secara tradisional di Singapura Anonim, 2008. Masyarakat Indonesia juga telah menggunakan tanaman ekor naga sebagai obat anti kanker dan anti bakteri. Daun
ekor naga mengandung senyawa steroidtriterpenoid, alkaloid, flavonoid,saponin, tanin, glikosida , dan glikosida antrakuinon Nurhanifah,2009. Akar merupakan
salah satu bagian penting dari suatu tumbuhan. Akar berfungsi menyerap nutrisi dari tanah yang kemudian akan diedarkan keseluruh bagian tumbuhan dan sebagai
tempat penimbunan makanan. Gembong, 1994. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan isolasi
senyawa triterpenoidsteroid dari akar tanaman ekor naga. Penelitian ini diawali dengan melakukan skrining fitokimia, kemudian karakterisasi simplisia,
selanjutnya ekstraksi dilakukan dengan cara perkolasi dengan pelarut n-heksan dan dianalisis dengan Kromatografi Lapis Tipis KLT selanjutnya dipisahkan
dengan kromatografi kolom , isolat yang diperoleh dikarakterisasi dengan alat Spektrofotometer ultraviolet UV dan Spektrofotometer Infra Red IR.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah golongan senyawa steroidtriterpenoid, alkaloid, flavonoid,
glikosida, glikosida antrakuinon, saponin, dan tanin terdapat didalam serbuk simplisia akar ekor naga Rhaphidophora pinnata Schott?
2. diekstraksi dengan cara perkolasi menggunakan pelarut n-heksan dan
diisolasi dengan cara Kromatografi Kolom .
3. Apakah senyawa steroidtriterpenoid dari akar ekor naga dapat diisolasi
dari ekstrak n-heksan dan isolatnya dapat dikarakterisasi secara Spektrofotometri UV dan Spektrofotometri IR?
1.3 Hipotesa
1. Didalam serbuk simplisia akar ekor naga Rhaphidophora pinnata Schott
terdapat steroidtriterpenoid, alkaloid, flavonoid, saponin, glikosida, glikosida antrakuinon dan tanin.
2. Senyawa steroidtriterpenoid yang terkandung dalam ekstrak n-heksan
dapat diisolasi dengan cara Kromatografi Kolom. 3.
Senyawa steroidtriterpenoid dari akar ekor naga dapat diisolasi dari ekstrak n-heksan
dan isolatnya dapat dikarakterisasi secara Spektrofotometri UV dan Spektrofotometri IR.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui, apakah didalam serbuk simplisia akar ekor naga
Rhaphidophora pinnata Schott terdapat steroidtriterpenoid, alkaloid, flavonoid, saponin, glikosida, glikosida antrakuinon dan tanin .
2. Untuk mengetahui, apakah senyawa steroidtriterpenoid dalam ekstrak n-
heksan dapat diisolasi dengan cara Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom.
3. Untuk
mengetahui, apakah isolat dapat dikarakterisasi secara Spektrofotometri UV dan Spektrofotometri IR.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah informasi tentang karakteristik simplisia, dan kandungan kimia akar ekor naga.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman Ekor Naga
Tanaman ekor naga sejenis tanaman merambat yang besar, memanjat pada pohon yang tingginya bisa mencapai 5-15 m, daun berbentuk bulat memanjang,
daun berbagi-bagi, ujung daunnya meruncing, mempunyai toreh, dalamnya melebihi setengah panjang tulang daun yang berjumlah 7-12, dengan batang yang
bulat, dan mempunyai akar pelekat dan akar gantung yang panjang bergantungan seperti ular yang meliliti pohon. Tanaman ini berasal dari Himalaya sampai
Australia dan Pasifik Burkill, 1935; Heyne, 1987.
2.1.1 Sinonim Lemmens and Bunyapraphatsa, 2003
Epipremnun pinnatum L. Engl, Scindapsus pinnatus L. schott, Rhaphidophora merillii Engl
2.1.2 Nama Daerah Heyne, 1987
Indonesia : Tapanawa tairis Mal.
Sunda : Lolo munding, Lolo tali
Jawa : Jalu mampang, Sulang
Bali : Samblung
Sumatera Utara : Ekor naga
2.1.3 Sistematika Tanaman Ekor Naga Arthur, 1981
Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Arales
Famili : Araceae Genus : Rhaphidophora
Spesies : Rhaphidophora pinnata Schott.
2.1.4 Kegunaan Tanaman Ekor Naga
Kulit akar gantung dikunyah dengan pinang dan kapur, berguna untuk menguatkan akar gigi dan dapat menghitamkan gigi sebagai efek sampingnya.
Batang digiling dapat menyembuhkan anggota badan yang salah urat terkilir. Di Singapura, daunnya digunakan sebagai teh herbal untuk mengobati reumatik dan
kanker. Di Pilipina, getah dari batang tanaman digunakan untuk mengobati gigitan ular beracun. Di Vietnam, tanaman ini berguna untuk mengobati batuk, paralisis
dan konjungtivitis Heyne, 1987; Lemmens, 2003.
2.2 Uraian Kimia Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isopren, dimana kerangka karbonnya dibangun oleh dua atau lebih satuan
C
5
tersebut. Senyawa terpenoid terdapat bebas dalam jaringan tanaman, tetapi banyak diantaranya yang terdapat sebagai alkohol, aldehid Harbone,1987,
glikosida dan ester asam aromatik Sastrohamidjojo, 1996. Struktur kimia isopren dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Struktur Kimia Isopren Triterpenoid merupakan senyawa yang tidak berwarna, berbentuk kristal,
bertitik leleh tinggi dan optik aktif, yang umumnya sukar dicirikan karena tidak mempunyai kereaktifan kimia. Kebanyakan senyawa ini memberikan warna hijau-
biru dengan pereaksi Liebermann-Burchard asam asetat anhidrid-asam sulfat pekat Harborne, 1987.
Triterpenoid memiliki beberapa aktivitas fisiologi, antara lain untuk penyakit diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan
hati dan malaria Robinson, 1995, radang Aguirre, et al., 2006, analgesik Delporte, et al., 2007 dan kanker Atenza, dkk, 2009.
Triterpenoid dapat dibagi menjadi empat golongan senyawa, yaitu triterpenoid sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung Harborne, 1987.
1. Triterpenoid
Pembagian triterpenoid berdasarkan jumlah cincin yang terdapat pada struktur molekulnya Robinson, 1995, antara lain:
a. Triterpenoid asiklik, yaitu triterpenoid yang tidak mempunyai cincin tertutup
dalam cincin molekulnya, contohnya skualen. b.
Triterpenoid trisiklik, yaitu triterpenoid yang mempunyai tiga cincin tertutup dalam cincin molekulnya, contohnya ambrein.
c. Triterpenoid tetrasiklik, yaitu triterpenoid yang mempunyai tiga cincin tertutup
dalam cincin molekulnya, contohnya lanosterol. d.
Triterpenoid pentasiklik, yaitu triterpenoid yang mempunyai tiga cincin tertutup dalam cincin molekulnya, contohnya α-amirin. Struktur kimia
triterpenoid dapat dilihat pada gambar 2.
Skualen Ambrein
Lanosterol α-amirin
Gambar 2. Struktur Kimia Triterpenoid Senyawa triterpenoid tetrasiklik menarik perhatian karena kemungkinan
ada kaitan biogenesis dengan steroid, contohnya lanosterol, senyawa antara biosintesis steroid pada hewan. Triterpenoid pentasiklik paling tersebar luas,
umumnya pada tumbuhan berbiji, baik dalam bentuk bebas maupun sebagai glikosida Robinson, 1995.
2. Steroid
Steroid adalah senyawa yang memiliki kerangka dasar siklopentanafenantren. Pada umumnya, gugus metil berada pada C
10
dan C
13
. Rantai samping alkil dapat juga berada pada C
17
. Sterol adalah steroid yang memiliki gugus hidroksi pada C
3
. Atom karbon tambahan dapat berada pada rantai samping IUPAC, 1989. Struktur kimia dan sistem penomoran steroid
dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Struktur Kimia dan Sistem Penomoran Steroid 3.
Saponin
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi rendah sering menyebabkan
hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer sangat beracun untuk ikan. Diberikan nama saponin karena sifatnya yang menyerupai sabun bahasa
Latin, sapo: sabun. Saponin dibagi menjadi dua jenis, yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida steroid Robinson, 1995.
4. Glikosida Jantung
Glikosida jantung merupakan glikosida steroid dengan kerangka dasar siklopentanafenantren, gugus lakton tak jenuh pada rantai samping C
17
, sebuah gugus hidroksi pada C
14
dan glikon selalu terikat pada C
3
. Aglikon glikosida jantung ada dua, yaitu kardenolida gugus lakton pentasiklik pada C
17
dan bufadienolida gugus lakton heksasiklik pada C
17
Robinson, 1995.
2.3 Ekstraksi