Arah Kebijakan Pembangunan FERRY WISNU ARDIANSYAH

penumpang antar kota maupun antar wilayah, mempunyai peran yang penting. Terminal sebagai simpul pertemuan angkutan umum penumpang menjadi titik potensial pengembangan kawasan, pusat kegiatan dan pertumbuhan.

2.5 Arah Kebijakan Pembangunan

Kebijakan pengembangan wilayah adalah berupa arahan-arahan pengembangan kawasan-kawasan produksi, pusat permukiman, simpul-simpul transportasi Laut, darat, Udara serta jaringan infrastruktur pendukungnya sesuai dengan tujuan sosial ekonomi yang diharapkan. Perumusan kebijakan ini biasanya didasarkan pada kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah. Ditingkat nasional, arah kebijakan pengembangan sosial ekonomi dan pengembangan wilayah di jelaskan dalam GBHN dan PROPENAS, sedangkan di tingkat daerah di jabarkan rencana tata ruang wilayahRiyadi, 2002 Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada Daerah. Pemberian kewenangan yang luas kepada Daerah memerlukan koordinasi dan pengaturan untuk lebih mengharmoniskan dan menyelaraskan pembangunan, baik pembangunan Nasional, Pembangunan Daerah maupun pembangunan antardaerah. Pembangunan yang ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat haruslah terintegrasi dengan pelaksanaan pembangunan di daerah dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Upaya tersebut dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan daerah sendiri dengan memperhatikan kondisi yang ada serta kemampuan menjawab tantangan yang timbul dari perkembangan di daerah mauopun nasional. Untuk mengatur perencanaan pembangunan nasional yang lebih baik dan terpadu maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional SPPN. Undang-Undang ini mencakup landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Dalam Undang-Undang ini ditetapkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan di pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat. Menurut Wiliam N Dunn 1998 menyebutkan bahwa proses kebijakan adalah serangkaian aktifitas intelektual yang dilakukan di dalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis. Aktifitas politis tersebut dijelaskan sebagai proses pembuat kebijakan dan divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung, yang diatur menurut urutan waktu, yaitu dimulai dari penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menurut UU No.25 tahun 2004 mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu: 1. Politik 2. Teknokratik 3. Partisipatif 4. Atas-bawah top-down 5. Bawah-atas bottom-up Sementara berdasarkan UU No 252004 tersebut, perencanaan pembangunan terdiri dari empat 4 tahapan yakni: 1. Penyusunan rencana; 2. Penetapan rencana; 3. Pengendalian pelaksanaan rencana; dan 4. Evaluasi pelaksanaan rencana. Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan pembangunan yang utuh.

2.6 Ringkasan Kajian Literatur