DPR Hasil Pemilu 1955 DPR-GR 1960-1966

16 Sejarah Pemilihan Umum Sebelum Perubahan UUD 1945 NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - Buku V DPR-Gotong Royong DPR-GR. Istilah ”Gotong Royong” ditambahkan di belakang nama DPR untuk menekankan kehendak Presiden bahwa DPR harus menempuh cara kerja yang lain daripada DPR di masa Demokrasi Liberal. Presiden mengharapkan adanya kerja sama atas dasar bantu-membantu antara Pemerintah dan DPR. Penetapan ini mulai diberlakukan pada 24 Juni 1960. Pasal 1 Penpres No. 4 Tahun 1960 menentukan sebagai berikut. Sementara DPR belum tersusun menurut UU sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 1 UUD, maka susunan DPR yang dimaksud dalam Penpres No. 1 tahun 1959 diperbarui dengan menyusun DPRGR yang menjalankan tugas dan pekerjaan DPR menurut UUD 1945. Sementara itu komposisi keanggotaan DPR-GR diatur dalam Pasal 2 Penpres No. 4 yang berbunyi sebagai berikut. DPR-GR yang dimaksud Pada Pasal 1 terdiri atas wakil-wakil dari golongan-golongan politik dan dari golongan-golongan karya dan seorang wakil Irian Barat. 9 Ketua, wakil ketua, dan anggota DPR-GR berjumlah 283 orang, semuanya diangkat oleh Presiden dengan Keputusan Presiden No. 156 Tahun 1960. Selain itu, Presiden mengangkat Ketua DPR-GR sebagai menteri koordinator dan Wakil Ketua DPR-GR sebagai pejabat yang berkedudukan setingkat menteri. 10 Setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang melibatkan Partai Komunis Indonesia, DPR-GR membekukan sementara 62 orang anggota DPR-GR eks PKI dan ormas- ormasnya. DPR-GR terus berlanjut tanpa PKI dalam masa kerjanya satu tahun.

c. Pembentukan MPRS

Untuk melaksanakan Pembentukan MPRS sebagaimana diperintahkan oleh Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Presiden 9 Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hlm. 123. 10 Seperempat Abad, op.cit. hlm. 241-242. 17 Sejarah Pemilihan Umum Sebelum Perubahan UUD 1945 NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - Buku V mengeluarkan Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1959 yang mengatur pembentukan MPRS sebagai berikut. 1 MPRS terdiri atas anggota DPR Gotong Royong ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan- golongan. Yang dimaksud dengan daerah dan golongan- golongan ialah Daerah Swatantra Tingkat I dan Golongan Karya. 2 Jumlah anggota MPR ditetapkan oleh Presiden. 3 Anggota tambahan MPRS diangkat oleh Presiden dan mengangkat sumpah menurut agamanya di hadapan Presiden atau Ketua MPRS yang dikuasakan oleh Presiden. 4 MPRS mempunyai seorang ketua dan beberapa wakil ketua yang diangkat oleh Presiden. Anggota MPRS diangkat berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 199 Tahun 1960. Anggota MPRS berjumlah 616 orang yang terdiri dari 257 anggota DPR-GR, 241 Utusan Golongan Karya, dan 118 Utusan Daerah. 11

d. DPR-GR 1966-1971

Pada 2 Mei 1966, saat DPR-GR memulai masa persidangan keempat untuk masa sidang 1965-1966, ribuan mahasiswa memenuhi gedung dan ruangan sidang. Seorang anggota DPR-GR Dahlan Ranuwihardjo mengemukakan dalam sidang agar DPR-GR benar-benar membawakan aspirasi rakyat dengan menjalankan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Menurut Dahlan, sesuai jiwa UUD 1945, DPR tidak berdiri di bawah melainkan berdampingan dengan Presiden sehingga konsekuensi logisnya pimpinan DPR-GR hendaknya dipilih oleh anggota-anggota DPR-GR sendiri. Konsekuensi lanjutannya adalah bahwa Pimpinan DPR-GR tidak perlu menjadi anggota kabinet dengan diberikan pangkat menteri. Setelah mendengar pendapat golongan-golongan mengenai usul anggota Dahlan Ranuwihardjo tersebut, sidang DPR-GR pada 2 Mei 1966 memutuskan bahwa pimpinan DPR- GR demisioner dan mengangkat caretaker pimpinan DPR-GR. 11 ”Selayang Pandang MPR” dalam http:www.mpr.go.id