KINETIKA REAKSI ENZIMATIS Kinetika Reaksi Fermentasi Alkohol Dari Buah Salak

c. Nutrisi Selain sumber karbon, Saccharomyces cereviseaejuga memerlukan sumber nitrogen, vitamin danmineral dalam pertumbuhannya. Pada umumnya sebagian besar Saccharomyces cereviseae memerlukan vitamin seperti biotin dan thiamin yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Beberapa mineral juga harus ada untuk pertumbuhan Saccharomyces cereviseae seperti phospat, kalium, sulfur, dan sejumlah kecil senyawa besi dan tembaga [16]. d. pH pHpada proses fermentasi merupakansalah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan Saccharomyces cereviseae. Saccharomyces cereviseae dapat tumbuh dengan baik pada kondisi pH 4 – 6 [16]. e. Konsentrasi substrat Konsentrasi substrat yang terlalu sedikit akan mengakibatkan produktivitas menurun karena menjadi lelah dan keadaan ini memperbesar terjadinya kontaminasi. Peningkatan konsentrasi substratakan mempercepat terjadinya fermentasi terutama bila digunakan substrat berkadar tinggi. Tetapi jika konsentrasi substrat berlebihan akan mengakibatkan hilangnya kemampuan bakteri untuk hidup sehingga tingkat kematian bakteri sangat tinggi [9]. f. Waktu fermentasi Waktu fermentasi yang biasa dilakukan 3-14 hari.Jika waktunya terlalu cepat Saccharomyces cereviseae masih dalam masa pertumbuhan sehingga alkohol yang dihasilkan dalam jumlah sedikit dan jikaterlalu lama Saccharomyces cereviseaeakan mati maka alkohol yang dihasilkan tidak maksimal [18].

2.5 KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

Kinetika reaksi enzimatis pertama kalidisusun oleh Leanor Michaelis dan MaudMenthen untuk reaksi enzimatis substrattunggal.Reaksi ini terdiri dari satu jenissubstrat dan enzim. Dalam hal ini termasukreaksi enzimatis fermentasi gula menjadi ethanol.Teori kinetika enzimatis ini dikenalsebagai teori kejenuhan Saturation Kinetics yang disusun berdasarkan asumsi – asumsisebagai berikut : Universitas Sumatera Utara k 1 k 2 1. Jumlah atau konsentrasi substratsangat besar bila dibandingkandengan konsentrasi enzim sehingga,seluruh permukaan aktif enzim akantertutup substrat. Jadi reaksi enzimatis ini dikondisikan mengikuti reaksi orde satu semu. 2. Reaksi antara enzim dan substrat adalah reaksi kesetimbanganequilibrium. 3. Ikatan kompleks selalu beruraisemuanya menjadi produk. S+E ES P + E Bila telah tercapai keadaan seimbang maka kecepatan pembentukan kompleks ES sama dengan kecepatan peruraian kompleks ES;dengan catatan bahwa tetapan laju reaksi pembentukan ES dari produk sangat kecil sehingga dapat diabaikan. [ES] = [P] ...1 Konstanta Disosiasi : [ES] [E][S] K m  ...2 [E], [S], dan [ES] adalah konsentrasi dalamkeadaan kesetimbangan, masing – masing dariE,S dan ES. Jika konsentarsi enzim semulaadalah [E] o , maka konsentrasi enzim bebasyaitu:[E] = [E] o – [ES] ...3 [ES] = konsentrasi enzim yang berkaitandengan substrat, yang juga sama dengankonsentrasi produk [P]. Maka bila persamaan 3 dimasukkan ke dalam persamaan 2,didapatkan : [ES] ES][S] [ [E] K m   ...4 ] [ K [S] [E] [ES] [ES][S] [S] [E] [ES] K m m S     ...5 Laju reaksi, V = k3 [ES], sehingga bilapersamaan 5 dimasukkan kedalamnya,diperoleh : [S] K [S] [E] k V m 3   atau 1 [S] K [E] k V m 3   ...6 Universitas Sumatera Utara Bila konsentrasi substrat cukup besar sehinggasemua enzim terikat kepadanya, yaitu dalambentuk kompleks ES, maka akan didapat lajureaksi yang maksimum, V maks V maks = k 3 [E] ...7 Bila persamaan 6 dibagi dengan persamaan7, yaitu : 3 m 3 maks [E] k [S] K [S] [E] k V V   Diperoleh harga [S] K [S] V V m maks   ...8 Persamaan ini adalah persamaan Michaelis-Menten yaitu hubungan kuantitatif antara lajureaksi enzim dan konsentrasi substrat , bilaV maks atau K m diketahui. Karena sangat sulituntuk mencari harga V secara langsung daripersaamaan 8, maka persamaan tersebutdilinierisasi dengan metode Lineweaver Burk.           [S] 1 V K V 1 V 1 [S] V K [S] V [S] V 1 maks m maks maks m maks Data untuk menghitung harga K m dan V maks adalah dengan membuat grafik hubungan antara 1V dan 1[S]. Harga 1V maks adalah intercept dan K m V maks merupakan slope dari persamaan 10 Suharto, 1995.

2.6 POTENSI EKONOMI