Dasar Hukum Asuransi Kecelakaan Diri

Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009

BAB IV ASURANSI KECELAKAAN DIRI WISATAWAN DI DAERAH

OBJEK WISATA DANAU LAU KAWAR

A. Dasar Hukum Asuransi Kecelakaan Diri

Mengenai kedudukan hukum dari asuransi kecelakaan diri, maka lebih dulu, dibatasi ruang lingkup dari perasuransian yang ada di Indonesia pada umumnya, dan secara khususnya tentang asuransi kecelakaan diri. Usaha perasuransian yang sehat merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi resiko yang dihadapi anggota masyarakat dan sekaligus merupakan salah satu lembagta penghimpunan dana masyarakat dalam upaya memajukan kesejahteraan umum. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka diadakan upaya peningkatan peranan usaha perasuransian dalam pembangunan dengan memberikan kesempatan yang lebih luas lagi bagi pihak-pihak yang ingin berusaha dibidang perasuransian, dengan tidak mengabaikan prinsip usaha yang sehat dan bertanggung jawab, yang sekaligus dapat mendorong kegiatan perekonomian pada umumnya. Sehubungan dengan hal-hal tersebut dipandang perlu untuk menetapkan undang- undang tentang usaha perasuransian. Adapun undang-undang yang dimaksud untuk mengatur tentang usaha perasuransian tersebut ialah undang-undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, yang pengaturannya yaitu PP No. 73 tahun 1992. Dalam undang- Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 undang nomor 2 tahun 1992, dapat diketahui mengenai kedudukan hukum dari asuransi kecelakaan diri tersebut. Pembangunan ekonomi memerlukan dukungan investasi dalam jumlah yang memadai yang pelaksanaannya harus berdasarkan kemampuan sendiri. Oleh karena itu diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk memgerahkan dana investasi, khususnya yang bersumber dari tabungan masyarakat. Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan menjadi penting peranannya, karena dari kegiatan usaha ini diharapkan dapat semakin menungkat lagi pengerahan dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan. Pembangunan tidak luput dari berbagai resiko yang dapat mengganggu hasil pembangunan yang telah dicapai. Sehubungan dengan itu dibutuhkan hadirnya usaha perasuransian yang tangguh, yang dapat menampung kerugian yang dapat timbul oleh adanya berbagai resiko. Kebutuhan akan jasa usaha perasuransian juga merupakan salah satu sarana finansial dalam tata kehidupan ekonomi rumah tangga, baik dalam menghadapi resiko finansial yang timbul sebagai akibat dari resiko yang paling mendasar, yaitu resiko alamiah datangnya kematian, maupun dalam menghadapi berbagai resiko atas harta benda yang dimiliki. Kebutuhan akan hadirnya usaha perasuransian juga dirasakan oleh dunia usaha, mengingat disatu pihak terdapat berbagai resiko yang secara dasar dan rasional dirasakan dapat mengganggu kesinambungan kegiatan usahanya, di lain pihak dunia usaha seringkali tidak dapat menghindarkan diri dari suatu system yang memaksanya untuk menggunakan jasa usaha perasuransian. Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 Usaha perasuransian telah lama hadir dalam perekonomian Indonesia dan berperan dalam perjalanan sejarah bangsa berdampingan dengan sector kegiatan lainnya. Sejauh ini kehadiran usaha perasuransian hanya didasarkan pada kitab Undang-undang Hukum Dagang KUHDagang yang mengatur asuransi sebagai suatu perjanjian. Sementara itu usaha asuransi merupakan usaha yang menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung dan sekaligus usaha ini juga menyangkut dana masyarakat. Dengan kedua peranan usaha asuransi tersebut, dalam perkembangan pembangunan ekonomi yang semakin meningkat, semakin terasa kebutuhan akan hadirnya industri perasuransian yang kuat dan dapat diandalkan. Untuk itu usaha perasuransian merupakan bidang usaha yang memerlukan pembinaan dan pengawasan secara berkesinambungan dari pemerintah. Selain itu diperlukan perangkat peraturan dalam bentuk undang-undang yang mempunyai kekuatan hukum yang lebih kokoh dan dapat merupakan landasan, baik bagi gerak usaha dari perusahaan-perusahaan asuransi maupun bagi pemerintah dalam rangka melaksanakan pembinaan dan pengawasan. Undang-undang nomor 2 tahun 1992, pada dasarnya menganut azas spesialisasi usaha bidang perasuransian. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa usaha perasuransian memerlukan keahlian serta ketrampilan teknis yang khusus dalam penyelenggaraannya. Adanya kebebasan pada tertanggung ditegaskan dalam undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 untuk memilih perusahaan asuransi. Dalam rangka Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 perlindungan atas hak tertanggung, undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 juga menetapkan ketentuan yang menjadi pedoman tentang penyelenggaraan usaha, dengan mengupayakan agar praktek usaha yang dapat menimbulkan konflik kepentingan sejauh mungkin dapat dihindarkan, serta mengupayakan agar jasa yang ditawarkan dapat terselenggara atas dasar pertimbangan objektif yang tidak merugikan pemakai jasa. Dalam bab I, Pasal 1 undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan perusahaan perasuransian adalah Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Agen Asuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi dan Perusahaan Konsultan Akturia. Pasal 1 ayat 4 undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tersebut ditujukan pada pengelompokan jenis usaha perasuransian yang didasarkan pada pengertian bahwa perusahaan yang melakukan usaha asuransi adalah perusahaan yang menanggung resiko asuransi. Disamping itu, di bidang perasuransian terdapat pula perusahaan-perusahaan yang kegiatan usahanya tidak menanggung resiko asuransi. Kegiatan usahanya dikelompokkan sebagai usaha penunjang usaha asuransi. Walaupun demikian sebagai sesama penyedia jasa dibidang asuransi, perusahaan di bidang usaha asuransi dan perusahaan di bidang usaha asuransi merupakan mitra usaha yang Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 membutuhkan dan saling melengkapi yang secara bersama-sama perlu memberikan kontribusi bagi kemajuan sector perasuransian di Indonesia. Selain pengelompokan menurut jenis usaha, usaha asuransi dapat juga dibagi berdasarkan sifat dari penyelenggaraan usahanya menjadi dua kelompok, yaitu yang bersifat sosial dan bersifat komersial. Usaha asuransi yang bersifat sosial adalah dalam rangka penyelenggaraan Program Asuransi Sosial, yang bersifat wajib berdasarkan Undang-undang dan memberikan perlindungan dasar untuk kepentingan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka setiap perusahaan menjalankan jenis usaha yang telah ditetapkan. Tidak dimungkinkan adanya sebuah perusahaan asuransi yang sekaligus menjalankan usaha asuransi kerugian dan asuransi jiwa. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, keberadaan asuransi kecelakaan diri merupakan bagian dari usaha-usaha yang diselenggarakan oleh perusahaan asuransi jiwa. Usaha asuransi jiwa ini memberikan jasa dalam penanggulangan resiko yang berhubungan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Dalam menyelenggarakan usahanya, perusahaan asuransi jiwa hanya dapat bergerak dibidang asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri, dan usaha anuitas, serta menjadi pendiri dan pengurus dana pensiun sesuai dengan peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku Pasal 46 UU No. 2 Tahun 1992. Dapat diketahui bahwa asuransi kecelakaan diri itu tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari usaha yang diselenggarakan oleh asuransi jiwa. Peraturan-peraturan yang Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 berlaku dan yang mengatur tentang asuransi jiwa, tentu berlaku dan juga mengatur asuransi kecelakaan diri secara langsung. Asuransi kecelakaan diri bagi wisatawan ini merujuk pada ketentuan polis asuransi kecelakaan diri No. JRP.0093.002. Adapun mengenai usaha perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk :

a. Perusahaan Perseroan PERSERO, b. Koperasi,

c. Perseroan Terbatas, d. Usaha Bersama Mutual.

Hal tersebut diatur dalam Pasal 7, ayat 2 UU No. 2 Tahun 1992. Di Indonesia, usaha perasuransian tersebut kebanyakan dalam bentuk badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas. Sehingga sedikit banyaknya peraturan yang berlaku bagi Perseroan Terbatas pada umumnya akan berlaku juga bagi perusahaan asuransi. Mengenai kepemilikan perusahaan perasuransian, perusahaan perasuransian hanya dapat didirikan oleh : a. Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia yang sepenuhnya dimiliki warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia. b. Perusahaan perasuransian yang pemiliknya sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a, dengan perusahaan perasuransian yang tunduk pada hukum asing. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka perusahaan perasuransian yang didirikan tersebut haruslah merupakan perusahaan perasuransian yang mempunyai Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 kegiatan usaha sejenis dengan kegiatan usaha dari perusahaan perasuransian yang didirikan atau yang dimilikinya. Mengenai perizinan usaha perasuransian, setiap pihak yang melakukan usaha perasuransian wajib mendapat izin usaha dari Menteri, kecuali bagi perusahaan yang menyelenggarakan Program Asuransi Sosial. Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian tersebut dilakukan oleh Menteri yang dalam kaitan tersebut berada di bawah wewenang dari Menteri Keuangan Republik Indonesia. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 tahun 1992 tentang penyelenggaran usaha Perasuransian, dalam Pasal 17 diatur tentang setiap pemasaran program asuransi harus diungkapkan informasi yang relevan, tidak ada yang bertentangan dengan persyaratan yang dicantumkan dalam polis, dan tidak menyesatkan. Oleh karena itu perusahaan perasuransian berkewajiban untuk terlebih dahulu melaporkan kepada Menteri, setiap program asuransi baru yang akan dipasarkan dan perusahaan asuransi dilarang untuk memasarkan program asuransi baru yang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai resiko yang ditutup asuransinya, kewajiban tertanggung, atau mempersulit tertanggung mengurus haknya.

B. Peranan Polis sebagai Dokumen Perjanjian Asuransi 1. Pengertian dan syarat-syarat polis