Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007.
USU Repository © 2009
Dengan pengalaman operasional lebih dari 10 tahun tersebut JP-INSURANCE mampu memanfaatkan setiap peluang yang ada dengan tetap berpedoman pada
peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan didukung oleh 489 karyawan, 24 jaringan cabang serta 53 kantor cabang
pembantu dan unit layanan di seluruh Indonesia, JP-INSURANCE bertekad untuk senantiasa memberikan pelayanan dan perlindungan optimal bagi seluruh nasabah.
Kepercayaan para nasabah dan mitra usaha akan semakin mengukuhkan tekad untuk mencatat pertumbuhan yang pesat serta menempatkan diri sebagai salah
satu pemain utama di pasar asuransi kerugian di Indonesia.
B. Syarat-syarat yang berkaitan dengan Pelaksanaan Perjanjian Asuransi
Pada setiap perjanjian yang akan dilakukan, harus dipenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Pasal 1320 KUH Perdata. Syarat-syarat yang dimaksud
adalah : 1.
Sepakat mereka untuk mengikatkan dirinya 2.
Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3.
Suatu hal tertentu 4.
Suatu sebab yang halal Keempat syarat tersebut berlaku umum. Namun demikian asuransi kecelakaan diri
merupakan salah satu asuransi sosial, maka akan terdapat penyimpangan dari hal yang diisyaratkan Pasal 1320 KUH Perdata.
Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007.
USU Repository © 2009
Asuransi sosial, ialah ”Alat untuk menghimpun resiko dengan memindahkannya kepada organisasi yang biasanya adalah organisasi Pemerintah, yang diharuskan
oleh undang-undang untuk memberikan manfaat keuangan atau pelayanan kepada atau atas nama orang-orang yang diasuransikan itu pada waktu terjadinya
kerugian tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya”.
19
1. Penanggung biasanya suatu organisasi di bawah wewenang pemerintah.
Dari defenisi diatas dapat dilihat ciri-ciri khusus dari asuransi sosial, yakni antara lain adalah :
2. Tertanggung biasanya masyarakat luas anggotagolongan masyarakat
tertentu. 3.
Resiko suatu kerugian yang sudah diatur dan ditentukan terlebih dahulu. 4.
Wajib berdasarkan suatu ketentuan undang-undang atau peraturan lain.
20
Timbulnya asuransi sosial berbeda latar belakangnya dengan asuransi lainnya asuransi pada umumnya.
Asuransi pada umumnya diadakan karena adanya kebutuhan akan peralihan resiko semata-mata dari pihak yang satu kepada pihak yang lain. Peralihan resiko
merupakan suatu kebutuhan pribadi dari satu pihak, dalam hal ini adalah penanggung dengan didasari adanya kata sepakat. Perjanjian disini ialah
perjanjian asuransipertanggungan. Dengan adanya peralihan resiko tadi, dengan didasari adanya suatu perjanjian, maka akan timbul konsekuensi
selanjutnya ialah pihak yang mengalihkan resiko tadi harus membayar
19
Djoko Prakoso, SH, I. Ketut Murtika, SH, Op.cit, hal. 232.
20
Ibid
Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007.
USU Repository © 2009
premi kepada pihak lain penanggung. Karena adanya kepentingan pribadi, terutama dalam lapangan perdagangan, maka dapat dimengerti bahwa
asuransi pada umumnya itu timbul karena kegiatan peniagaan. Jadi lahir karena tujuan ekonomi, yaitu bahwa seseorang menghendaki supaya resiko
yang akan dideritanya dialihkan kepada orang lain. Asuransi kecelakaan diri bagi wisatawan sebagai salah satu asuransi sosial
justru timbul karena suatu kebutuhan masyarakat yang akan terselenggaranya jaminan sosial social security. Jadi timbulnya karena
adanya suatu kebutuhan masyarakat berhubungan karena keadaan dan perkembangannya sudah demikian mendesak dan tidak dapat ditunda lagi.
Bila dihubungkan dengan Pasal 1320 KUHPerdata bahwa untuk setiap perjanjian harus ada kesepakatan kehendak, maka pada suransi kecelakan
diri, ia bersifat wajib, sehingga tidak diperlukan lagi adanya kesepakatan kehendak. Keadaan inilah yang menyebabkan adanya penyimpangan dari
ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata. Penyimpangan ini sejalan dengan ciri- ciri asuransi sosial, yakni bersifat wajib dan pengelolaannya diserahkan
kepada salah satu badan pemerintah. Asuransi kecelakan diri sebagai salah satu asuransi sosial proses pengikatan perjanjiannya juga tidak memerlukan
adanya kesepakatan kehendak seperti yang telah dijelaskan di atas. Hal inilah yang dimaksud dengan penyimpangan ketentuan yang diisyaratkan
oleh Pasal 1320 KUH Perdata.
Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007.
USU Repository © 2009
C. Pihak-pihak yang terkait dalam Asuransi Kecelakan Diri Dari dalam Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan suatu persetujuan adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Jadi setiap persetujuan harus selalu ada dua pihak atau lebih,
dimana satu pihak bertindak sebagai yang berhak atau sebagai yang berhak berkewajiban dan dilain pihak bertindak sebagai yang berkewajiban saja atau
sebagai yang berkewajiban dan yang berhak. Yang jelas pihak-pihak dalam suatu persetujuan adalah merupakan subyek hukum yaitu yang merupakan pendukung
hak dan kewajiban, yang biasanya adalah manusia dan badan hukum. Jika dilihat ketentuan Pasal 246 KUHD, yang secara yuridis dengan nyata
menyebutkan pihak-pihak yang terkait dalam suatu perjanjian asuransi adalah penanggung dan tertanggung.
Penanggung verzekeraar, asurador, penjamin ialah mereka yang mendapat premi, dan berjanji akan mengganti kerugian ataupun membayar sejumlah uang
yang telah disetujui, jika terjadi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya, yang mengakibatkan kerugian bagi tertanggung.
21
Sedangkan tertanggung atau terjamin verzekerde, insured adalah manusia dan badan hukum, sebagai pihak
yang berhak dan yang berkewajiban, dalam perjanjian asuransi, dengan membayar premi.
22
Begitu pula di dalam asuransi kecelakaan diri. Asuransi kecelakaan diri yang merupakan bagian dari asuransi kerugian, dilakukan oleh dua pihak yang saling
terkait. Pihak-pihak yang saling terkait itu adalah penanggung dan tertanggung,
21
H. Mashudi, SH, NIH dan Moch, Chaidir Ali, SH, Hak Asuransi, Mandar Maju, 1995, hal. 3.