Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi

6. Infundasi Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 C selama waktu tertentu biasanya 15-20 menit. 7. Dekok Dekok adalah infundasi pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air.

2.4 Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam stationary phase dan fase gerak mobile phase. Saat ini, kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dimanfaatkan untuk melakukan analisis, baik analisis kualitatif maupun kuantitatif, atau preparatif dalam bidang farmasi Rohman, 2007. Kromatografi pertama kali dikembangkan pada tahun 1903 oleh Michael Tswett, seorang ahli botani Rusia dalam memisahkan pigmen berwarna, sehingga dinamakan kromatografi. Namun sekarang hampir kebanyakan pemisahan secara kromatografi digunakan untuk senyawa tak berwarna Sastrohamidjojo, 1985.

2.4.1 Kromatografi Lapis Tipis

Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya komponen dalam campuran, identifikasi senyawa, memantau proses reaksi, menentukan efektifitas pemurnian, menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta untuk memantau kromatografi kolom, melakukan skrining sampel untuk obat Rohman, 2007. Fase diam pada KLT sering disebut penyerap, biasanya dapat melewati ayakan 250 mesh dengan ukuran partikel lebih kecil dari 63µm Gritter, et al., 1991. Banyak penyerap yang telah digunakan, termasuk silika gel dengan ketebalan sekitar 0,10 sampai 0,25 mm, didukung oleh plat kaca, aluminium atau plastik Wall, 2005. Permukaan polar dari gugus hidroksi silika gel berfungsi menarik molekul sampel. Lapisan silika gel harus sesedikit mungkin mungkin mengandung air, sehingga harus diaktifkan dengan pemanasan pada 100 C selama 1-3 jam. Jika suhu pengaktifan jauh di atas 110 C terjadi dehidrasi yang tak bolak- balik menyebabkan pemisahan kurang efektif. Setelah diaktifkan, lapisan disimpan dalam lingkungan yang kering Gritter, et al., 1991. Fase gerak adalah medium angkut, terdiri dari satu atau beberapa pelarut, yang bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena adanya gaya kapiler Stahl, 1985. Pemilihan sistem pelarut yang dipakai didasarkan atas prinsip like dissolves like, artinya untuk memisahkan sampel yang bersifat nonpolar digunakan sistem pelarut yang bersifat nonpolar juga. Proses pengembangan akan lebih baik bila ruangan pengembangan tersebut telah jenuh dengan uap sistem pelarut Adnan, 1997. Pelarut dalam ruangan pengembang dihindarkan dari atmosfer luar untuk menghindari penguapan komponen-komponen Sastrohamidjojo, 1985 dan campuran pelarut dianjurkan hanya dipakai untuk sekali pengembangan saja karena susunannya mudah berubah akibat salah satu komponennya menguap Gritter, et al., 1991. Harga dihitung dengan menggunakan perbandingan sebagaimana persamaan sebagai berikut: Harga maksimum adalah 1, sampel bermigrasi dengan kecepatan sama dengan fase gerak. Harga minimum adalah 0, dan ini teramati jika sampel tertahan pada posisi titik awal di permukaan fase diam Rohman, 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf pada KLT Sastrohamidjojo, 1985, antara lain: 1. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan 2. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya 3. Tebal dan kerataan lapisan penyerap 4. Derajat kemurnian fase gerak 5. Derajat kejenuhan uap pengembang pada bejana 6. Jumlah cuplikan 7. Suhu.

2.4.2 Kromatografi Kolom

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid Dari Fraksi N-Heksana Daun Gaharu (Aquilaria Malaccensis Lam.)

5 73 99

Karakterisasi Dan Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid Dari Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes (Mart.) Solms)

21 118 72

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid Dari Ekstrak N-Heksan Rumput Laut Turbinaria Ornata (Turner) J. Agardh

11 91 78

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Beberapa Fraksi Daun Ekor Naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans Dan Pseudomonas aeruginosa

17 99 87

Analisis Kandungan Mineral Esensial pada Daun Ekor Naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

6 31 102

Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Steroid/Triterpenoid Dari Akar Tanaman Ekor Naga (Rhaphidophora Pinnata Schott)

9 88 67

Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia Dan Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Daun Tanaman Ekor Naga (Rhaphidophora pinnata Schott.)

16 94 120

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid Dari Fraksi N-Heksana Daun Gaharu (Aquilaria Malaccensis Lam.)

0 0 26

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid Dari Fraksi N-Heksana Daun Gaharu (Aquilaria Malaccensis Lam.)

0 1 23

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid Dari Ekstrak N-Heksan Rumput Laut Turbinaria Ornata (Turner) J. Agardh

0 1 22