DPR-GR 1966-1971 Masa UUD 1945 Pasca-Dekrit Presiden 5 Juli 1959

18 Sejarah Pemilihan Umum Sebelum Perubahan UUD 1945 NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - Buku V Selanjutnya, dalam sidang pleno terbuka DPR-GR pada 17 Mei 1966 dipilih pimpinan DPR-GR yang baru. Sementara itu, komposisi anggota DPR-GR yang lama masih tetap dipertahankan. 12 Berdasarkan Ketetapan MPRS No. XXMPRS1966 tentang Memorandum DPR-GR mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peratutan Perundangan Republik Indonesia, yang kemudian dikukuhkan dalam UU No. 101966, DPR-GR menjalankan fungsinya kembali sebagai lembaga legislatif sesuai dengan UUD 1945.

5. Pemilu dan Pembentukan DPRMPR Masa Orde

Baru Presiden Soekarno diberhentikan oleh MPRS melalui Sidang Istimewa dengan Ketetapan MPRS XXXIIIMPRS1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno. Tap MPRS XXXIIIMPRS1967 tersebut juga memberikan mandat kepada Jenderal Soeharto untuk mengemban amanat sebagai Pejabat Presiden sampai dilaksanakannya Pemilihan Umum. Hal itu termaktub dalam Pasal 4 TAP MPRS XXXIIIMPRS1967 yang menyebutkan sebagai berikut. Menetapkan berlakunya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XVMPRS1966, dan mengangkat Jenderal Soeharto, pengemban Ketetapan MPRS No. IX MPRS1966 sebagai Pejabat Presiden berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya Presiden oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilihan Umum. Dengan berdasarkan pada Tap MPRS XXXIIIMPRS1967 tersebut, Soeharto bertindak sebagai Pejabat Presiden menggantikan Soekarno sampai terpilihnya Presiden baru oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil pemilihan umum. Ketentuan ini merupakan tindak lanjut dari Tap MPRS XI MPRS1966 tentang Pemilihan Umum yang mengamanatkan agar Pemilu bisa diselenggarakan selambat-lambatnya pada 5 12 Seperempat Abad DPR RI, Op.Cit., hlm. 337-339. 19 Sejarah Pemilihan Umum Sebelum Perubahan UUD 1945 NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - Buku V Juli 1968. Di samping mengenai ketentuan waktu pelaksanaan Pemilu, juga ditetapkan perlu segera dibentuknya segenap perangkat pelaksanaan Pemilihan Umum. Pasal 2 menyebutkan sebagai berikut. Undang-Undang Pemilihan Umum dan Undang-Undang Susunan MPR, DPR, dan DPRD sudah harus selesai diundangkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 6 enam bulan sejak tanggal penetapan ketetapan ini. Dalam perkembangannya ternyata ketentuan dalam Pasal 1 dan Pasal 2 TAP MPRS XIMPRS1966 ini tidak bisa dilaksanakan. Langkah selanjutnya ialah mengubah Ketetapan tersebut dengan Ketetapan MPRS XLIIMPRS1968 tentang Perubahan Atas Ketetapan MPRS XIMPRS1966 yang mengamanatkan Pemilu harus diselenggarakan selambat- lambatnya pada 5 Juli 1971. 13 Pemilu kedua baru bisa diselenggarakan pada 5 Juli 1971, yang berarti setelah empat tahun Soeharto berada di kursi kepresidenan. Undang-undang yang disusun oleh Pemerintah dan DPR-GR guna menjadi dasar pelaksanaan Pemilu 1971 adalah Undang-Undang No. 15 Tahun 1969 tentang Pemilu dan Undang-Undang No. 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. Penyelenggara Pemilu sesuai dengan amanat UU No. 15 Tahun 1969 adalah Lembaga Pemilihan Umum LPU yang dibentuk oleh Presiden. Kemudian, Presiden menetapkan pembentukan dan anggota LPU dengan Keppres No. 3 Tahun 1970. Menurut Pasal 8 Ayat 7 UU No. 15 Tahun 1969, LPU merupakan lembaga yang bersifat permanen, yang terdiri atas tiga unsur, yaitu dewan pimpinan, dewananggota-anggota pertimbangan, dan sekretariat. Keppres No. 07M 1970 menetapkan Menteri Dalam Negeri Amir Machmud sebagai 13 Di samping memuat perubahan diktum Pasal 1 TAP MPRS XIMPRS1966 juga mengubah diktum Pasal 2 sehingga berbunyi, “MPRS hasil Pemilihan Umum pada bulan Maret 1973 bersidang untuk: a. memilih Presiden dan Wakil Presiden; b. menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara; c. menetapkan Rencana Pola Pembangunan Lima Tahun ke-2.” Pasal 2 TAP MPRS XLIIMPRS1968.