Ekologi Dan Distribusi Zingiberaceae Di Kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun
EKOLOGI DAN DISTRIBUSI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN
HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN
TESIS
Oleh
SRI KURNIATI
097030024/ BIO
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(2)
EKOLOGI DAN DISTRIBUSI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN
HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN
TESIS
Oleh
SRI KURNIATI
097030024/ BIO
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(3)
EKOLOGI DAN DISTRIBUSI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN
HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister pada Program Pascasarjana Fakultas MIPA
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SRI KURNIATI
097030024/ BIO
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(4)
PENGESAHAN TESIS
Judul Tesis : EKOLOGI DAN DISTRIBUSI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN
Nama Mahasiswa : Sri Kurniati Nomor Pokok : 097030024 Program Studi : Magister Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Prof.Dr.Retno Widhiastuti. M.S.
NIP. 19621214 199103 2 001 NIP. 19690723 200212 1 001
Dr. Delvian, S.P.M.P.
Ketua Program Studi, Dekan,
Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M. Biomed. Dr. Sutarman M.Sc
(5)
PERNYATAAN ORISINALITAS
EKOLOGI DAN DISTRIBUSI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN
HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan
sumbernya dengan benar
Medan, September 2011
Sri Kurniati NIM. 097030024
(6)
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sri kurniati
NIM : 097030024
Program Studi : Magister Biologi Jenis Karya Ilmiah : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyutujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exklusif Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul :
EKOLOGI DAN DISTRIBUSI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti dan Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data base, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Medan, September 2011
Sri Kurniati
(7)
Telah diuji pada
Tanggal : Agustus 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Retno Widyastuti, M.S. Anggota : 1. Dr. Delvian, S.P. M.P.
2. Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc. 3. Dr. Suci Rahayu, M.Si.
(8)
RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI
Nama lengkap berikut gelar : Sri Kurniati, S.Pd.
Tempat dan Tanggal Lahir : Tandem Hulu, 10 Desember 1973
Alamat Rumah : Jl. Tangguk Bongkar No.23 Medan
Telepon : 081362091678
Email :
Instansi Tempat Bekerja : SMA Negeri 1 Medan
Alamat : Jl. Teuku Cik Ditiro No.1 Medan, 20152
Telepon/ Fax : 061-4511765
DATA PENDIDIKAN
SD Negeri 050617 Sei Mencirim, Langkat. Tamat : 1986
SMP Negeri 4 Binjai Tamat : 1989
SMA Swt. Tunas Pelita Binjai Tamat : 1992
(9)
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala dengan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian “Ekologi dan Distribusi Zingiberaceae di Kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun”, dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Biologi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Kami menyampaikan terimakasih kepada : Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M,Sc (CTM), Sp.A (K) atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk mengikuti program Magister.
Dekan fakultas MIPA, Dr. Sutarman, M.Sc atas kesempatan menjadi mahasiswa program Magister pada program Pascasarjana di MIPA Universitas Sumatera Utara.
Ketua program studi Magister Biologi, Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed, sekretaris program studi Biologi, Prof. Dr. Suci Rahayu, M.Si beserta seluruh staff pengajar pada program studi Magister Biologi.
Terimakasih yang tak terhingga, dan penghargaan setinggi-tingginya kami ucapkan kepada Prof. Dr. Retno Widhiastuti, M.S. sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Delvian, S.P., M.P. sebagai anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan membimbing kami hingga terselesaikannya tesis ini.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc. dan Dr. Suci Rahayu, M.Si. sebagai penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan penyusunan tesis ini.
Gubernur Provinsi Sumatera Utara dan Kepala Bappeda telah memberikan beasiswa S-2 kepada penulis sampai menyelesaikan studi S-2. Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan yang telah memberi kesempatan dan izin belajar di Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Kepala SMA Negeri 1 Medan, Ibu Dra. Hj. Rebekka Girsang yang telah memberi izin belajar dan dukungan kepada kami.
(10)
Ayahanda (H. Abdul Manaf) dan Ibunda (Hj. Jumini Sastro) yang teramat besar jasa dan do’anya. Suami tercinta (Drs. Henri Siregar, M.Pd) yang telah memberikan motivasi dan do’a, serta anak-anakku tersayang (Desefty Zukharia Siregar, Muhammad Rizky Diapari Siregar, dan Syaiful Azhari Siregar) yang telah memberikan energi paling terbesar buat kami untuk menyelesaikan tesis ini.
Kawan-kawan Ekologi 2009 terutama Team Aek Nauli (Adil, Lambas, Faiz, Sriaty, Susi, Rahma, Dina, Maini dan Hasbi ) serta adik-adik Biologi S1 (Marzuki, Anti, Sari, Dwi) dan adinda Umi Lestari yang telah membantu kami mulai dari lapangan, laboratorium, hingga penulisan tesis ini selesai.
Dinas Kehutanan Aek Nauli yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian dan pemandu lapangan, Bapak Hendra Senjaya, A. Sinaga, dan Junaidi Sinaga. Rekan sejawat di SMA Negeri 1 Medan yang telah banyak memberi masukan dan motivasi untuk menyelesaikan studi di Pascasarjana USU.
Akhir kata semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat-Nya dalam menuntut ilmu dan semoga tesis ini bermanfaat. Terimakasih.
Medan, September 2011 Penulis
(11)
EKOLOGI DAN DISTRIBUSI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN
ABSTRAK
Penelitian tentang Ekologi dan Distribusi Zingiberaceae di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011. Lokasi penelitian ditentukan secara Purposive Sampling dan dibagi menjadi 5 bagian berdasarkan ketinggian. Ketinggian I berada pada 1200 – 1300 m dpl; ketinggian II berada pada ketingggian 1300 -1400 m dpl; ketingian III berada 1400 – 1500 m dpl; ketinggian IV berada pada 1500 – 1600 m dpl, dan ketinggian V berada pada 1600 – 1700 m dpl. Dari hasil penelitian diperoleh 13 jenis
Zingiberaceae dari tujuh genus, yaitu Amomumapiculatum K. Schum., Amomum sp 1, Amomum sp2, Etlingera cf. megalocheilos (Griff) A.D. Poulsen., Etlingera sp,
Geostachys sp, Globba patens Miq, Globba pendula Roxb, Hedychium collinum
Ridl, Hedychium sp, Hornstedtia conica Ridl, Hornstedtia scyphifera (J. Koenig) Steud., dan Zingiber inflexum Bl. Ketinggian 1200 -1300 m dpl merupakan kawasan tertinggi untuk keanekaragaman jenis Zingiberaceae. Geotachys sp dan Hedychium
sp merupakan jenis yang penyebarannya sangat luas karena ditemukan di seluruh ketinggian, dimulai 1200 – 1700 m dpl.
(12)
Ecology and Distribution of Zingiberaceae at Aek Nauli Forest District of Simalungun
ABSTRACT
A research about Ecology and Distribution Zingiberaceae in Aek Nauli forest district of Simalungun were conducted from December 2010 to Maret 2011. The study site was determined Purposive Sampling Method and divided in to five location based on altitude. Altitude I was in 1200 – 1300 m above sea level, altitude II was in 1300-1400 m above sea level, altitude III was in 1300-1400-1500m above sea level, altitude IV was in 1500-1600 m above sea level and altitude V was in 1600-1700 m above sea level.The result showed that location have 13 species Zingiberaceae seven genus, they are Amomum apiculatum K. Schum., Amomum sp 1, Amomum sp2, Etlingera cf. megalocheilos (Griff) A.D. Poulsen., Etlingera sp, Geostachys sp, Globba patens
Miq, Globba pendula Roxb, Hedychium collinum Ridl, Hedychium sp, Hornstedtia conica Ridl, Hornstedtia scyphifera (J.Koenig)Steud., dan Zingiber inflexum Bl. In altitude 1200-1300 m above sea level the highest diversity area. Geostachys sp and Hedychium sp are spesies which distribution is the largest, started from 1200-1700 m above sea level.
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
KATA PENGANTAR ii
RIWAYAT HIDUP iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN x
ABSTRAK xi
ABSTRACT xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang 1
1.2Permasalahan 4
1.3Tujuan Penelitian 4
1.4Manfaat Penelitian 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Zingiberaceae 5
2.2 Taksonomi Zingiberaceae 6
2.3 Distribusi Zingiberaceae 7
2.4 Polinasi, Penyebaran Biji 8
2.5 Habitat Zingiberaceae 9
2.6 Manfaat Zingiberaceae 11
2.7 Beberapa Penelitian Zingiberaceae 12
BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat 14
3.2 Lokasi Penelitian 14
3.3 Topografi 14
3.4 Tipe Iklim 14
3.5 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 15
3.6 Alat dan Bahan 15
3.7 Pelaksanaan Penelitian 15
3.7.1 Di Lapangan 15
3.7.2 Di Laboratorium 17
3.8 Identifikasi Spesimen 18
3.9 Analisis Data 18 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Ekologi Zingiberaceae Kawasan Hutan Aek Nauli 20
(14)
4.3 Distribusi Zingiberaceae di Kawasan Hutan Aek Nauli 30 4.4 Deskripsi Zingiberaceae
4.4.1. Amomum apiculatum K. Schum. 41
4.4.2. Amomum sp1 42
4.4.3. Amomum sp2 45
4.4.4. Etlingera cf. megalocheilos (Griff). A.D. Poulsen 46
4.4.5. Etlingera sp 49
4.4.6. Geostachys sp 51
4.4.7. Globba patens Miq 52
4.4.8. Globba pendula Roxb 54
4.4.9. Hedychium collinum Ridl 55
4.4.10. Hedychium sp 58
4.4.11. Hornstedtia conica Ridl 59
4.4.12. Hornstedtia scyphifera J.Koening) Steud 60
4.4.13. Zingiber inflexum Bl. 63
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 65
5.2 Saran 65
(15)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar
2.1. Beberapa Bagian bunga Zingiberaceae 6
4.1 Amomumapiculatum K. Schum 42
4.2. Amomum sp1 44
4.3. Amomum sp2 46
4.4. Etlingera cf. megalocheilos (Griff). A.D. Poulsen 48
4.5. Etlingera sp 50
4.6. Geostachys sp 52
4.7. Globba patens Miq 53
4.8. Globba pendula Roxb 55
4.9. Hedychium collinum Ridl 57
4.10. Hedychium sp 58
4.11. Hornstedtia conica Ridl 60
4.12. Hornstedtia scyphifera J.Koening) Steud 62
(16)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
4.1. Data Faktor Fisik Lokasi Penelitian di Kawasan Hutan Aek Nauli 23
4.2. Data Faktor Kimia Tanah 25
4.3. Jenis-Jenis Zingiberaceae di Kawasan Hutan Aek Nauli 29
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran
A Peta Lokasi Penelitian Hutan Aek Nauli L-1 B Hasil Analisis Tanah L-2 C Hasil Identifikasi Zingiberaceae MEDA USU L-3 D Hasil Identifikasi Zingiberaceae ANDA UNAND L-4
E Data jenis Zingiberaceae di Hutan Aek Nauli L-5
F Kriteria penilaian sifat-sifat tanah, dan pH tanah L-6
(18)
EKOLOGI DAN DISTRIBUSI ZINGIBERACEAE DI KAWASAN HUTAN AEK NAULI KABUPATEN SIMALUNGUN
ABSTRAK
Penelitian tentang Ekologi dan Distribusi Zingiberaceae di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011. Lokasi penelitian ditentukan secara Purposive Sampling dan dibagi menjadi 5 bagian berdasarkan ketinggian. Ketinggian I berada pada 1200 – 1300 m dpl; ketinggian II berada pada ketingggian 1300 -1400 m dpl; ketingian III berada 1400 – 1500 m dpl; ketinggian IV berada pada 1500 – 1600 m dpl, dan ketinggian V berada pada 1600 – 1700 m dpl. Dari hasil penelitian diperoleh 13 jenis
Zingiberaceae dari tujuh genus, yaitu Amomumapiculatum K. Schum., Amomum sp 1, Amomum sp2, Etlingera cf. megalocheilos (Griff) A.D. Poulsen., Etlingera sp,
Geostachys sp, Globba patens Miq, Globba pendula Roxb, Hedychium collinum
Ridl, Hedychium sp, Hornstedtia conica Ridl, Hornstedtia scyphifera (J. Koenig) Steud., dan Zingiber inflexum Bl. Ketinggian 1200 -1300 m dpl merupakan kawasan tertinggi untuk keanekaragaman jenis Zingiberaceae. Geotachys sp dan Hedychium
sp merupakan jenis yang penyebarannya sangat luas karena ditemukan di seluruh ketinggian, dimulai 1200 – 1700 m dpl.
(19)
Ecology and Distribution of Zingiberaceae at Aek Nauli Forest District of Simalungun
ABSTRACT
A research about Ecology and Distribution Zingiberaceae in Aek Nauli forest district of Simalungun were conducted from December 2010 to Maret 2011. The study site was determined Purposive Sampling Method and divided in to five location based on altitude. Altitude I was in 1200 – 1300 m above sea level, altitude II was in 1300-1400 m above sea level, altitude III was in 1300-1400-1500m above sea level, altitude IV was in 1500-1600 m above sea level and altitude V was in 1600-1700 m above sea level.The result showed that location have 13 species Zingiberaceae seven genus, they are Amomum apiculatum K. Schum., Amomum sp 1, Amomum sp2, Etlingera cf. megalocheilos (Griff) A.D. Poulsen., Etlingera sp, Geostachys sp, Globba patens
Miq, Globba pendula Roxb, Hedychium collinum Ridl, Hedychium sp, Hornstedtia conica Ridl, Hornstedtia scyphifera (J.Koenig)Steud., dan Zingiber inflexum Bl. In altitude 1200-1300 m above sea level the highest diversity area. Geostachys sp and Hedychium sp are spesies which distribution is the largest, started from 1200-1700 m above sea level.
(20)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat besar maupun yang telah dibudidayakan. Plasma nutfah ini sangat mendesak untuk diamankan dari erosi potensi genetik maupun kepunahannya. Pemanfaatannya secara bertanggung jawab dan berkelanjutan memerlukan suatu penelitian dan pengembangan yang mencakup aspek eksplorasi, karakterisasi, identifikasi, evaluasi, utilisasi, serta konservasi secara in-situ maupun ex-situ (Sastrapradja, 2002; Dwijanto, 2001 dalam Syamsuardi et al., 2009) Pada umumnya kekayaan jenis di daerah tropika lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sub tropik. Hal ini berkaitan dengan proses spesiasi yang unik dan berbeda di daerah tropik dibandingkan dengan sub tropik. Secara umum isolasi biografis berperan dalam proses spesiasi melalui pembentukan diferensiasi antar populasi atau spesies (Futuyama, 1998 dalam Syamsuardi et al., 2009).
Zingiberaceae merupakan salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan pada kawasan hutan tropis, terutama Indo-Malaya. Zingiberaceae ini belum diketahui secara pasti berapa jumlah jenisnya, menurut Pandey (2003), sekitar 50 persen dari total genera famili Zingiberaceae ditemukan di Hutan Tropis.
Zingiberaceae secara umum dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai tumbuhan jahe-jahean. Tumbuhan ini banyak dimanfaatkan, antara lain sebagai bumbu masak, obat, bahan rempah-rempah, tanaman hias, bahan kosmetik, bahan minuman, bahan tonik rambut, dan sebagainya.
(21)
Zingiberaceae dapat hidup di dataran rendah sampai pada ketinggian lebih dari 2000 m dpl, terutama di daerah dengan curah hujan yang tinggi. Menurut Larsen
et al., (1999), sejauh ini daerah yang kaya Zingiberaceae adalah wilayah Malesiana, Indonesia, Brunei, Singapura, Filiphina, dan Papua. Kita ketahui bahwa daerah yang luas seperti Sumatera, dan Borneo masih sangat banyak belum diketahui, dan diteliti lebih dalam untuk flora gingernya. Oleh karena itu, banyak jenis baru yang dipastikan akan ditemukan pada tahun yang akan datang.
Anggota suku ini mempunyai ciri khas pada rhizom yang mengandung minyak, menguap, dan berbau aromatik. Zingiberaceae merupakan terna berumur panjang, mempunyai rhizom yang membengkak seperti umbi dengan akar-akar yang tebal, dan sering kali mempunyai ruang-ruang yang terisi dengan minyak yang menguap. Daun tersusun sebagai roset akar atau berseling pada batang, bangun lanset, atau jorong, bertulang menyirip, atau sejajar. Tangkai daun beralih menjadi pelepah yang membelah kadang-kadang mempunyai lidah-lidah, pelepah daun saling membalut dengan eratnya, sehingga kadang-kadang merupakan batang semu (Tjitrosoepomo, 1994).
Pengetahuan masyarakat dari berbagai etnis tentang pemanfaatan suku
Zingiberaceae sebagai bahan obat tradisional umumnya didapat secara turun temurun. Adapun bagian yang digunakan sebagai bahan obat sebagian besar adalah rhizom dari tanaman tersebut, cara pengobatannya bermacam-macam, antara lain direbus, atau dibuat jamu, diambil sarinya dengan cara diparut kemudian diminum airnya atau dioleskan pada bagian tubuh yang akan diobati, yaitu bagian perut,kening, atau bagian lainnya, dan ada juga yang langsung dimakan. Misalnya, rhizom kencur (Kuntorini, 2005). Contoh jenis Zingiberaceae yang bernilai ekonomis, yaitu
Hedychium coronarium Koen. Merupakan tumbuhan herba dalam rumpun yang padat, tinggi 1,5 - 3 meter mempunyai rhizom yang pipih berwarna putih, dan lunak. Bunga majemuk besar, dan berbunga terus menerus sehingga sering digunakan sebagai tanaman hias, bunga berwarna putih, dan berbau harum, pangkal batang bila
(22)
dikunyah akan mengeluarkan cairan yang dapat menyembuhkan sakit amandel atau tenggorokan. Batangnya sangat baik untuk membuat kertas (Hasliza, 1999)
Sampai saat ini jahe-jahean yang telah dimanfaatkan merupakan tumbuhan yang telah dibudidayakan. Keadaan ini menyebabkan jenis jahe-jahean tidak dikenali padahal jenis liar tersebut masih banyak dijumpai di hutan-hutan Sumatera (Nurainas, 2007).
Mengingat pentingnya peranan tumbuhan Zingiberaceae ini secara ekonomi maka perlu diungkap kekayaan jenisnya. Sementara dalam waktu yang bersamaan, pengetahuan tentang dasar taksonomi, dan status konservasi tumbuhan ini belum lengkap. Sampai saat ini belum ada data dan informasi secara jelas mengenai kekayaan jenis Zingiberaceae di Sumatera khususnya Sumatera Utara. Sehubungan dengan ini perlu dihimpun data-data tentang kekayaan jenis Zingiberaceae di Sumatera Utara. Sebagai langkah awal, dilakukan eksplorasi Zingiberaceae di Hutan Aek Nauli karena diperkirakan bahwa Hutan Aek Nauli memiliki kekayaan jenis
Zingiberaceae yang tinggi dan daerah tersebut merupakan lokasi yang dianggap peranan penting dalam kelestarian lingkungan hayati yang berkelanjutan. Penelitian ini juga penting dilakukan melihat laju kerusakan hutan yang relative tinggi di Sumatera yaitu sekitar 1,7 juta ha/tahun selama tahun 1985 – 1996 (Holmes 2000, FWI/GFW 2001). Kondisi ini menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup
Zingiberaceae sebagai tumbuhan bawah hutan (Siregar dan Pasaribu., 2009).
Kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun merupakan daerah konservasi yang termasuk Hutan Hujan Tropis dan merupakan salah satu daerah tangkapan air, juga sebagai lokasi wisata dan penelitian juga merupakan jalan perlintasan daerah tujuan wisata handalan Sumatera Utara Danau Toba, memiliki luas 1900 Ha, berjarak sekitar 10,5 km dari Kota Parapat dan dapat ditempuh sekitar 3 jam dari Medan. Berdasarkan survey yang telah dilakukan banyak ditemukan
(23)
jenis-jenis Zingiberaceae. Namun, belum ada data tentang Zingiberaceae di kawasan Hutan Aek Nauli. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang keanekaragaman, dan distribusi Zingiberaceae di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun.
1.2. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini antara lain:
• Bagaimana ekologi Zingiberaceae di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun?
• Bagaimana distribusi Zingiberaceae di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun?
1.3. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan:
• Untuk mengetahui jenis-jenis Zingiberaceae yang terdapat di Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun.
• Untuk mengetahui distribusi Zingiberaceae di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
• Sebagai bahan informasi dasar tentang jenis-jenis Zingiberaceae yang terdapat di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun.
• Memberikan informasi tentang disribusi Zingiberaceae di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun.
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Zingiberaceae
Zingiberaceae termasuk salah satu suku dari ordo Zingiberales yang semua anggotanya berupa herbal parental. Anggota suku ini mempunyai ciri khas pada rhizomnya yang mengandung minyak menguap atau berbau aromatik (Ernawati, 2001).
Zingiberaceae merupakan tumbuhan herba parenial dengan rhizom yang mengandung minyak menguap hingga berbau aromatik. Batang di atas tanah, seringkali hanya pendek dan mendukung bunga-bunga saja. Daun tunggal, mempunyai sel-sel minyak menguap, tersusun dalam dua baris, kadang-kadang jelas mempunyai 3 bagian berupa helaian tangkai dan upih, selain itu juga memiliki lidah-lidah, helaian biasanya lebar dengan ibu tulang yang tebal dan tulang-tulang cabang yang sejajar dan rapat satu dengan yang lain dengan arah yang serong ke atas, tangkai daun pendek atau tidak ada,upih terbuka dan tertutup, lidah-lidah pada batas antara helaian dengan tangkai atau antara helaian dengan upih (Tjitrosoepomo, 2002).
Menurut Nurainas & Yunaidi (2007), letak perbungaan Zingiberaceae terminal atau muncul langsung dari rhizom, atau dari ujung batang, mempunyai braktea primer yang tersusun saling tumpah tindih. Menurut Tjitrosoepomo (2002), bunga terpisah-pisah tersusun dalam bunga majemuk tunggal dan berganda, kebanyakan banci, zigomorf atau asimetrik, hiasan bunga dapat dibedakan dalam kelopak dengan dengan tiga daun kelopak dan mahkota yang terdiri atas tiga daun mahkota yang berlekatan, pada bagian bawahnya membentuk suatu buluh dengan bentuk dan warna yang kadang-kadang cukup aktratif, benang sari sari dengan tiga sampai lima benang sari,
(25)
delapan ovari mandul yang kadang-kadang bersifat seperti daun mahkota, tangkai putik di ujung, tidak berbagi, bebas atau bergigi dua. Bakal buah tenggelam, beruang tiga, jarang du dengan tembuni diketiak dengan beruang satu dengan tembuni pada dinding atau pada dasarnya, buah kendaga yang berkatup tiga atau berdaging tidak membuka. Bakal biji banyak, biji bulat atau berusuk, mempunyai salut biji dan endosperm banyak.Beberapa contoh bunga Zingiberaceae dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1. Beberapa bunga Zingiberaceae
A. Hedychium dengan, Staminoid yang panjang dan bebas dari Lip. 1. Anther 2. Pilamen 3. Staminoid 4. Petal 5. Lip 6. Calyx 7. Ovari
B. Alfinia dengan Staminoid yang kecil atau kadang tidak ada, dan lip yang besar. 1. Stigma 2. Anther 3. Petal 4. Lip 5. Calyx 6. Ovari
C. Zingiber dengan Staminoid yang kecil, dan menyatu dengan Lip.
1. Stigma 2. Petal 3. Staminoid 4. Tabung Corolla 5. Anther 6, Lip 7. Calyx (Henderson, 1954) 2.2. Taksonomi Zingiberaceae
Kata ginger berasal dari bahasa Malaysia sebagai halia dan istilah botani sebagai Zingiber officinale. Zingiber berasal dari kata Arab “Zanzabil” yang diterbitkan untuk nama Yunani kuno “Zingiberi” dan akhirnya zingiber dalam bahasa
(26)
latin. Secara botani pemberian nama Zingiber secara keseluruhan untuk famili ginger yaitu Zingiberaceae (Larsen etal., 1999).
Famili Zingiberaceae dibagi oleh Loesener (1930) dalam Marco, (1995) kedalam 2 subfamili yaitu Zingiberoideae dan Costoideae dengan subfamili yang pertama dibagi kedalam 3 bagian yaitu Hedychieae, Globbeae, dan Zingiberaceae. Perbedaan karakter untuk Zingiberaceae adalah memiliki minyak aromatik, ligula, perbedaan ditandai dengan rangkaian periantium sebelah luar, stamen tunggal, dan biasanya memiliki stamen petal yang besar. Beberapa karakter morfologi yang umum digunakan dalam mengidentifikasi jenis-jenis suku Zingiberaceae antara lain adalah keberadaan ligula, susunan perhiasan bunga dan staminodium.
Menurut Engler dan Prantl dalam Sharma (2002) bahwa Costoideae
merupakan tumbuhan tidak aromatik dengan daun tersusun secara spiral seperti
Costus. Menurut Poulsen (2006), jenis Costus berbeda dengan Zingiberaceae dalam beberapa karakter sehingga ditempatkan dalam satu famili yang terpisah yaitu
Costaceae.
2.3. Distribusi Zingiberaceae
Menurut Lawrence (1964), bahwa tumbuhan Zingiberaceae terlebas luas mulai dari daerah tropik sampai daerah sub tropik menurut Ernawati (2001), bahwa jenis-jenis dari suku ini secara alami di hutan Hujan Tropis yaitu dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Menurut Larsen et al. (1999), kebanyakan Zingiberaceae
adalah teresterial, tumbuh alami ditempat pembuangan sampah, di daerah dengan sinar matahari yang cukup, tetapi ada juga yang epifit, seperti Hedychium longicornatum.
Menurut Pandey (2003), bahwa ada kira-kira 47 genus dan 1400 jenis dalam famili Zingiberaceae ini. Tumbuhan famili ini ditemukan pertama kali di daerah
(27)
tropik di dunia, tetapi terutama terdapat di daerah Indo-Malaya, dimana terdapat kira-kira 50% dari jumlah jenis yang ditemukan.
Hedychium adalah salah satu genera dengan jumlah jenis yang banyak tumbuh di Asia tropik, dan satu jenis hanya tumbuh di Madagaskar. Kaempferia tumbuh di Indo-Malaya dan Afrika tropik. Zingiberaceae tersebar luas di Indo-Malaya sampai ke China, Jepang, dan Kepulauan Pasifik. Alpinia juga tersebar sampai ke Utara Jepang, dan Selatan yang diwakili oleh Kaempferia dan genus endemik Aframumom. Genus yang terdapat di Amerika Tropik, dan terdapat juga di Afrika Tropik, yaitu,
Costus, dan Renealmia. Costus banyak tumbuh di Amerika Tropik dan Afrika Barat, tetapi sedikit yang tumbuh di Asia, dan hanya satu jenis di Australia (Rendle, 1959). Anggota-anggota dari famili ini biasanya tumbuh di hutan hujan dalam vegetasi sekunder (Balgooy, 2001).
2.4. Polinasi, dan Penyebaran Biji
Dalam aspek biologi Zingiberaceae sangat sedikit yang diketahui. Pengamatan polinasi Zingibeceae ini pun hanya dilakukan dalam beberapa jenis, tetapi kupu-kupu dan nyengat memegang peranan penting dalam melakukan polinasi dalam Zingiberaceae (Larsen et al., 1999). Pada semua kasus yang dilaporkan bunga
Zingiberaceae mekar tidak lebih dari 24 jam. Bunga Zingiberaceae biasanya mekar pada pagi hari dan menutup pada sore hari. Di beberapa jenis Zingiber bunga mekar pada pagi hari setelah itu menutup pada beberapa jam (Holtum, 1950).
Penyebaran biji juga masih sedikit yang diketahui. Dalam hal ini penyebaran biji diduga oleh burung sebagai agen penyebar biji yang berperan aktif.misalnya pada
Hedychium, saat kapsul biji Hedychium terbuka, burung akan tertarik untuk mendatangi biji tersebut karena warna bijinya yang mencolok dan berdaging. Burung ini akan menyebarkan biji kemanapun dia terbang. Pada kebanyakan jenis
(28)
Zingiberaceae buah tumbuh dekat permukaan tanah dengan arilus biji berwarna putih, yang akhirnya akan disebarkan oleh semut. Pada genus Caulo,Kampferia yang ditemukan di Thailand, biji disebarkan oleh aliran air hujan (Larsen etal., 1999).
2.5. Habitat Zingiberaceae
Pada hutan terjadi perubahan faktor-faktor lingkungan seiring dengan meningkatnya ketinggian tempat seperti keadaan tanah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Edward et al. (1990) dalam Monk et al. (2000). Bahwa distribusi jenis-jenis tumbuhan menurut ketinggian tempat berkaitan dengan perubahan jenis tanah. Begitu juga Arief (1994) mengemukakan bahwa daerah pegunungan sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim yang berbeda-beda menurut ketinggiannya.
Menurut Krebs (1985), kelembaban tanah mempengaruhi penyebaran geografi pada sebagian besar pohon pada hutan pegunungan, dan mempengaruhi kandungan/ketersediaan air tanah dimana hubungan dengan suhu dapat mempengaruhi keseimbangan air tumbuhan. Menurut Loveless (1989), tumbuhan dapat berhasil tumbuh dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam, sehingga tumbuhan tersebut cenderung berkembang luas.
Hakim et al. (1986) menyatakan bahwa hingga saat ini telah dikenal enam belas macam unsur hara esensial bagi tanaman. Suatu unsur hara dikatakan esensial bila : (1) Kekurangan unsur tersebut dapat menghambat dan mengganggu pertumbuhan, baik vegetatif maupun generatif, (2) Kekurangan unsur tersebut tidak dapat diganti oleh unsur lain, (3) Unsur tersebut harus secara langsung terlihat dalam gizi makanan tanaman. Tetapi untuk poin ke dua agak lemah karena ada beberapa unsur dapat diganti oleh unsur lain, seperti Molibdenum dapat diganti oleh Vanadium. Berdasarkan kebutuhannya bagi tanaman maka ke enam belas unsur hara
(29)
esensial tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok unsur hara makro dan kelompok unsur hara mikro.
Hakim et al. (1986) menyatakan terdapat tiga keadaan tanah yang memungkinkan unsur hara mikro tersedia dalam jumlah yang sedikit, yaitu (1) pada tanah berpasir, (2) tanah organik, (3) tanah sangat alkalis. Persoalan kekurangan unsur hara mikro belum banyak diteliti, terutama di Indonesia tetapi ada petunjuk bahwa beberapa hara mikro berada dalam jumlah sedikit, dan sulit tersedia.
Menurut Hakim etal. (1986) Nitrogen dan Fosfor terdapat dalam jumlah yang sedikit dalam tanah mineral. Sebagian besar dari kedua unsur ini berada dalam bentuk senyawa tidak larut, dan tidak tersedia bagi tanaman. Kadar Kalium tanah jauh lebih banyak dari Fosfor. Kalsium dalam tanah jumlah bervariasi, tetapi lebih rendah dari Kalium. Magnesium disamping sebagai unsur hara, ia mempunyai fungsi yang lebih banyak dari Kalsium.
Menurut Hakim et al. (1986) Nitrogen merupakan suatu unsur yang paling banyak dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman. Unsur ini dijumpai dalam jumlah besar pada jaringan tanaman. Unsur ini merupakan bagian penyusun enzim, dan molekul klorofil. Sejumlah besar nitrogen dalam tanah adalah berada dalam bentuk organik. Gejala kekurangan nitrogen akan terlihat pada seluruh tanaman yang dicirikan oleh perubahan warna dari hijau pucat ke kuning-kuningan, terutama pada daun. Fosfor dijumpai dalam jumlah banyak. Unsur ini merupakan penyusun setiap sel hidup. Fosfor adalah penyusun fosfolid nukleoprotein, dan kitin. Fosfor sangat berperan aktif dalam mentransfer energi ke dalam sel. Juga berfungsi untuk mengubah karbohidrat. Selanjutnya dapat meningkatkan efisiensi kerja kloroplas. Kekurangan Fosfor akan menampakkan gejala pertumbuhan yang terhambat, karena terjadi gangguan pada pembelahan sel, daun tanaman menjadi berwarna hijau tua kemudian berubah jadi ungu. Juga terjadi pada cabang, dan tanaman muda. Gejala
(30)
kekurangan fosfor akan menunjukkan terlambatnya masa pemasakan buah, dan biji. Gejala yang umum terhambatnya pertumbuhan mengakibatkan tanaman kerdil.
Unsur Kalium mempunyai fungsi penting dalam fisiologis tanaman. Walaupun fungsi dan mekanisme yang jelas belum diketahui. Kalium berperan dalam proses metabolisme, dan mempunyai pengaruh khusus dalam absorbsi hara, pengaturan pernafasan, transpirasi, kerja enzim, dan berfungsi sebagai translokasi karbohidrat. Gejala kekurangan kalium umumnya terlihat seperti daun terbakar. Secara umum kekurangan kalium, daun bawah klorosis dengan bintik-bintik.
Kalsium merupakan pelapisan dinding sel, dan penting dalam pertumbuhan jaringan meristem. Unsur ini juga dijumpai dalam tanaman dalam bentuk kalsium oksalat. Kekurangan kalsium dicirikan dari matinya kuncup, ujung-ujung akar mati, sehingga pertumbuhan terganggu.
Magnesium mempunyai fungsi dalam sisten enzim, dan merupakan penyusun klorofil. Juga berfungsi membantu translokasi fosfor dalam tanaman. Kekurangan magnesium akan memperlihatkan klorosis pada daun tanpa adanya bintik-bintik jaringan mati. Pada daun terdapat warna merah.
2.6. Manfaat Zingiberaceae
Famili Zingiberaceae memiliki manfaat bagi masyarakat antara lain, tumbuhan ini dapat digunakan sebagai bumbu masakan, bahan obat-obatan, misalnya untuk mengobati batuk, rematik, masuk angin dan lain sebagainya. Juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan minuman, misalnya untuk menghangatkan badan. Menurut Lawrence (1964), bahwa kepentingan ekonomi dari famili ini adalah akarnya yang dapat digunakan sebagai ekstrak rasa, dan sebagai bumbu, untuk minyak wangi yang digunakan dalam parfum, dan untuk ornamental, atau tanaman hias. Di Indonesia umumnya banyak digunakan sebagai tanaman hias, termasuk
(31)
Alpinia, Hedychium, Elettaria, Cardamon dimana bijinya digunakan untuk obat-obatan dan sebagai bumbu masak (Marcho, 1995).
Menurut Ernawati (2001) bahwa Zingiberaceae yang paling banyak digunakan terdapat dalam genera Alpinia, Amomum, Curcuma, dan Zingiber,
sedangkan untuk yang umum yaitu Boesenbergia, Kampferia, Elettaria, Elettrariopsis, Etlingera, dan Hedychium. Paling sedikit 20 atau lebih jenis
Zingiberaceae yang telah dibudidayakan untuk digunakan sebagai bumbu masakan, pewangi, dan obat-obatan, tanaman hias, dan baru-baru ini sebagai bunga potong. Salah satu yang paling sering digunakan adalah sebagai bumbu masakan. Keberadaan minyak yang penting, misalnya Limonen, Eugenol, Geraniol, dan lain-lain.
Pengetahuan masyarakat dari berbagai etnis tentang pemanfaatan suku
Zingiberaceae sebagai obat tradisional umumnya diperoleh sacara turun-temurun. Adapun bagian yang digunakan sebagai bahan obat adalah rhizom dari tanaman tersebut. Sedangkan cara pengobatannya bermacam-macam antara lain direbus, atau dibuat jamu, dan diambil airnya untuk diminum, diambil sarinya atau dioleskan pada bagian tubuh yang diobati,yaitu bagian perut, kening, atau bagian lainnya dan ada juga yang langsung dimakan, misalnya pada rhizom kencur (Nugroho, 1998).
2.7. Beberapa Penelitian Zingiberaceae
Beberapa kajian keanekaragaman jenis Zingiberaceae di Sumatrera Utara sudah dilakukan. Namun, karena kelompok tumbuh-tumbuhan ini termasuk famili yang mempunyai jumlah jenis terbesar setelah famili Orchidaceae dan Poaceae
dalam kelas Lyliopsida, maka kajian tersebut masih dilakukan pada lokasi-lokasi terpisah. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan antara lain oleh (Gustina, 2007), menginventarisasi Zingiberaceae di kawasan Taman Wisata Alam Deleng Lancuk dan Hutan Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dari penelitian
(32)
tersebut diperoleh lima jenis Zingiberaceae, yaitu Golbba pendula Roxb., Globba marantina Linn., Amomum apiculatum K. Schum., Hedychium longicornatum Bak., dan Geostachys decurvata (Bak.) Ridl.
Selanjutnya Sari (2007), melakukan inventarisasi Zingiberaceae di kawasan Hutan Sibayak I kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, ditemukan 18 jenis dengan tujuh genus, yaitu Amomum, Costus, Etlingera, Globba, Hedychium, Phaeomeria, dan Zingiber. Jenis-jenis yang ditemukan adalah Amomum lapaceum, Amomum sp1., Amomum sp2., Amomum sp3., Costus speciosus,Costus sp., Etlingera fimriobracteata, Etlingera cokcinea, Etlingera sp., Globba patens, Globba pendula, Globba manrantina, Hedychium lavescens, Phaeomeria speciosa, Zingiber multibracteatum, Zingiber sp.,dan ada dua jenis yang tidak diketahui nama genus dan spesiesnya.
Berikutnya Marpaung (2009), menginventarisasi jenis-jenis Zingiberaceae di Taman Wisata Alam Si Cikeh-Cikeh Kabupaten Dairi, Sumatera Utara ditemukan 13 spesies dengan empat genus, yaitu Amomum sp., Etlingera loerzingii, Etlingera sp1., Etlingera sp2., Etlingera sp3., Globba; Globba pendulla Roxb., Globba marantina
Linn., Globba pattens Miq., Globba variabilis Ridl., Globba sp1., dan Hedychium; Hedychium sp1., Hedychium silindricum Ridl., Hedychium coronarium Koen.
Kemudian Siagian (2010), melakukan inventarisai Zingiberaceae di kawasan Agro Wisata Hutan Taman Eden 100, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara ditemukan 10 jenis Zingiberaceae dengan enam genus, yaitu Etlingera; Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm., Etlingera sp1., Etlingera sp2., Geostachys; Geostachys decurvata (bak.) Ridl., Globba; Globba marantina Linn., Globba patens Miq.,
Globba pendula Roxb., Hedychium; Hedychium cilindricum Ridl., Hornstedtia; Hornstedtia scyphifera (Koenig) Steud., Zingiber; Zingiber multibracteatum Holtt.
(33)
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai Maret 2011 di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran A.
3.2. Lokasi Penelitian
Hutan kawasan Aek Nauli secara administratif berada di lima Kecamatan, yaitu Dolok Panribuan, Tanah Jawa, Sidamanik, Jorlang Hataran, dan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak diantara 02⁰40’00” LU - 02050’00” LU dan 98050’00” BT -990
3.3. Topografi
10’00”BT. Lokasi ini berjarak ± 10,5 km dari Parapat sebagai Kota Wisata andalan Sumatera Utara dan ± 60 km dari kota Balige.
Keadaan topografi di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun berada pada ketinggian ± 1200 – 1700 m dpl. Merupakan daerah yang terdiri dari tebing-tebing yang tinggi, jurang yang terjal.
3.4. Tipe Iklim
Berdasarkan Schmidt dan Ferguson, tipe iklim di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun adalah tipe B dengan suhu maksimum antara 170 - 270C dengan kelembaban rata-rata berkisar antara 72 - 92%.
(34)
3.5. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Hutan Aek Nauli memiliki tekstur tanah berliat halus, lempung berpasir, lempung berliat, dan lempung halus (BKSDA Sumut, 2003). Berdasarkan pengamatan di sekitar areal penelitian, vegetasi yang umum diitemukan yaitu famili
Anonaceae, Myrtaceae, Araceae, Aracaceae, Euphorbiaceae, Papilionaceae,
Piperaceae, Rubiaceae, Caesalpiniaceae, Orchidaceae, dan Zingiberaceae.
3.6. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dari penelitian ini adalah :
Meteran (pita ukur), alat tulis (buku identifikasi), gunting tanaman, sasak kayu (alat pres), label gantung, lakban, soil tester, lux meter, kamera (dokumentasi), alti meter, pH meter, GPS garmin, parang, tembilang, dan pisau.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Alkohol 70%, aquades, kantung plastik ukuran 40 x 60 cm, kertas koran, tally shet, dan bagian-bagian tumbuhan hasil koleksi pada seluruh transek penelitian.
3.7. Pelaksanaan Penelitian 3.7.1. Di Lapangan
Penentuan lokasi penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposip sampling. Cara kerja sebagai berikut : penentuan daerah sample pada hutan Aek Nauli ditentukan langsung dengan terlebih dahulu dieksplorasi untuk mengetahui keberadaan Zingiberaceae. Lokasi dipilih berdasarkan ketinggian yaitu lokasi 1 dengan interval ketinggian 1200 - 1300 m dpl. Lokasi 2 dengan interval ketinggian
(35)
1300 - 1400 m dpl. Lokasi 3 dengan interval ketinggian 1400 - 1500 m dpl. Lokasi 4 dengan interval ketinggian 1500 – 1600 m dpl. Dan lokasi 5 ketinggian 1600 –1700 m dpl. Kemudian dilakukan pengamatan di sepanjang jalur pendakian ± 10 meter ke sebelah kiri dan kanan jalur atau disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
Pengamatan Objek Penelitian (Zingiberaceae)
Jenis-jenis Zingiberaceae yang ditemukan dicatat morfologi penting seperti habitat, letak rhizom, bau rhizom, warna kulit rhizom, warna sisik rhizom, tinggi batang, permukaan batang, warna daun, permukaan daun, warna bunga, bau bunga, letak bunga, dan ciri lainnya yang akan hilang bila dikeringkan. Kemudian dikoleksi dan diberi label gantung bernomor setelah dilakukan pengambilan foto pada bagian tanaman yang dianggap penting.
Cara Pengoleksian mengikuti Poulsen (2006) dimana bagian vegetatif yang berperawakan kecil dapat dikoleksi seluruhnya. Untuk tumbuhan yang berperawakan tinggi dianjurkan untuk memisahkan bagian yang berhizom, bagian tengah dan bagian ujung dimana pada tiap bagian dibelah menjadi dua bagian dan pada bagian tengahnya dibuang untuk mempermudah dalam pengeringan. Kemudian disusun selipatan koran serta diikat dengan tali plastik, dimasukkan ke dalam kantung plastik yang berukuran 60 x 40 cm, kemudian disiram dengan alkohol 70% sampai basah agar spesimen tidak berjamur. Diusahakan sebelum kantung plastik ditutup rapat, dikosongkan terlebih dahulu udara yang terdapat didalam kantung plastik tersebut seminimal mungkin. Kemudian kantung plastik ditutup rapat dengan lakban.
Pengukuran Faktor Fisik Kimia
Pada lokasi pengamatan dilakukan pengukuran faktor fisik yang meliputi ketinggian dengan Altimeter, suhu udara dengan Thermometer udara, suhu tanah dengan Soil Termometer, kelembaban udara dengan Higrometer, kelembaban dan pH
(36)
tanah dengan Soil Tester, intensitas cahaya dengan Lux meter, dan titik ordinat dengan GPS dengan pengulangan tiga kali.
Untuk pengukuran faktor kimia tanah yang diukur adalah kandungan hara berupa N, P, K, Ca, Mg, dan C Organik. Pengambilan sample tanah ini dilakukan dengan menggunakan tembilang dengan kedalaman 1 – 20 cm dengan system diagonal yang dilakukan sebanyak tiga kali pengambilan pada setiap lokasi pengamatan. Tanah yang diambil dikompositkan kemudian diambil cuplikannya sebanyak 500 gram untuk dianalisis di laboratorium. Sample tanah dibawa ke laboratorium Riset Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk diketahui unsur hara yang terkandung di dalamnya.
3.7.2. Di Laboratorium. Pengamatan Objek
Spesimen Zingiberaceae yang dikoleksi dari lapangan dibuka kembali dan disusun dalam busa kursi sedemikian rupa untuk dikeringkan dalam oven pengering dengan temperatur ± 600
• Checklist of the Zingiberaceae of Malaysia (Newman etal., 2004)
C hingga bobotnya konstan. Spesimen yang benar-benar kering di keluarkan dan diidentifikasi di Herbarium Medanense Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan buku identifikasi antara lain:
• Etlingera Giseke of Java (Poulsen, 2007)
• Gingers of Sarawak (Poulsen, 2006)
• Gingers of Thailand (Larsen and Larsen, 2006) • Malayan wild Flowers (Henderson, 1954)
(37)
• Panduan lapangan jahe-jahean Liar di Taman Nasional Siberut (Nurainas & Yunaidi, 2007)
• Panduan Lapangan Zingiberaceae di Hutan Sibayak Sumatera Utara (Siregar dan Pasaribu, 2009)
Analisis Tanah
Sample tanah yang dibawa dari lokasi penelitian selanjutnya dibawa ke laboratorium Riset Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk melihat unsur hara berupa N, P, K, Ca, Mg, dan C Organik yang terkandung di dalam tanah kawasan Hutan Aek Nauli.
3.8. Identifikasi Spesimen.
Jenis-jenis Zingiberaceae yang ditemukan di kawasan Hutan Aek Nauli kabupaten Simalungun diidentifikasi Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Universitas Sumatera Utara dengan cara mencocokkan ciri dengan gambar dan keterangan dari buku identifikasi yang dilengkapi dengan foto, keterangan morfologi, dan gambaran habitat secara umum dari masing-masing jenis.
Spesimen yang tidak dapat di identifikasi di Herbarium MEDA Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dikirim ke Herbarium ANDA Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Sumatera Barat.
3.9.Analisis Data
Jenis-jenis Zingiberaceae yang terdapat di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun yang telah diidentifikasi di Laboratorium Taksonomi
(38)
Tumbuhan Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Universitas Andalas Sumatera Barat, ditabulasikan berdasarkan ketinggian dimana jenis tersebut ditemukan. Untuk mengetahui distribusi Zingiberaceae di hutan Aek Nauli dilakukan pemetaan berdasarkan data GPS dengan bantuan software program Map Info.
(39)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Ekologi Zingiberaceae di Kawasan Hutan Aek Nauli.
Hutan kawasan Aek Nauli secara administratif berada di lima Kecamatan, yaitu Dolok Pangaribuan, Tanah Jawa, Sidamanik, Jorlang Hataran, dan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak diantara 02⁰40’00” LU - 02050’00” LU dan 98050’00” BT - 990
Keadaan topografi di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun berada pada ketinggian ± 1200 – 1700 m dpl, merupakan daerah yang terdiri dari tebing-tebing yang tinggi dan jurang yang terjal. Berdasarkan Schmidt dan Ferguson, tipe iklim di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun adalah tipe B dengan suhu maksimum antara 17
10’00”BT. Lokasi ini berjarak ± 10,5 km dari Parapat sebagai kota wisata andalan Sumatera Utara dan ± 60 km dari Kota Balige.
0
- 270C dengan kelembaban rata-rata berkisar antara 72% - 92%. Hutan Aek Nauli memiliki tekstur tanah berliat halus, lempung berpasir, lempung berliat, dan lempung halus (BKSDA Sumut, 2003). Berdasarkan pengamatan di sekitar areal penelitian, vegetasi yang umum diitemukan yaitu famili
Anonaceae, Myrtaceae, Araceae, Aracaceae, Euphorbiaceae, Papilionaceae,
Piperaceae, Rubiaceae, Caesalpiniaceae, Orchidaceae, dan Zingiberaceae.Kawasan Hutan Aek Nauli merupakan salah satu hutan hujan tropis yang merupakan salah satu kawasan konservasi yang unik. Kawasan Hutan Aek Nauli terdiri dari hutan Pinus mercusii dan hutan heterogen. Kawasan Hutan Aek Nauli memiliki tofografi yang bervariasi.
(40)
Pada lokasi pertama, dimulai dengan ketinggian 1200 – 1400 m dpl. Pada bagian tepi hutan merupakan kawasan hutan Pinus mercusii yang dibatasi oleh sungai dan hutan heterogen yang memiliki keanekaragaman tinggi, topografi yang bervariasi, dengan sungai-sungai kecil, tebing – tebing yang curam dengan batuan padas dan lembah,kelembaban yang tinggi 75,67% – 92,6% dan suhu udara berkisar antara 20oC – 22,33oC, suhu tanah 18oC – 21o
Pada lokasi berikutnya, dimulai pada ketinggian 1200 – 1700 m dpl, tepi hutan merupakan hutan tanaman Eucalyptus sp dengan batuan padas. Selanjutnya kawasan hutan sekunder dimana tumbuhan yang ada umum memiliki batang yang berdiameter kecil. Kawasan ini memiliki topografi yang curam dan memiliki kemiringan sekitar 45 – 60
C, pH tanah 6,3 – 6,5, intesitas cahaya 530 lux meter – 900 lux meter (Tabel 4.1) . Pada ketinggian 1200 – 1300 m dpl dijumpai hutan Pinus mercusii, selanjutnya hutan heterogen, yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi dan keanekaragaman jenis Zingiberaceae tinggi dengan ditemukannya 11 jenis dari 13 jenis Zingiberaceae yang ditemukan di kawasan Hutan Aek Nauli (Tabel 4.4). Pada ketinggian 1300 m dpl terjadi perubahan vegetasi dimana tumbuhan memiliki diameter batang yang kecil dan pendek serta memiliki daun yang berukuran kecil-kecil, sehingga intensitas cahaya semakin tinggi (Tabel 4.1). Dari ciri-ciri yang didapati, kawasan ini merupakan hutan pegunungan atas. Kemudian pada ketinggian berikutnya Pinus mercusii muncul kembali. Pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl ditemukan tiga jenis Zingiberaceae dari 13 jenis
Zingiberaceae yang ditemukan yaitu Geostachys sp, Hedychium collinum Ridl dan
Hedychium sp (Tabel 4.4). Pada puncak lokasi, yaitu pada ketinggian 1400 m dpl merupakan kawasan terbuka dan jenis Zingiberaceae yang mendominasi kawasan tersebut adalah Hedychiumcollinum Ridl (Lampiran E).
o
. Banyak dijumpai Naphentes sp, Dicranopteris linearis, Orchidaceae dan Calamus sp. Pada ketinggian 1200 - 1400 m dpl tidak ditemukan
Zingiberaceae, selanjutnya pada ketinggian 1400 -1500 m dpl baru ditemukan satu jenis Zingiberaceae dalam jumlah yang sangat terbatas yaitu Hedychium sp,
(41)
selanjutnya pada ketinggian 1500 – 1700 m dpl ditemukan tiga jenis Zingiberaceae yaitu Amomum apiculatum K.Schum, Geostachys sp, dan Hedychium sp (Lampiran E).Pada lokasi ini keanekaragaman jenis Zingiberaceae sangat rendah yaitu tiga jenis dari 13 jenis yang ditemukan di kawasan Hutan Aek Nauli (Tabel 4.4). Diduga kawasan ini kurang sesuai dengan pertumbuhan Zingiberaceae karena kemiringan tanahnya yang tinggi dapat berpengaruh pada sulitnya biji menempel pada tanah dan unsur hara yang terkandung didalamnya diduga kurang sesuai dengan pertumbuhan
Zingiberaceae . Pada kawasan ini tajuk hutan lebih rapat sehingga Zingiberaceae
yang merupakan tanaman penutup tanah tidak dapat atau terganggu proses fotosintesisnya sehingga banyak jenis Zingiberaceae yang tidak mampu beradaptasi pada lingkungan tersebut, hanya beberapa jenis Zingiberaceae yang mampu beradaptasi pada kawasan tersebut. Uniknya Zingiberaceae mulai ditemukan pada ketinggian 1491 m dpl dengan ordinat 02o42’05,4” LU dan 098o57’39,7” BT. Pada puncak di ketinggian 1680 m dpl dengan ordinat 02o41’44,5” LU dan 098o
Pada lokasi berikutnya, diambil data tambahan yaitu dari ketinggian 1200 – 1700 m dpl, merupakan kawasan yang bersebelahan dengan perladangan penduduk, dimulai dengan hutan heterogen yang tidak luas, kemudian hutan Pinus mercusii
dengan batuan padas yang curam dan merupakan kawasan terbuka. Pada tepi hutan, yaitu di ketinggian 1236 m dpl dengan titik ordinat 02
57’30,6” BT terjadi perubahan vegetasi dimana diameter batang pohon semakin besar dengan intensitas cahaya yang rendah dan kelembaban yang tinggi (Tabel 4.1) dengan mata air yang ada di sekitar kawasan tersebut, dan dengan serasah yang tebal. Dari ciri-ciri diatas kawasan tersebut merupakan kawasan Hutan Primer Atas. Jenis Zingiberaceae
yang mendominasi adalah Geostacys sp dengan rumpun yang besar dan frekuensi yang tinggi.(Lampiran E).
o
40’49,3” LU dan 098o56’24” BT, ditemukan Zingiber inflexum K Schum yang tumbuh pada dataran yang curam dan berbatu padas dengan kemiringan sekitar 60o dan vegetasi yang mendominasi adalah Calliandra haematocephala. Pada kawasan ini tanah berasal dari serasah
(42)
dengan dasar batuan padas. Pada ketinggian 1300 - 1500 m dpl tidak ditemukan
Zingiberaceae karena merupakan kawasan terbuka yang sangat kering dengan batuan padas ditumbuhi Pinus mercusii, pada ketinggian 1500 m dpl merupakan puncak panorama dengan tanah hitam, merupakan kawasan terbuka, intensitas cahaya yang tinggi, dengan hamparan lumut dan paku yang bersimbiosis dengan Naphentes sp yang sangat mendominasi kawasan tersebut. Pada ketinggian 1500 – 1600 m dpl masih merupakan kawasan terbuka yang terdiri dari bukit batu padas yang ditumbuhi
Pinus mercusii, selanjutnya pada ketinggian 1625 m dpl dengan ordinat 02o41’12,2” LU dan 098o
Tabel 4.1. Data Faktor Fisik Lokasi Penelitian di Kawasan Hutan Aek Nauli. 56’34,9” BT vegetasi yang ditemukan heterogen dengan intensitas cahaya dan kelembaban yang lebih rendah dari sebelumnya. Pada ketinggian 1600 – 1700 m dpl ditemukan tiga jenis Zingiberaceae yaitu Globba patens, Hedychium collinum, Hedychium sp (Lampiran E). Bisa dikatakan pada kawasan ini keanekaragaman jenis Zingiberaceae rendah dibandingkan dengan jumlah jenis
Zingiberaceae yang ditemukan pada lokasi pertama, diduga kawasan ini kurang sesuai dengan pertumbuhan Zingiberaceae.
Faktor fisik Ketinggian (m dpl)
1200-1300 1300-1400 1400-1500 1500-1600 1600-1700
Suhu udara (oC) 20,1 22,33 20,67 21 19,5
Suhu tanah (oC) 21 18 19 21,3 19,5
Kelembaban (%) 92,6 75,67 71,33 80,3 94,3
Intensitas cahaya 900 530 438,67 563,3 426,6
(Lux meter)
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat dilihat kondisi lingkungan dari masing-masing lokasi penelitian. Suhu udara yang diukur dengan thermometer cenderung tidak terpengaruh pada penambahan ketinggian antar lokasi penelitian. Menurut Anwar et al. (1987) suhu umumnya akan turun sekitar 0,60C setiap penambahan ketinggian 100
(43)
m dpl. Tetapi hal ini berbeda-beda tergantung pada tempat, musim, waktu, kandungan uap air, dan sifat fisik lainnya. Sehingga hal ini dimungkinkan terjadi.
Penambahan ketinggian juga terlihat tidak mempengaruhi kelembaban maupun intensitas cahaya. Tingginya intensitas cahaya tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya tutupan tajuk dan awan. Dalam hal ini dari ketinggian 1500-1700 m dpl tajuk pohon semakin rapat. Hal ini sesuai dengan Anwar et al. (1994) menyatakan dengan naiknya ketinggian terjadi perubahan vegetasi yang mencolok, dimana tajuk pohon semakin rapat dan pohon semakin pendek. Gusmalyana (1983) menambahkan pada komunitas hutan hujan tropis intensitas cahaya yang sampai pada lantai hutan umumnya sedikit dan hal ini disebabkan terhalangnya cahaya oleh lapisan tajuk pohon di sekitarnya. Hal ini dikarenakan kawasan ini merupakan kawasan reklamasi dan hutan konservasi yang dikenal memiliki keunikan tersendiri dengan ditemukannya daerah hutan primer bawah, hutan sekunder bawah dan hutan sekunder atas.
Zingiberaceae memiliki akar yang tumbuh dan berkembang di dalam tanah memerlukan unsur hara yang cukup dan sesuai untuk keberlangsungan pertumbuhannya. Selain itu, tekstur tanah dan unsur hara serta komposisi penyusun tanah juga mempengaruhinya. Untuk itu diambil sampel tanah dan hasil analisisnya adalah seperti terlihat pada Tabel 4.2.
(44)
Tabel 4.2. Data Faktor Kimia Tanah di Kawasan Hutan Aek Nauli
No Parameter Ketinggian (m dpl)
1200-1300 1300-1400 1400-1500 1500-1600 1600-1700 1 C-organik
(%)
1,50** 1,97** 2,67*** 2,08*** 2,21***
2 N-total (%) 0,10** 0,15** 0,16** 0,19** 0,15**
3 C/N (%) 15,0*** 13,13*** 16,69**** 10,95*** 14,73***
4 P-avl (Bray
II) (ppm)
6* 8** 9** 9** 5*
5 K-exch
(me/100)
0,53**** 0,25*** 0,26** 0,35*** 0,31***
6 Ca-exch
(me/100)
0,18* 0,21** 0,19* 0,28** 0,22**
7 Mg-exch
(me/100)
0,11* 0,15* 0,23* 0,37* 0,25*
8 pH 6,5# 6,3# 6,33# 6,3# 6,4#
Sumber: Laboratorium Riset Pertanian USU, Medan (2011) Keterangan:
* = Sangat rendah
** = Rendah
*** = Sedang
**** = Tinggi
# = Agak masam
Berdasarkan hasil analisis di laboratorium Riset Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (Tabel 4.2), diketahui kandungan C-organik pada ketinggian 1200 - 1400 m dpl masuk kepada kriteria rendah, sedangkan pada ketinggian 1400 - 1700 m dpl masuk pada kriteria sedang. Nitrogen pada ketinggian 1200 - 1700 m dpl masuk pada kriteria rendah. Kandungan C/N pada ketinggian 1200 - 1400 m dpl masuk ke kriteria sedang, di ketinggian 1400 - 1500 m dpl masuk ke kriteria tinggi, di ketinggian 1500 – 1700 m dpl kriteria sedang. Unsur P, pada ketinggian 1200 - 1300 m dpl dan 1600-1700 m dpl kriteria sangat rendah. Pada ketinggian 1300 - 1600 m dpl kriteria rendah. Unsur K, di ketinggian 1200 - 1700 m dpl menunjukkan kriteria sangat rendah. Unsur Mg, di ketinggian 1200 - 1700 m dpl menunjukkan kriteria sangat rendah. Nilai pH tanah di kawasan Hutan Aek Nauli
(45)
berkisar antara 6,3 – 6,5 yaitu pada ketinggian 1200 – 1700 m dpl (Tabel 4.2) bersifat agak masam, diduga terjadi akibat banyaknya serasah yang terdapat pada lantai hutan. Kemasaman ini menggambarkan kondisi kimiawi, proses kimia yang mungkin terjadi, serta akibatnya terhadap tanah, dan pertumbuhan Zingiberaceae. Kriteria penilaian sifat-sifat tanah, dan kriteria pH tanah terdapat pada Lampiran F.
Menurut Edward et al. (1990) dalam Monk et al. (2000), bahwa perubahan penting dalam tanah karena perubahan ketinggian adalah penurunan pH, peningkatan karbon organik, dan penurunan kedalaman perakaran. Selanjutnya LIPI (1980) dalam
Lubis (2009), mengemukakan angka kemasaman tanah kadang-kadang dipengaruhi oleh kelembaban tanah. Tanah yang basah cenderung menunjukkan pH yang rendah. Sedangkan tanah yang kering pH-nya agak tinggi. Selain itu, kemasaman tanah juga dipengaruhi oleh kadar bahan organik mineral, dan kapur yang terkandung di dalamnya.
Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa unsur hara tanah di kawasan hutan Aek Nauli yang dianalisis terdiri dari C- organic, N, P, Ca, C/N, K, dan Mg. Unsur-unsur tersebut diperlukan oleh Zingiberaceae untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Mehlich dan Drake (1955) dalam Sutedjo dan Kertasapoetra (1988) dalam “Soil Chemistry and Plant Nutrition”menyatakan bahwa unsur hara makro dapat digolongkan pula menjadi : (1) unsur pembangun/ pembentuk: C, H, O, N, P, S. (2) unsure pengatur: P, S, K, Ca, Mg dan unsure hara renik. Tanaman memerlukan C, O, H, N, P, dan S dalam jumlah banyak yang terutama untuk membangun jaringan, sedangkan Fe, Mg, Mn, Zn, Cu, Bo, dan biasanya juga Mo, walaupun diperlukan dalam jumlah sedikit adalah penting untuk pembentukan enzim K.
Seperti telah dikemukakan Hakim et al. (1986) bahwa 13 unsur hara yang berasal dari tanah, yang secara relatif 6 diantaranya dibutuhkan lebih banyak. Unsur-unsur tersebut adalah N, P, K,Ca, Mg, dan S. Keenam Unsur-unsur ini sering mendapat perhatian yang serius, karena kurang dan lambat tersedia dalam tanah terutama N, P,
(46)
dan K. Unsur-unsur hara yang lain seperti Mn, Cu, Zn, Mo, B, Cl, dan Fe digunakan oleh tanaman lebih sedikit. Ini berarti bahwa unsur tersebut kurang berarti bagi tanaman dibandingkan dengan unsur makro kecuali besi.
Menurut Hakim et al. (1986), berdasarkan kebutuhannya bagi tanaman maka unsur hara esensial dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok unsur hara makro dan kelompok unsur hara mikro. Tumbuhan tingkat tinggi memperoleh C dan O langsung dari udara berupa CO2
4.2. Keanekaragaman Jenis Zingiberaceae
melalui fotosintesis.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun ditemukan 13 jenis Zingiberaceae dengan tujuh genus, yaitu
Amomum, Etlingera, Geostachys, Globba, Hedychium, Hornstedtia dan Zingiber. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan. (Gustina, 2007), menginventarisasi Zingiberaceae di kawasan Taman Wisata Alam Deleng Lancuk dan Hutan Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dari penelitian tersebut diperoleh lima jenis Zingiberaceae, yaitu Globba pendula Roxb.,
Globba marantina Linn., Amomum apiculatum K. Schum., Hedychium longicornatum Bak., dan Geostachys decurvata (Bak.) Ridl.
Siagian (2010), melakukan inventarisai Zingiberaceae di kawasan Agro Wisata Hutan Taman Eden 100, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara ditemukan 10 jenis Zingiberaceae dengan enam genus, yaitu Etlingera; Etlingeraelatior (Jack) R.M.Sm., Etlingera sp1., Etlingera sp2., Geostachys; Geostachys decurvata (bak.) Ridl., Globba; Globba marantina Linn., Globba patens Miq., Globba pendula
Roxb., Hedychium; Hedychium cilindricum Ridl., Hornstedtia; Hornstedtia scyphifera (Koenig) Steud., Zingiber; Zingiber multibracteatum Holtt
Tetapi jumlah jenis Zingiberaceae yang ditemukan lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang ditemukan Sari (2007) melakukan inventarisasi
(47)
Zingiberaceae di kawasan Hutan Sibayak I kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, ditemukan 18 jenis dengan tujuh genus, yaitu Amomum, Costus, Etlingera, Globba, Hedychium, Phaeomeria, dan Zingiber. Jenis-jenis yang ditemukan adalah
Amomum lapaceum, Amomum sp1., Amomum sp2., Amomum sp3., Costus speciosus,Costus sp., Etlingera fimriobracteata, Etlingera cokcinea, Etlingera sp., Globba patens, Globba pendula, Globba manrantina, Hedychium lavescens, Phaeomeria speciosa, Zingiber multibracteatum, Zingiber sp.,dan ada dua jenis yang tidak diketahui nama genus dan spesiesnya.
Dan sama jumlahnya jenis Zingiberaceae yang ditemukan oleh Marpaung (2009), menginventarisasi jenis-jenis Zingiberaceae di Taman Wisata Alam Si Cikeh-Cikeh Kabupaten Dairi, Sumatera Utara ditemukan 13 spesies dengan empat genus, yaitu Amomum sp., Etlingera loerzingii, Etlingera sp1., Etlingera sp2., Etlingera sp3., Globba; Globba pendulla Roxb., Globba marantina Linn., Globba pattens
Miq., Globba variabilis Ridl., Globba sp1., dan Hedychium; Hedychium sp1., Hedychium silindricum Ridl., Hedychium coronarium Koen.
Jenis- jenis Zingiberaceae yang ditemukan dikawasan Hutan Aek Nauli Kabupatan Simalungun dapat dilihat pada Tabel 4.3.
(48)
Tabel 4.3. Jenis-jenis Zingiberaceae di Kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun.
Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa jenis-jenis Zingiberaceae yang diperoleh di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara tergolong sedikit bila dibanding total genus dari Zingiberaceae seluruhnya.
Menurut Henderson (1945) bahwa penyebaran jenis-jenis Zingiberaceae
umumnya adalah di daerah tropis dan paling banyak terdapat di daerah Asia Tenggara. Selanjutnya Lawrence (1964) menyatakan bahwa tumbuhan Zingiberaceae
tersebar luas mulai daerah tropik sampai daerah subtropik. Suku ini terdiri dari 47 sampai 50 genera dengan 1400 jenis, tiga genera tersebar di Afrika, dua genera di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, 40 genera lagi terdapat di Asia sampai ke selatan Australia dan menurut Pandey (2003) bahwa 59% anggota dari famili ini ditemukan di wilayah Indo-Malaya.
No. Genus Jenis
1. Amomum Amomum apiculatum K. Schum.
Amomum sp1
Amomum sp2
2. Etlingera Etlingera cf. megalocheilos (Griff). A.D. Poulsen
Etlingera sp 3. Geostachys Geostachys sp
4. Globba Globba patens Miq.
Globba pendula Roxb. 5. Hedychium Hedychium collinum Ridl.
Hedychium sp
6. Hornstedtia Hornstedtia conica Ridl.
Hornstedtia scyphifera (J. Koenig) Steud. 7. Zingiber Zingiber inflexum Bl.
(49)
4.3. Distribusi Zingiberaceae di Kawasan Hutan Aek Nauli
Distribusi Zingiberaceae di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan peta distribusi Zingiberaceae pada Gambar 4.1. Keanekaragaman jenis yang ditemukan pada tiap lokasi penelitian di kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun tidak sama. Hal ini diduga disebabkan oleh kondisi lingkungan yang sangat khas pada hutan pegunungan dan adaptasi yang berbeda pada setiap jenis Zingiberaceae, penyebaran diduga melalui burung dan angin. Pada hutan ini terjadi perubahan faktor-faktor lingkungan seiring dengan meningkatnya ketinggian tempat, seperti keadaan tanah, kelembaban dan intensitas cahaya.
Tabel 4.4. Distribusi Zingiberaceae di Kawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
No
Jenis Ketinggian (mdpl)
1200-1300 1300-1400 1400-1500 1500-1600 1600-1700 1. Amomum apiculatum K.
Schum.
2. Amomum sp1
3. Amomum sp2
4. Etlingera cf. megalocheilos (Griff). A.D.Poulsen
5. Etlingera sp
6. Geostachys sp.
7. Globba patens Miq.
8. Globba pendula Roxb.
9. Hedychium collinum Ridl.
10. Hedychium sp
11. Hornstedtia conica Ridl. 12. Hornstedtia scyphifera (J.
Koenig) Steud.
13. Zingiber inflexum Bl.
(50)
(51)
Dari Tabel 4.4 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa 13 jenis Zingiberaceae
yang terdapat di kawasan Hutan Aek Nauli tersebar mulai dari ketinggian 1200 – 1700 m dpl, jumlah jenis yang paling banyak ditemukan terdapat pada ketinggian 1200 - 1300 m dpl sebanyak 12 jenis. Dari data distribusi Zingiberaceae pada (Tabel 4.4) daerah yang paling sesuai untuk pertumbuhan Zingiberaceae, terdapat pada ketinggian 1200 – 1300 m dpl. Geostachys sp dan Hedychium sp merupakan jenis yang penyebaran paling luas karena ditemukan pada tiap interval ketinggian yaitu pada ketinggian 1200 – 1700 m dpl, dilihat dari penyebarannya diduga bahwa
Geostachys sp dan Hedychium sp merupakan jenis yang paling mampu beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda faktor fisik dan faktor kimia pada setiap ketinggian seperti terlihat pada Tabel 4.1. dan 4.2. Diduga penyebarannya yang luas disebabkan oleh burung yang memakan buah Geostachys sp dan Hedychium sp yang berwarna menarik.
Sesuai yang dikemukakan Larsen et al., (1999) Penyebaran biji juga masih sedikit yang diketahui. Dalam hal ini penyebaran biji diduga oleh burung sebagai agen penyebar biji yang berperan aktif.misalnya pada Hedychium, saat kapsul biji
Hedychium terbuka, burung akan tertarik untuk mendatangi biji tersebut karena warna bijinya yang mencolok dan berdaging. Burung ini akan menyebarkan biji kemanapun dia terbang. Pada kebanyakan jenis Zingiberaceae buah tumbuh dekat permukaan tanah dengan arilus biji berwarna putih, yang akhirnya akan disebarkan oleh semut. Pada genus Caulo,Kampferia yang ditemukan di Thailand, biji disebarkan oleh aliran air hujan.
Dari data yang ditemukan dilapangan (Lampiran E) Geostachys sp penyebarannya tidak merata dan cenderung berkelompok karena pada ketinggian tertentu yaitu pada interval ketinggian 1600 – 1700 m dpl, puncaknya pada ketinggian 1682 mdpl dimana Geostachys sp yang ditemukan dalam rumpun yang besar dan kerapatan yang tinggi. Diduga pada ketinggian 1600 – 1700 m dpl merupakan habitat yang paling sesuai untuk daerah pertumbuhannya, karena frekuensi dan kelimpahannya tinggi pada interval ketinggian 1600 - 1700 m dpl. Hedychium sp penyebarannya cenderung merata pada setiap setiap ketinggian. Jenis ini ditemukan dalam rumpun yang kecil dengan frekuensi dan kelimpahan yang rendah.
(52)
Dari hasil penelitian yang dilakukan dikawasan Hutan Aek Nauli Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara yaitu pada ketinggian 1200 - 1300 m dpl merupakan kawasan yang paling tinggi keanekaragaman Zingiberaceae-nya karena tujuh genus dan 12 jenis yang ditemukan di kawasan Hutan Aek Nauli terdapat pada ketinggian tersebut. Hal ini diduga karena habitat tersebut sesuai untuk daerah pertumbuhannya sebab memiliki unsur hara, suhu, kelembaban, pH dan intensitas cahaya yang sesuai dengan pertumbuhan Zingiberaceae. Genus-genus yang ditemukan adalah Amomum, Ettlingera, Geostachys, Globba, Hedycium, Hornstedtia, dan Zingiber.
Genus Amomum merupakan genus yang banyak terdapat pada ketinggian 1200 - 1300 m dpl dan 1500 - 1700 m dpl. Genus ini terdiri dari 3 jenis yang ditemukan di kawasan Hutan Aek Nauli yaitu : Amomum apiculatum K.Schum, Amomum sp1 dan Amomum sp2. Dari hasil identifikasi dilaboratorium dan pengamatan di lokasi penelititan, diduga pada ketinggian ini merupakan habitat yang paling sesuai untuk daerah pertumbuhannya. Menurut Henderson (1954) ada 18 jenis
Amomum yang berasal dari Malaya. Di Jawa ada satu jenis yang dibudidayakan tetapi tidak ada jenis lokal yang banyak dimanfaatkan.
Amomum apiculatum K. Schum, jenis ini distibusinya terdapat pada ketinggian 1500 – 1700 m dpl, tepatnya 1534 – 1682 m dpl dengan titik ordinat 02o41’56,8” LU dan 098o57’38,9”BT sampai 02o41’44” LU dan 098o
Amomum sp 1 dan Amomum sp2 yang ditemukan pada lokasi penelitian dekat dengan Camping Ground, umumnya dalam rumpun besar yang subur dan
57’30,1” BT. Ditemukan dalam rumpun kecil, kurus, memiliki stilt roots, diameter rhizom dan batang yang kecil serta berkayu, memiliki daun yang lebih kecil dibandingkan dengan Amomum sp1 dan Amomum sp2 yang diduga merupakan cara tumbuhan beradaptasi dengan lingkungan yang memiliki tajuk yang rapat, dengan frekuensi dan kelimpahan yang rendah. (Lampiran E). Diduga jenis ini kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan,di tandai dengan distribusi yang sangat rendah.
(53)
berkelompok, tetapi penyebarannya yang paling tinggi terdapat pada ketinggian 1259 m dpl dengan naungan yang agak terbuka. Amomum sp1 lebih tinggi frekuensinya dibandingkan Amomum sp2, Amomum sp1 ditemukan di beberapa tempat pada ketinggian 1200 - 1300 m dpl walaupun dalam rumpun-rumpun yang lebih kecil, sedangkan Amomum sp2 hanya terdapat pada pada suatu tempat yaitu pada ketinggian 1259 m dpl pada ordinat 02o42’48,6’’ LU dan 098o
Pada lokasi penelitian, genus Etlingera terdiri dari dua jenis yaitu Etlingera
cf. megalocheilos dan Ettlingera sp. Jenis-jenis tersebut ditemukan pada ketinggian 1200 - 1300 m dpl. Etlingra cf. megalocheilos ditemukan pada ketinggian 1201 m dpl dengan titik ordinat 02
56’26,9’’ BT nya dan kemunculan berdampingan dengan Amomum sp1 dengan rumpun yang besar, Ada yang unik dari
Amomum sp2 ketika diambil specimennya cepat layu. Hal tersebut diduga merupakan adaptasi fisiologi karena kandungan air yang cukup tinggi. Dilihat dari data pengamatan dilapangan Amomum sp1 lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya karena Amomumsp1 terlihat penyebarannya lebih luas.
o
43’42” LU dan 098o57’12,3”BT. Etlingera sp ditemukan tepatnya pada ketinggian 1204 m dpl dengan ordinat 02o43’01,1” LU dan 098o56’25,5” BT dan pada ketinggian 1214 m dpl dengan ordinat 02o43’29,1”LU dan 098o
Menurut Larsen et al.(1999) dalam Nurainas & Yunaidi (2007) tempat tumbuh yang disenangi jenis Zingiberaceae ini tempat-tempat lembab. Beberapa jenis
56’25,5” BT. Jenis-jenis Etlingera umumnya tumbuh pada daerah bibir hutan dan daerah terbuka. Etlingera sp ditemukan pada daerah rawa yang berair dan berlumpur hitam, ditemukan dalam rumpun yang besar, tinggi bisa mencapai 5 - 6 m dengan ciri tangkai bunga berasal dari rhizom dan naik kepermukaan lumpur, kelopak bunga berwarna merah muda saat ditemukan bunga belum mekar, sedangkan
Etlingera cf megalocheilos ditemukan di pinggir hutan Pinus mercusii yang lembab, rumpun yang besar dengan tinggi 2,2 - 4 m, perbungaan berasal dari rhizom sangat dekat dengan permukaan sehingga bunga tampak terletak di atas tanah, kelopak dan mahkota berwarna merah bercampur kuning.
(54)
juga ditemukan pada hutan sekunder, hutan yang terbuka dengan cahaya matahari penuh. Beberapa jenis Etlingera tumbuh pada hutan sekunder atau lokasi hutan yang baru terbuka yang mana bisa tumbuh dengan cepat seperti gulma. Bahkan beberapa diantaranya dapat dijadikan indikator kerusakan hutan.
Genus Geostachys yang dijumpai pada lokasi penelitian memiliki stilt roots. Hal ini diduga disebabkan keadaan topografi tanahnya atau disebabkan usia dari tumbuhan itu sendiri. Menurut Poulsen (2006) bahwa umumnya genus ini dijumpai dengan adanya stilt roots yang berkembang dengan baik. Pada lokasi penelitian jenis ini dijumpai pada daerah yang lembab dan ternaungi dengan intensitas cahaya yang cukup.
Penyebaran genus ini cukup luas ditandai dengan frekuensi kehadirannya pada tiap interval ketinggian yaitu dimulai pada ketinggian selalu ada, yaitu dimulai pada ketinggian 1200 - 1700 m dpl walaupun pada tiap ketinggian berbeda frekuensi dan kelimpahannya. Pada ketinggian 1200 – 1600 m dpl jenis ini dijumpai dalam rumpun yang kecil dan frekuensinya rendah, tetapi pada ketinggian 1600 - 1700 m dpl frekuensinya sangat tinggi dengan kelimpahan yang cukup tinggi ditandai dengan rumpun yang lebih bayak dan lebih besar. Puncaknya dimulai dari ketinggian 1680 m dpl dengan ordinat 02041’44,5” LU dan 0980
Genus Geostachys penyebarannya sangat luas dimulai dari ketinggian 1200 - 1700 m dpl, hal ini diduga disebabkan oleh penyebaran melalui burung yang memakan buahnya yang menarik dengan warnanya yang merah dan rasanya yang manis dan kemampuan adaptasi yang tinggi pada lingkungan yang berbeda. Dapat disimpulkan distribusi dari Geostachys menyebar dan berkelompok.
57’30,6” BT yang merupakan kawasan hutan primer ditandai dengan pohon pohon besar dan serasah yang tebal serta basah dengan kelembaban yang tinggi dan intensitas cahaya yang rendah.
Genus Globba, banyak ditemukan di daerah yang cukup ternaungi dan di sepanjang aliran sungai.Umumnya hidup berkelompok dengan rumpun kecil. Jenis
(55)
yang ditemukan terdiri dari dua jenis, yaitu Globbapatens Miq dan Globbapendula
Roxb yang ditemukan pada ketinggian antara 1200 – 1300 m dpl yaitu pada ketinggian 1270 m dpl pada ordinat 0242’26,1’’ LU dan 09856’33,0’’ BT. Jenis tersebut ditemukan dengan rumpun kecil dan cenderung berkelompok.
Menurut Holtum (1950) bahwa genus Globba hampir terdapat di daerah sebelah timur Himalaya dan China Selatan sampai sebelah Selatan Malaysia. Jenis yang terkenal telah dideskripsikan dari Burma dan Sebelah Timur Laut India tetapi ada kemungkinan bahwa lebih banyak terdapat disebelah Barat Malaysia dari pada yang telah dilaporkan atau dikoleksi. Beberapa jenis Globba juga terdapat di Jawa.
Menurut Van Valkenburg & Bunyapraphatsara (2002) bahwa Globba hampir ditemukan di seluruh tempat seperti daerah yang lembab yang terdapat pada hutan hujan dataran rendah, di sepanjang pinggiran aliran sungai, dan tempat yang ternaungi kecuali Globba marantina Linn. Yang tumbuh pada daerah yang lebih terbuka dan cukup sinar matahari (Holtum, 1950). Dari hasil penelitian dan data yang ada (Lampiran E) dapat dikatakan bahwa Genus Globba mampu beradaptasi dengan ketinggian dan lingkungan yang berbeda.
Genus Hedychium yang ditemukan di lokasi penelitian terdiri dari 2 jenis yaitu Hedychium collinum sedangkan satu jenis yang lain bersifat epifit yaitu
Hedychium sp. Ditemukan pada ketinggian antara 1200 - 1400 m dpl dan 1600 – 1700 m dpl. Hedychium yang ditemukan dimulai dari ketinggian 1260 m dpl dengan ordinat 02039’11,9” LU dan 098023’15,3” BT. Hedychium membutuhkan daerah yang subur dan daerah yang lembab untuk pertumbuhannya. Hedychium biasanya membutuhkan cuaca yang sensitif dan suhu yang rendah yaitu -70 C. Menurut Van Valkkenburg dan Bunyapraphatsara (2002), Hedychium (kecuali jenis yang epifit) membutuhkan tanah yang lembab atau tanah yang basah pada dataran rendah atau pegunungan kondisi yang terna.
(1)
21 Hedychium collinum 2 Aek Nauli 1270 02°42'26,1" LU dan 098°56'33"BT
22 Globba patens 35 Aek Nauli 1270 02°42'26,1" LU dan 098°56'33"BT
23 Globba pendula 25 Aek Nauli 1270 02°42'26,1" LU dan 098°56'33"BT
24 Globba patens 5 Aek Nauli 1275 02°42'50" LU dan 098°56'23,6"BT
25 Horntedtia scyphifera 3 Aek Nauli 1275 02°42'50" LU dan 098°56'23,6"BT
26 Amomum sp1 18 Aek Nauli 1280 02°42'30,3" LU dan 098°56'31,8"BT
27 Horntedtia scyphifera 4 Aek Nauli 1280 02°42'30,3" LU dan 098°56'31,8"BT
28 Globba pendula 22 Aek Nauli 1280 02°42'30,3" LU dan 098°56'31,8"BT
29 Globba patens 3 Aek Nauli 1283 02°42'44,1" LU dan 098°56'21,3"BT
30 Hedychium sp 4 Aek Nauli 1283 02°42'44,1" LU dan 098°56'21,3"BT
31 Hedychium sp 5 Aek Nauli 1290 02°42'40,3" LU dan 098°56'19,4"BT
32 Horntedtia scyphifera 8 Aek Nauli 1290 02°42'40,3" LU dan 098°56'19,4"BT
33 Amomum sp1 5 Aek Nauli 1290 02°42'40,3" LU dan 098°56'19,4"BT
34 Amomum sp1 7 Aek Nauli 1300 02°42'31" LU dan 098°56'04"BT
35 Hedychium collinum 30 Aek Nauli 1300 02°42'31" LU dan 098°56'04"BT
36 Hedychium sp 5 Aek Nauli 1300 02°42'31" LU dan 098°56'04"BT
37 Geostachys sp 1 Bangun Dolok 1301 02°40'51,4" LU dan 098°56'26,8"BT
38 Hedychium sp 3 Aek Nauli 1331 02°42'31" LU dan 098°56'4,6"BT
39 Hedychium sp 5 Aek Nauli 1360 02°42'30,4" LU dan 098°56'1,8"BT
40 Hedychium collinum 2 Aek Nauli 1370 02°42'30,9" LU dan 098°55'59"BT
41 Hedychium sp 3 Aek Nauli 1382 02°42'30,4" LU dan 098°56'1,1"BT
42 Hedychium collinum 15 Aek Nauli 1382 02°42'30,4" LU dan 098°56'1,1"BT
43 Hedychium colinum 8 Aek Nauli 1385 02°42'31,1" LU dan 098°55'55"BT
44 Hedychium collinum 20 Aek Nauli 1391 02°42'5,4" LU dan 098°57'39,7"BT
45 Hedychium collinum 7 Aek Nauli 1392 02°42'25,7" LU dan 098°55'1,1"BT
46 Globba patens 3 Aek Nauli 1392 02°42'25,7" LU dan 098°55'1,1"BT
(2)
48 Hedychium collinum 6 Aek Nauli 1397 02°42'31,4" LU dan 098°55'51,2"BT
49 Hedychium collinum 19 Aek Nauli 1399 02°42'30,6" LU dan 098°55'55,7"BT
50 Hedychium sp 1 Dolok Parmonangan 1491 02°42'5,4" LU dan 098°57'39,7"BT
51 Hedychium sp 1 Dolok Parmonangan 1496 02°42'50" LU dan 098°57'39,9"BT
52 Hedychium sp 1 Dolok Parmonangan 1534 02°41'56,8" LU dan 098°57'38,9"BT
53 Amamum apiculatum 1 Dolok Parmonangan 1534 02°41'56,8" LU dan 098°57'38,9"BT 54 Amamum apiculatum 2 Dolok Parmonangan 1562 02°41'55,7" LU dan 098°57'35,7"BT
55 Hedychium sp 3 Dolok Parmonangan 1562 02°41'55,7" LU dan 098°57'35,7"BT
56 Geostachys sp 4 Dolok Parmonangan 1562 02°41'55,7" LU dan 098°57'35,7"BT
57 Hedychium sp 4 Dolok Parmonangan 1582 02°41'54,2" LU dan 098°57'35,4"BT
58 Hedychium sp 1 Dolok Parmonangan 1590 02°41'53,8" LU dan 098°57'35,8"BT
59 Geostachys sp 10 Dolok Parmonangan 1590 02°41'53,8" LU dan 098°57'35,8"BT
60 Geostachys sp 9 Dolok Parmonangan 1593 02°41'53,8" LU dan 098°57'35"BT
61 Hedychium sp 3 Dolok Parmonangan 1593 02°41'53,8" LU dan 098°57'35"BT
62 Hedychium sp 3 Dolok Parmonangan 1595 02°41'52,5" LU dan 098°57'34,8"BT
63 Hedychium sp 7 Dolok Parmonangan 1598 02°41'52,3" LU dan 098°57'34,4"BT
64 Geostachys sp 2 Dolok Parmonangan 1598 02°41'52,3" LU dan 098°57'34,4"BT
65 Globba patens 3 Bangun Dolok 1600 02°41'10,2" LU dan 098°56'34"BT
66 Geostachys sp 6 Dolok Parmonangan 1602 02°41'51,9" LU dan 098°57'34,5"BT
67 Hedychium sp 3 Dolok Parmonangan 1602 02°41'51,9" LU dan 098°57'34,5"BT
68 Globba patens 5 Bangun Dolok 1608 02°41'11,3" LU dan 098°56'34,5"BT
69 Geostachys sp 10 Bangun Dolok 1608 02°41'11,3" LU dan 098°56'34,5"BT
70 Geostachys sp 11 Dolok Parmonangan 1609 02°41'51,4" LU dan 098°57'34,6"BT
71 Geostachys sp 6 Dolok Parmonangan 1611 02°41'50,7" LU dan 098°57'34,3"BT
72 Hedychium sp 1 Dolok Parmonangan 1611 02°41'50,7" LU dan 098°57'34,3"BT
73 Geostachys sp 8 Dolok Parmonangan 1615 02°41'50,5" LU dan 098°57'33,9"BT
(3)
75 Amamum apiculatum 1 Dolok Parmonangan 1615 02°41'50,5" LU dan 098°57'33,9"BT
76 Geostacys sp 3 Dolok Parmonangan 1617 02°41'43" LU dan 098°57'43,2"BT
77 Hedychium sp 2 Dolok Parmonangan 1617 02°41'43" LU dan 098°57'43,2"BT
78 Geostacys sp 6 Dolok Parmonangan 1623 02°41'49,6" LU dan 098°57'34,5"BT
79 Globba pendula 3 Bangun Dolok 1625 02°41'12,2" LU dan 098°56'34,9"BT
80 Geostacys sp 15 Dolok Parmonangan 1635 02°41'48,7" LU dan 098°57'34,4"BT
81 Hedychium sp 2 Dolok Parmonangan 1635 02°41'48,7" LU dan 098°57'34,4"BT
82 Geostachys sp 12 Dolok Parmonangan 1645 02°41'47,7" LU dan 098°57'33,7"BT
83 Geostachys sp 15 Dolok Parmonangan 1657 02°41'46,7" LU dan 098°57'32,6"BT
84 Hedychium sp 1 Dolok Parmonangan 1657 02°41'46,7" LU dan 098°57'32,6"BT
85 Geostacys sp 25 Dolok Parmonangan 1680 02°41'44,5" LU dan 098°57'30,6"BT
86 Hedychium sp 5 Dolok Parmonangan 1680 02°41'44,5" LU dan 098°57'30,6"BT
87 Hedychium colinum 2 Dolok Parmonangan 1680 02°41'44,5" LU dan 098°57'30,6"BT
88 Geostacys sp 38 Dolok Parmonangan 1682 02°41'44" LU dan 098°57'30,1"BT
89 Amamum apiculatum 3 Dolok Parmonangan 1682 02°41'44" LU dan 098°57'30,1"BT
GENUS YANG DITEMUKAN
1 Amomum
2 Etlingera
3 Geostachys
4 Globba
5 Hedychium
6 Hornstedtia
(4)
Lampiran F
Kriteria Penilaian Sifat-Sifat Tanah
Sifat
Tanah
Satuan
Sangat
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat
Tinggi
C
(Karbon)
N
(Nitrogen)
C/N
P-avl
Bray II
%
%
<1,00
<0,10
1,00-2,00
0,10-0,20
2,01-3,00
0,21-0,50
3,01-5,00
051-075
16-25
26-35
0,60-1,00
11,0-20,0
2,10-8,00
>5,00
>0,75
>25
>35
>1,00
>20
>8,00
… <5
5-10 11-15
ppm
<8,0
<0,10
<2,0
<0,40
8,0-15
0,10-0,20
2,0-5,0
16-25
0,30-0,50
6,0-10,0
K-exch
me/100
Ca-exch
me/100
Mg
me/100
0,40-1,00 1,10-2,00
Kriteria pH Tanah
Kriteria
pH H
2O
pH KCl
Sangat masam
Masam
Agak masam
Netral
Agak alkalis
Alkalis
<4,5
4,5-5,5
5,6-6,5
6,6-7,5
7,6-8,5
>8,5
<2,5
2,5-4,0
…
4,1-6,0
6,1-6,5
>6,5
Menurut
1.
Staff Pusat Penelitian Tanah, 1983
2.
BPP Medan, 1982
(5)
LAMPIRAN G
Foto-foto di Lokasi Penelitian
Pengukuran kelembapan udara
a.
Dept. Hehutanan Aek Nauli b. Survey lokasi penelitian
c. Salah satu lokasi penelitian
d. Salah satu lokasi penelitian
(6)