Peranan Polis sebagai Dokumen Perjanjian Asuransi 1. Pengertian dan syarat-syarat polis

Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 kegiatan usaha sejenis dengan kegiatan usaha dari perusahaan perasuransian yang didirikan atau yang dimilikinya. Mengenai perizinan usaha perasuransian, setiap pihak yang melakukan usaha perasuransian wajib mendapat izin usaha dari Menteri, kecuali bagi perusahaan yang menyelenggarakan Program Asuransi Sosial. Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian tersebut dilakukan oleh Menteri yang dalam kaitan tersebut berada di bawah wewenang dari Menteri Keuangan Republik Indonesia. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 tahun 1992 tentang penyelenggaran usaha Perasuransian, dalam Pasal 17 diatur tentang setiap pemasaran program asuransi harus diungkapkan informasi yang relevan, tidak ada yang bertentangan dengan persyaratan yang dicantumkan dalam polis, dan tidak menyesatkan. Oleh karena itu perusahaan perasuransian berkewajiban untuk terlebih dahulu melaporkan kepada Menteri, setiap program asuransi baru yang akan dipasarkan dan perusahaan asuransi dilarang untuk memasarkan program asuransi baru yang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai resiko yang ditutup asuransinya, kewajiban tertanggung, atau mempersulit tertanggung mengurus haknya.

B. Peranan Polis sebagai Dokumen Perjanjian Asuransi 1. Pengertian dan syarat-syarat polis

Menurut ketentuan Pasal 255 KUH Dagang, perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis. Selanjutnya Pasal 19 Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1992 menentukan polis atau bentuk perjanjian dengan nama apapun, berikut lampiran yang merupakan satu kesatuan dengannya, tidak boleh mengandung kata-kata atau kalimat yang menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai risiko yang ditutup asuransinya kewajiban penanggung dan kewajiban tertanggung atau mempersulit tertanggung mengurus haknya. Dalam Pasal 255 KUH Dagang disebutkan polis merupakan perjanjian asuransi dimana acuan pokok perjanjian asuransi tetap pada pengertian dasar dari perjanjian. Secara umum pengertian perjanjian dapat dijabarkan antara lain sebagai berikut : a. Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih b. Suatu hubungan hukum antara pihak atas dasar pihak yang satu yang berpiutangkreditor berhak untuk suatu prestasi dari yang lain yang berhubungandebitor yang juga berkewajiban melaksanakan dan bertanggung jawab atas suatu prestasi. Dari batasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa setiap perjanjian pada dasarnya akan meliputi hal-hal tersebut dibawah ini : a. Perjanjian selalu menciptakan hubungan hukum b. Perjanjian menunjukkan adanya kemampuan atau kewenangan menurut hukum Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 c. Perjanjian mempunyai atau berisikan suatu tujuan umum, bahwa pihak yang satu akan memperoleh dari pihak yang lain suatu prestasi yang mungkin memberikan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu d. Dalam setiap perjanjian, kreditur berhak atas prestasi dari debitur yang dengan sukarela akan memenuhinya e. Bahwa dalam setiap perjanjian debitur wajib dan bertanggung jawab melakukan prestasinya sesuai dengan isi perjanjian Kelima unsur termaksud diatas pada hakikatnya selalu terkandung pada setiap jenis perjanjian asuransi. Jadi pada perjanjian asuransi disamping harus mengandung kelima unsur pokok termaksud karakteristik perjanjian asuransi inilah nanti yang membedakannya dengan jenis perjanjian umumnya dan perjanjian-perjanjian lain. Sifat dan ciri khusus perjanjian asuransi yang membedakannya dengan perjanjian lain adalah :27 a. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian aletoir dan bukannya perjanjian kommunikatif, bahwa prestasi dari penanggung atau sejumlah uang kepada tertanggung diganti kepada suatu peristiwa yang belum pasti terjadi onzeker voorval. Dengan demikian terdapat kesengajaan waktu diantara prestasi tertanggung membayar premi dengan haknya mendapat ganti rugi dari penanggung b. Perjanjian asuransi adalah perjanjian sepihak unilateral, bahwa perjanjian dimaksudkan menunjukkan bahwa hanya satu pihak saja yang 27

M. Suparman Sastra Widjaja, Endang, Op.cit, hal. 7