merpakan buah yang dapat tumbuh baik di Indonesia. Sehingga ketersediaan bahan baku terjamin.
Karbohidrat dalam buah salak dapat difermentasi menjadi bioetanol melalui beberapa tahap, yaitu karbohidrat diurai terlebih dahulu melalui proses hidrolisis
sehingga menghasilkan glukosa. Kemudian glukosa difermentasi dengan menggunakan Saccharomycescereviseae menjadi bioetanol.
2.3 BIOETANOL DAN POTENSINYA
Bioetanol C2H5OH merupakan cairan dari fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol diartikan juga sebagai
bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang mengandung pati. Bioetanol dapat digunakan sebagai bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat
menyerupai minyak premium [13]. Bioetanol memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya.Oksigen
yang berikatan di dalam molekul etanol tersebut membantu penyempurnaan pembakaran antara campuran udara dan bahan bakar di dalam silinder. Ditambah
dengan rentang keterbakaran flammability yang lebar, yakni 4.3 – 19 vol dibandingkan dengan gasoline yang memiliki rentang keterbakaran 1.4 – 7.6 vol,
pembakaran campuran udara dan bahan bakar etanol menjadi lebih baik. Hal ini dipercaya sebagai faktor penyebab relatif rendahnya emisi CO dibandingkan dengan
pembakaran udara dan bensin, yakni sekitar 4.Etanol juga memiliki panas penguapan yang tinggi, yakni 842 kJkg [10].
Bioetanol dapat diproduksi dari berbagai bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia, sehingga sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan karena bahan
bakunya sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk menghasilkan bioetanol antara lain tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi, seperti tebu,
nira, aren, sorgum, ubi kayu, batang pisang, ubi jalar, jagung, bonggol jagung, jerami dan bagas ampas tebu. Banyaknya variasi tumbuhan menyebabkan pihak pengguna
akan lebih leluasa memilih jenis yang sesuai dengan kondisi tanah yang ada.
2.4 PEMBUATAN BIOETANOL
Bioetanol merupakan etanol yang bersumber dari bahan hayati. Bioetanol dapat diproduksi dari beberapa bahan secara fermentasi dengan bantuan
Universitas Sumatera Utara
mikroorganisme, sebagai penghasil enzim zimosa yang mengkatalis reaksi biokimia pada perubahan substrat organik. Mikroorganisme yang dapat digunakan untuk
fermentasi terdiri dari yeast ragi, khamir, jamur, dan bakteri. Saccharomyces cereviseae
lebih banyak digunakan untuk memproduksi alkohol secara komersial dibandingkan dengan bakteri dan jamur lainnya. Hal ini disebabkan karena
Saccharomyces cereviseae dapat memproduksi alkohol dalam jumlah besar dan
mempunyai toleransi pada kadar alkohol yang tinggi [22]. Terdapat 2 tahap reaksi pada pembuatan bioetanol, yaitu reaksi hidrolisis dan
reaksi fermentasi. Pati yang terdapat pada bahan baku dihidrolisis sehingga menghasilkan gula yang lebih sederhana seperti glukosa. Kemudian glukosa
difermentasi dengan bantuan Saccharomyces cereviseae menjadi bioetanol. Reaksi hidrolisis pati berlangsung menurutpersamaan reaksi sebagai berikut:
C
6
H
10
O
5
n + nH
2
O nC
6
H1
2
O
6
pati air
glukosa [2].
Perubahan glukosa menjadi bioethanol oleh sel-sel Saccharomyces cereviseae
: C
6
H
12
O
6 Saccharomyces cereviseae
2C
2
H
5
OH + 2CO
2
glukosa etanol
[12] Fermentasi bioetanol dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain:
a. Substrat Pada umumnya bahan dasar yang mengandungsenyawa organik terutama
glukosa dan pati dapatdigunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi bioetanol [16].
b. Suhu Suhu optimum bagi pertumbuhan Saccharomyces cereviseae dan
aktivitasinya adalah 25-35˚C. Suhumemegang peranan penting, karena secara langsungdapat mempengaruhi aktivitas Saccharomyces cereviseae dan secara tidak
langsung akan mempengaruhi kadar bioetanol yang dihasilkan [16].
Universitas Sumatera Utara
c. Nutrisi Selain sumber karbon, Saccharomyces cereviseaejuga memerlukan sumber
nitrogen, vitamin danmineral dalam pertumbuhannya. Pada umumnya sebagian besar Saccharomyces cereviseae
memerlukan vitamin seperti biotin dan thiamin yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Beberapa mineral juga harus ada untuk
pertumbuhan Saccharomyces cereviseae seperti phospat, kalium, sulfur, dan sejumlah kecil senyawa besi dan tembaga [16].
d. pH pHpada proses fermentasi merupakansalah satu faktor yang mempengaruhi
kehidupan Saccharomyces cereviseae. Saccharomyces cereviseae dapat tumbuh dengan baik pada kondisi pH 4 – 6 [16].
e. Konsentrasi substrat Konsentrasi substrat yang terlalu sedikit akan mengakibatkan produktivitas
menurun karena menjadi lelah dan keadaan ini memperbesar terjadinya kontaminasi. Peningkatan konsentrasi substratakan mempercepat terjadinya fermentasi terutama
bila digunakan substrat berkadar tinggi. Tetapi jika konsentrasi substrat berlebihan akan mengakibatkan hilangnya kemampuan bakteri untuk hidup sehingga tingkat
kematian bakteri sangat tinggi [9]. f. Waktu fermentasi
Waktu fermentasi yang biasa dilakukan 3-14 hari.Jika waktunya terlalu cepat Saccharomyces cereviseae
masih dalam masa pertumbuhan sehingga alkohol yang dihasilkan dalam jumlah sedikit dan jikaterlalu lama Saccharomyces cereviseaeakan
mati maka alkohol yang dihasilkan tidak maksimal [18].
2.5 KINETIKA REAKSI ENZIMATIS