GR guna menjadi dasar pelaksanaan Pemilu 1971
adalah Undang-Undang No. 15 Tahun 1969 tentang Pemilu dan Undang-Undang No. 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan
Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.
Penyelenggara Pemilu sesuai dengan amanat UU No. 15 Tahun 1969 adalah Lembaga Pemilihan Umum LPU yang
dibentuk oleh Presiden. Kemudian, Presiden menetapkan pembentukan dan anggota LPU dengan Keppres No. 3 Tahun
1970.
Menurut Pasal 8 Ayat 7 UU No. 15 Tahun 1969, LPU merupakan lembaga yang bersifat permanen, yang terdiri atas
tiga unsur, yaitu dewan pimpinan, dewananggota-anggota pertimbangan, dan sekretariat. Keppres No. 07M 1970
menetapkan Menteri Dalam Negeri Amir Machmud sebagai
13
Di samping memuat perubahan diktum Pasal 1 TAP MPRS XIMPRS1966 juga mengubah diktum Pasal 2 sehingga berbunyi, “MPRS hasil Pemilihan Umum pada bulan
Maret 1973 bersidang untuk: a. memilih Presiden dan Wakil Presiden; b. menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara; c. menetapkan Rencana Pola Pembangunan Lima
Tahun ke-2.” Pasal 2 TAP MPRS XLIIMPRS1968.
20
Sejarah Pemilihan Umum Sebelum Perubahan UUD 1945 NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - Buku V
ketua LPU. Mereka dilantik oleh Presiden Soeharto pada 17 Januari 1970 di Istana Negara.
Hal yang berbeda dengan Pemilu 1955 adalah bahwa para pejabat negara pada Pemilu 1971 diharuskan bersikap netral.
Namun, pada Pemilu 1955 pejabat negara, termasuk perdana menteri yang berasal dari partai bisa ikut menjadi calon partai
secara formal.
Dalam hubungannya dengan pembagian kursi, cara pembagian yang digunakan dalam Pemilu 1971 berbeda dengan
Pemilu 1955. Dalam Pemilu 1971, semua kursi terbagi habis di setiap daerah pemilihan. Pembagian kursi pada Pemilu
1971 dilakukan dalam tiga tahap, hal ini dalam hal ada partai yang melakukan stembus accord, tetapi di daerah pemilihan
yang tidak terdapat partai yang melakukan stembus accord, pembagian kursi hanya dilakukan dalam dua tahap. Tahap
pembagian kursi pada Pemilu 1971 adalah sebagai berikut.
Pertama, suara partai dibagi dengan kiesquotient di daerah pemilihan. Tahap kedua, apabila ada partai yang
melakukan stembus accoord, maka jumlah sisa suara partai- partai yang menggabungkan sisa suara itu dibagi dengan
kiesquotient. Pada tahap berikutnya apabila masih ada kursi yang tersisa masing-masing satu kursi diserahkan kepada
partai yang meraih sisa suara terbesar, termasuk gabungan sisa suara partai yang melakukan stembus accoord dari perolehan
kursi pembagian tahap kedua. Apabila tidak ada partai yang melakukan stembus accoord, maka setelah pembagian pertama,
sisa kursi dibagikan langsung kepada partai yang memiliki sisa suara terbesar.
14
Sementara itu, dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD
disebutkan bahwa tidak seluruh anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum. Jumlah anggota DPR ditetapkan sebanyak
460 orang yang terdiri atas 360 orang anggota dipilih melalui pemilihan umum dan 100 orang anggota diangkat; 75 orang
14
Bintan R Saragih. Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1987, hlm. 185.
21
Sejarah Pemilihan Umum Sebelum Perubahan UUD 1945 NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - Buku V
mewakili Golongan Karya ABRI dan 25 dari Golongan Karya bukan ABRI. Ketentuan ini berlangsung hingga tahun 1997.
Mengenai keanggotaan MPR, dalam Undang-Undang yang sama disebutkan bahwa MPR berjumlah 920 orang, yang
terdiri atas 460 orang anggota DPR, 130 orang Utusan Daerah yang dipilih oleh DPRD I, 123 orang Utusan Partai Politik dan
Golongan Karya menurut imbangan hasil pemilihan umum DPR, 207 orang diangkat oleh Presiden mewakili Golongan
Karya ABRI dan bukan ABRI. Sementara partai-partai politik yang tidak memperoleh kursi dalam DPR mendapatkan
sedikitnya satu kursi dalam MPR.
15
Setelah Pemilu 1971, pelaksanaan Pemilu yang periodik dan teratur mulai terlaksana. Pemilu ketiga diselenggarakan
enam tahun lebih setelah Pemilu 1971, yakni tahun 1977. Setelah itu selalu terjadwal sekali dalam lima tahun.
Persiapan formal Pemilu 1977 dimulai pada 1975 ketika pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang Organisasi
Partai Politik dan Undang-Undang Penyelenggaraan Pemilu. Hasilnya adalah UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik
dan Golongan Karya. Kedua parpol adalah Partai Persatuan Pembangunan PPP yang merupakan fusi dari empat partai
Islam NU, PSII, Perti dan Parmusi dan Partai Demokrasi Indonesia PDI yang terbentuk dari gabungan tiga partai
nasionalis PNI, IPKI dan MURBA serta dua partai Kristen. Dua partai politik dan satu Golongan Karya itulah yang pada
akhirnya diperbolehkan untuk mengikuti Pemilu sejak tahun 1977. Pemilu tetap dilaksanakan menggunakan UU No. 16 tahun
1969. Dari segi jadwal sejak itulah pemilu teratur dilaksanakan. Badan penyelenggara Pemilu untuk Pemilu 1977 relatif sama
dengan Lembaga Pemilihan Umum LPU pada Pemilu 1971.
Pada Pemilu 1977 komposisi keanggotaan MPR mengalami perubahan karena Indonesia mengalami penambahan satu
provinsi dengan masuknya Timor Timur ke dalam NKRI pada 1976. Provinsi baru ini mendapatkan lima kursi sehingga
15
Sekretariat Negara Republik Indonesia, 30 Tahun Indonesia Merdeka 1965–1973. Cetakan Keenam. Jakarta: PT Citra Lamtoro Gung Persada, 1985, hlm. 221.
22
Sejarah Pemilihan Umum Sebelum Perubahan UUD 1945 NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - Buku V
jumlah Utusan Daerah bertambah menjadi 135 orang. Hal ini dikompensasikan dengan pengurangan jumlah kursi untuk
utusan partai politik dan Golongan Karya menurut perimbangan hasil Pemilu DPR menjadi 118 kursi.
Pada Pemilu 1982, untuk DPR, jumlah anggota DPR yang diangkat bertambah 100 orang sebagaimana diatur dalam UU
No. 16 tahun 1969. Sementara itu, komposisi keanggotaan MPR masih tetap mengacu pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1975 sebagai penyempurnaan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1969.
Setelah Pemilu 1987, komposisi keanggotaan DPRMPR berubah lagi. Perubahan ini didasarkan pada Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1985 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawartan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah Diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1975. Menyangkut
keanggotaan MPR ditetapkan dalam Pasal 3 bahwa jumlah anggota MPR adalah dua kali lipat jumlah anggota DPR.
Tambahan untuk anggota MPR sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 4 adalah sebagai berikut.
a. Utusan Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 ayat 2; b. Utusan Organisasi peserta Pemilihan Umum diajukan
oleh Dewan Pimpinan Pusat Organisasi peserta Pemilihan Umum yang bersangkutan dengan
mengambil nama-nama yang tercantum dalam daftar calon tetap untuk Pemilihan Umum keanggotaan
Dewan Perwakilan Rakyat yang telah disahkan; Utusan golongan karya ABRI ditetapkan oleh Presiden atas
usul Panglima Angkatan Bersenjata;
c. Utusan Golongan-golongan ditetapkan oleh Presiden baik atas usul organisasi golonpn-golongan maupun
atas prakarsa Presiden.”
Mengenai keanggotaan DPR, UU No. 2 Tahun 1985 menetapkan dalam Pasal 9 bahwa komposisi anggota DPR yang
terdiri dari wakil-wakil organisasi peserta Pemilu ditambah
23
Sejarah Pemilihan Umum Sebelum Perubahan UUD 1945 NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - Buku V
golongan karya ABRI. Sedangkan Pasal 10 menyebutkan jumlah anggota DPR ditetapkan sebanyak 500 orang; terdiri atas 400
orang dipilih dalam Pemilu dan 100 orang diangkat. Anggota golongan karya ABRI yang diangkat ditetapkan oleh Presiden
asal usul Panglima Angkatan Bersenjata Pasal 11.
Utusan Golongan tidak membentuk fraksi tersendiri, tetapi bergabung ke dalam tiga fraksi, yaitu Fraksi Karya
Pembangunan, Fraksi Persatuan Pembangunan, dan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia. Akan tetapi, pada pembentukan
DPRMPR setelah Pemilu 1992, 100 orang anggota Utusan Golongan yang diangkat Presiden menggabungkan diri ke
dalam Fraksi Karya Pembangunan. Model rekrutmen anggota DPRMPR seperti ini bertahan hingga tahun 1997.