6. Tanah tidak ada bangunan, penggunaan lahan untuk lahan ini adalah tanah kosong,
pertanian tanah basah, pertanian tanah kering, peternakan, perikanan, dan hutan. 7.
Lain-lain, penggunaan lahan untuk lain-lain yang dimaksud adalah jalan, sungai, saluran, rawa, dan waduk.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa guna lahan yang menguntungkan mempunyai keterkaitan yang besar dengan guna lahan yang tidak menguntungkan. Guna
lahan utama yang dapat dikaitkan dengan fungsi perumahan adalah guna lahan komersial, industri ringan, dan guna lahan publik maupun semi publik Chapin dan Kaiser, 1979.
a. Guna lahan komersial Fungsi komersial dapat dikombinasikan dengan perumahan melalui percampuran
secara vertikal. Guna lahan komersial yang harus dihindari dari perumahan adalah perdagangan grosir dan perusahaan besar.
b. Guna lahan industri Keberadaan industri tidak saja dapat memberikan kesempatan kerja, namun juga
memberikan nilai tambah melalui lansekap dan bangunan yang megah yang ditampilkannya. Jenis industri yang harus dihindari dari perumahan adalah industri
pengolahan minyak, industri kimia, pabrik baja dan industri pengolahan hasil tambang. c. Guna lahan publik maupun semi publik
Guna lahan ini meliputi guna lahan untuk pemadam kebakaran, tempat ibadah, sekolah, area rekreasi, kuburan, rumah sakit, terminal dan lain-lain.
2.2.3 Perubahan Guna Lahan
Pengertian perubahan guna lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Namun
dalam kajian land economics, pengertiannya difokuskan pada proses dialih gunakannya
lahan dari lahan pertanian atau perdesaan ke penggunaan non pertanian atau perkotaan. Perubahan guna lahan ini melibatkan baik reorganisasi struktur fisik kota secara internal
maupun ekspansinya ke arah luar Pierce, 1981. Perubahan guna lahan ini dapat terjadi karena ada beberapa faktor yang menjadi
penyebab. Ada empat proses utama yang menyebabkan terjadinya perubahan guna lahan yaitu Bourne, 1982:
1. Perluasan batas kota
2. Peremajaan di pusat kota
3. Perluasan jaringan infrastruktur
4. Tumbuh dan hilangnya pemusatan aktivitas tertentu
Menurut Chapin, Kaiser, dan Godschalk perubahan guna lahan juga dapat terjadi karena pengaruh perencanaan guna lahan setempat yang merupakan rencana dan kebijakan
guna lahan untuk masa mendatang, proyek pembangunan, program perbaikan pendapatan, dan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dari
pemerintah daerah. Perubahan guna lahan juga terjadi karena kegagalan mempertemukan aspek pasar dan politis dalam suatu manajemen perubahan guna lahan.
Menurut Chapin, 1996, perubahan guna lahan adalah interaksi yang disebabkan oleh tiga komponen pembentuk guna lahan, yaitu sistem pembangunan, sistem aktivitas
dan sistem lingkungan hidup. Didalam sistem aktivitas, konteks perekonomian aktivitas perkotaan dapat dikelompokkan menjadi kegiatan produksi dan konsumsi. Kegiatan
produksi membutuhkan lahan untuk berlokasi dimana akan mendukung aktivitas produksi diatas. Sedangkan pada kegiatan konsumsi membutuhkan lahan untuk berlokasi dalam
rangka pemenuhan kepuasan.
Kegiatan produksi dan konsumsi, keduanya bertemu pada sistem pasar dan harga lahan menjadi nilai standar untuk menentukan nilai lahan. Setiap aktivitas perkotaan
memiliki nilai sewa lahan untuk lokasi spesifik, yang dipengaruhi oleh nilai-nilai strategis yang diharapkan dan kemampuan kapasitas pembiayaan. Nilai lahan tertinggi akan
mengalahkan kompetisi didalam menawar dan memperoleh lahan untuk berlokasi. Proses penawaran lahan akan menjadi pertimbangan didalam kebijakan
pemerintah Kota didalam bidang pertanahan. Proses didalam pasar menentukan dengan tepat rencana guna lahan tanpa dipengaruhi tren pasar, dan kekuatan pasar cukup kuat
untuk mempertahankan rencana guna lahan sekarang sehingga rencana guna lahan dapat diabaikan.
Pada aspek penawaran, nilai harga lahan mengindikasikan tingkat keuntungan dari beberapa lokasi. Komponen dari Tingkat keuntungan terdiri dari nilai potensial lokasi
yang mendukung kegiatan produktifitas dan pemenuhan tingkat kepuasan dari aspek permintaan. Komponen utama dari tingkat keuntungan lokasi didalam studi adalah
aksebilitas, dan tingkat pelayanan level of service. Kedua komponen ini dibentuk oleh sistem pembangunan yaitu dari investasi publik atau swasta. Idealnya, investasi sistem
pembangunan, yaitu lokasi dan beberapa guna lahan mengacu pada rencana guna lahan yang bertujuan untuk mengefektifkan pembangunan untuk menciptakan pertumbuhan
sistem aktifitas secara langsung. Hasil dari sistem pembangunan, yaitu pada sistem aktivitas, aspek permintaan
dan penawaran lahan, tata guna lahan dan nilai pasar lahan akan menjadi titik awal dari penawaran lahan atau menjadi karakteristik pertumbuhan langkah berikutnya.
Dalam proses pembangunan kota, yang membawa perubahan dalam sistem aktivitas, mengakibatkan perubahan struktur penggunaan lahan melalui proses perubahan
penggunaan lahan kota. Secara umum, perubahan penggunaan lahan memiliki pengertian sebagai suatu penggunaan baru atas lahan yang berbeda dengan penggunaan lahan
sebelumnya. Dilihat dari faktor-faktor penyebabnya, pada umumnya proses perkembangan
penggunaan lahan kota-kota di Indonesia dipengaruhi faktor penentu dari segi ekonomi economic determinant. Menurut Santoso 1999, secara rasional pembangunan lahan oleh
masyarakat biasanya ditentukan berdasarkan pendapatan atau produktifitas yang bisa
dicapai oleh lahan, sehingga muncul konsep highest and best use, artinya adalah
penggunaan lahan terbaik adalah penggunaan yang dapat memberikan pendapatan tertinggi. Lahan dengan nilai lahan rendah, seperti lahan-lahan pertanian , berubah menjadi
aktivitas kota dengan nilai lahan yang lebih tinggi dan selanjutnya aktivitas kota ini berubah menjadi aktivitas kota lainnya dengan diikuti peningkatan nilai lahan. Jadi,
perubahan penggunaan lahan kota terjadi karena pergantian kegiatan kurang produktif menjadi kegiatan lain yang lebih produktif Jayadinata,1991.
2.2.4 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Guna Lahan