Dinding kolom diketuk-ketuk untuk menghilangkan gelembung udara sambil dialiri dengan fase gerak sampai memadat. Kolom yang telah dikemas dibiarkan
selama 24 jam, kemudian kran kolom dibuka sampai genangan pelarut setinggi fase diam. Fraksi n-heksan dilarutkan dengan sedikit fase gerak dan ditambahkan
sedikit fase diam dan aduk rata, setelah fase gerak menguap dimasukkan ke dalam kolom secara perlahan-lahan dengan kran tertutup. Setelah sampel turun tepat
setinggi fase diam, melalui dinding kolom secara perlahan-lahan dialirkan fase gerak sambil kran kolom dibuka. Tetesan yang keluar diatur agar sama dengan
tetesan pelarut dari reservoir. Hasil elusi eluat ditampung dalam vial masing- masing sebanyak 5 ml. Selanjutnya terhadap eluat dipantau dengan KLT
menggunakan plat pralapis tipis silika gel GF
254
dengan fase gerak n-heksan- etilasetat 80:20, dan penyemprot Liebermann-Burchard, untuk pola
kromatogram yang sama hasilnya digabungkan menjadi satu fraksi.
3.10 Analisis KLT Hasil Kromatografi Kolom
Eluat yang diperoleh 83 vial. Hasil Kromatografi Kolom dikelompokkan menjadi 7 fraksi berdasarkan eluen yang digunakan , Pada F3 ditemukan kristal ,
kemudian dilakukan KLT terhadap F3, Hasil KLT ditemukan 1 noda berwarna ungu dengan harga Rf 0,48
3.11 Pencucian Kristal
Kristal hasil isolasi Kromatografi Kolom dicuci berulang kali dengan metanol dingin tetes demi tetes sampai diper.oleh kristal berwarna putih.
3.12 Uji kemurnian Isolat
Terhadap isolat dilakukan uji kemurnian dengan KLT dua arah dengan menggunakan fase gerak I yaitu n-heksan - etilasetat 80:20 dan fase gerak II
yaitu benzen – etil asetat 60:40 dengan fase diam plat pralapis dan penampak bercak pereaksi Liebermann-Burchard.
Cara kerja: Isolat ditotolkan pada plat pra lapis silika gel GF
254
ukuran 8 x 8 lalu dielusi memakai fase gerak I yaitu n-heksan - etilasetat 80:20 hingga mencapai
batas pengembangan, kemudian plat dikeluarkan dari dalam chamber dan dikeringkan. Setelah plat kering dielusi kembali dengan arah yang berbeda 90°
memakai fase gerak II yaitu benzena–etil asetat 60:40, disemprot dengan memakai penampak bercak Liebermann-Burchard, setelah itu plat dipanaskan
pada suhu 110°C selama 10 menit lalu diamati warna yang terbentuk.
3.13 Karakterisasi Isolat
Karakterisasi isolat secara Spektrofotometri ultraviolet dan
Spektrofotometri inframerah dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi UGM Jogjakarta.
3.13.1 Karakterisasi Isolat secara Spektrofotometri UV
Cara kerja: Karakterisasi isolat secara spektrofotometri UV dilakukan dengan cara
melarutkan isolat dalam pelarut metanol, kemudian dimasukkan kedalam kuvet yang telah dibilas dengan larutan sampel. . Selanjutnya absorbansi larutan sampel
diukur pada panjang gelombang 200-400 nm.
3.13.2 Karakterisasi Isolat secara Spektrofotometri IR
Cara kerja: Karakterisasi isolat secara spektrofotometri IR dilakukan dengan cara
mencampurkan 1 mg isolat dengan 150 mg kalium bromida menggunakan alat mixture vibrate, kemudian dicetak menjadi pelet pada tekanan 11,5 ton dan
dimasukkan kedalam spektrofotometer inframerah serta diukur absorbansinya pada bilangan gelombang 4000-400 cm
-
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi Bogor terhadap tumbuhan yang diteliti adalah tanaman ekor naga
Rhaphidophora pinnata Schott. Hasil identifikasi tumbuhan ekor naga dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 49 dan gambar tumbuhan ekor naga dapat dilihat
pada lampiran 2 halaman 50.
4.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopik Akar Ekor Naga Segar
Hasil pemeriksaan makroskopik menunjukkan akar berbentuk lonjong memanjang , berwarna coklat dan tidak berbau, tidak berasa.
4.3 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik Akar Ekor Naga dan Serbuk Simplisia Akar Ekor Naga