Mashudi, SH, NIH dan Moch, Chaidir Ali, SH, Hak Asuransi, Mandar Maju, 1995, hal. 3.

Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 C. Pihak-pihak yang terkait dalam Asuransi Kecelakan Diri Dari dalam Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Jadi setiap persetujuan harus selalu ada dua pihak atau lebih, dimana satu pihak bertindak sebagai yang berhak atau sebagai yang berhak berkewajiban dan dilain pihak bertindak sebagai yang berkewajiban saja atau sebagai yang berkewajiban dan yang berhak. Yang jelas pihak-pihak dalam suatu persetujuan adalah merupakan subyek hukum yaitu yang merupakan pendukung hak dan kewajiban, yang biasanya adalah manusia dan badan hukum. Jika dilihat ketentuan Pasal 246 KUHD, yang secara yuridis dengan nyata menyebutkan pihak-pihak yang terkait dalam suatu perjanjian asuransi adalah penanggung dan tertanggung. Penanggung verzekeraar, asurador, penjamin ialah mereka yang mendapat premi, dan berjanji akan mengganti kerugian ataupun membayar sejumlah uang yang telah disetujui, jika terjadi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya, yang mengakibatkan kerugian bagi tertanggung. 21 Sedangkan tertanggung atau terjamin verzekerde, insured adalah manusia dan badan hukum, sebagai pihak yang berhak dan yang berkewajiban, dalam perjanjian asuransi, dengan membayar premi. 22 Begitu pula di dalam asuransi kecelakaan diri. Asuransi kecelakaan diri yang merupakan bagian dari asuransi kerugian, dilakukan oleh dua pihak yang saling terkait. Pihak-pihak yang saling terkait itu adalah penanggung dan tertanggung, 21

H. Mashudi, SH, NIH dan Moch, Chaidir Ali, SH, Hak Asuransi, Mandar Maju, 1995, hal. 3.

Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 sedangkan dalam pertanggungan jumlah, pihak tertanggung dapat memecahkan diri menjadi dua pihak, yaitu sebagai penutup pertanggungan dan penikmat. Karena pertanggungan campuran mempunyai dua sifat, yakni sebagai pertanggungan kerugian dan pertanggungan jiwa, maka tertanggung dapat terdiri dari satu atau dua orang. Bila tertanggung menunjuk orang lain sebagai penikmatnya, maka ia bertindak sebagai penutup pertanggungan. Sedangkan bila penutup pertanggungan asuransi menunjuk dirinya sendiri sebagai penikmat, maka ia betul-betul bertindak sebagai tertanggung. Adapun benda yang menjadi objek pertanggungan, pada asuransi kerugian dikenal benda pertanggungan verzekerde voorwerp, yakni benda yang dipertanggungkan, atas nama dapat terserang bahaya, sehingga dapat merugikan tertanggung. Meskipun pertanggungan campuran mempunyai dua sifat, yaitu sifat sebagai pertanggungan kerugian dan sebagai pertanggungan jiwa, tetapi anehnya pertanggungan campuran ini tidak mengenal apa yang disebut benda pertanggungan, sebab hal yang dipertanggungkan itu bukan barang, melainkan ”orang”, yang diistilahkan sebagai ”badan tertanggung” lijt. Adapun bahaya-bahaya yang menjadi beban penanggung ialah ”kecelakaan”, yang mungkin mengenai badan tertanggung itu. Dan kalau kecelakaan itu benar-benar terjadi, maka timbullah kewajiban bagi penanggung untuk melakukan prestasi terhadap tertanggung. 22 Ibid, hal. 4. Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 D. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Asuransi Kecelakan Diri 1. Hak Penanggung Dan Kewajiban Penanggung 1.1 Hak Penanggung 23 a. Menurut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan perjanjian, b. Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang berkaitan dengan objek yang diasuransikan kepadanya, c. Memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri Pasal 276 KUHDagang, d. Memiliki premi yang sudah diterima dalam asuransi batal atau gugur yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung Pasal 282 KUHDagang, e. Melakukan asuransi kembali reinsurance, hervezekering kepada penanggung yang lain, dengan maksud untuk membagi resiko yang dihadapinya Pasal 271 KUHDagang. 1.2 Kewajiban Penanggung a. Memberitahukan ganti kerugian atau memberikan sejumlah uang kepada tertanggung apabila peristiwa yang diperjanjikan terjadi, kecuali jika terdapat hal yang dapat menjadi alasan untuk membebaskan dari kewajiban tersebut, Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 b. Menandatangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung Pasal 259, 260 KUHDagang, c. Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau gugur, dengan syarat tertanggung belum menanggung resiko sebagian atau seluruhnya premi restorno, pasal 281 KUHDagang. 24 2. Hak dan Kewajiban Tertanggung 2.1 Hak Tertanggung a. Menuntut agar polis ditandatangani oleh penanggung Pasal 259 KUHDagang, b. Menuntut agar polis segera diserahkan oleh penanggung Pasal 260 KUHDagang, c. Meminta ganti kerugian kepada penanggung karena pihak yang disebut terakhir lalai menandatangani dan menyerahkan polis sehingga menimbulkan kerugian kepada tertanggung Pasal 261 KUHDagang, d. Melalui pengadilan, tertanggung dapat membebaskan penanggung dari segala kewajibannya pada waktu yang akan datang, untuk selanjutnya tertanggung dapat mengasuransikan kepentingannya kepada penanggung yang lain untuk waktu dan bahaya yang sama dengan asuransi yang sama Pasal 272 KUHDagang, e. Mengadakan solvebiliteit verzekering, karena tertanggung ragu-ragu akan kemampuan penanggungnya Pasal 280KUHDagang, dalam hal ini harus 23 M. Suparman Sastrawidjaya, SH, SU MPR, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Penerbit Alumni Bandung, 1997, hal. 22. Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 tegas bahwa tertanggung hanya akan mendapat ganti kerugian dari salah satu penanggung saja, 25 f. Menuntut pengembalian premi baik seluruhnya maupun sebagian, apabila perjanjian asuransi batal atau gugur. Hak tertanggung mengenai hal ini dilakukan apabila tertanggung beritikad baik, sedangkan penanggung bersangkutan belum menanggung resiko premi restorno, Pasal 281 KUHDagang, g. Menuntut ganti kerugian kepada penanggung apabila peristiwa yang diperjanjikan dalam polis terjadi. 2.2 Kewajiban Tertanggung Kewajiban terpenting dari terjamin ialah membayar uang premi, di samping kewajiban lainnya seperti : a. Memberitahukan kepada asurador hal-hal yang perlu mengenai barang-barang yang dijamin Pasal 251, 283 dan 654 W.v.K, b. Berdaya upaya untuk menghindarkan timbulnya kerugian atau memperkecil kemungkinan timbulnya kerugian Pasal 283 dan 655 W.v.K, c. Kewajiban-kewajiban khusus yang mungkin disebutkan dalam polis, misalnya untuk memberitahukan kepada asurador, bahwa resiko dari asurador diperberat oleh karena suatu sebab tertentu. 26 24 Ibid, hal. 20-21. 25 Ibid, hal. 21-22. 26 Wirjono Prodjodikoro, Op.cit, hal. 87. Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 Dalam pembahasan-pembahasan terdahulu telah dikatakan, bahwa perjanjian asuransi merupakan persetujuan yang bersifat timbal balik wederkering. Terhadap kewajiban asurador untuk menjamin si terjamin dari suatu resiko, maka pihak terjamin selaku kontra prestasi berkewajiban untuk membayar uang premi dan kewajiban-kewajiban lain yang telah disebutkan. Oleh karena membayar uang premi merupakan kewajiban si terjamin maka apabila si terjamin tidak membayarnya, si asurador dapat menuntut melalui hakim agar si terjamin dihukum atau membayar uang premi itu. Pasal 256 ayat 7 KUHDagang juga menentukan, bahwa dalam polis harus disebutkan jumlah uang premi yang harus dibayar oleh terjamin. Selanjutnya menurut polis asuransi kecelakaan diri, yang menjadi kewajiban tertanggung jika terjadi kecelakaan adalah : 1. Setelah Tertanggung kecelakaan dalam suatu keadaan dimana pada umumnya seseorang harus minta pertolongan dokter, terutama karena sesudah kecelakaan ia seluruhnya atau sebagian tidak dapat melakukan pekerjaan, Tertanggung wajib minta pertolongan dokter. Jika karena kecelakaan yang sama itu berkali-kali timbul keadaan yang demikian atau ketidakmampuan bekerja seperti dimaksud diatas ini, maka ia wajib berbuat demikian pula. 2. Dalam waktu 3 kali 24 jam setelah untuk pertama kali setelah kecelakaan terjadi diminta pertolongan dokter, kecelakaan itu harus diberitahukan kepada kantor Penanggung terdekat, dengan memberitahukan pula tempat dimana Tertanggung. Jika karena kecelakaan yang sama itu juga perawatan dokter, Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 setelah sementara dihentikan, dimulai lagi, maka dalam waktu 24 jam hal itu harus diberitahukan sedemikian pula. Dalam hal kecelakaan menyebabkan kematian, hal itu harus diberitahukan dengan segera dalam 24 jam kepada Penanggung. 3. Jika pemberitahuan itu terlambat, Penanggung dengan tidak mengurangi apa yang ditetapkan dalam ayat 4, Penanggung berhak menggantungkan santunanganti rugi kepada bukti bahwa tidak terjadi hal-hal yang akan dikemukakan oleh Penanggung yang seluruh atau sebagiannya dapat membebaskan Penanggung dari kewajibannya. Walaupun setelah dibawa bukti seperti dimaksud diatas Penanggung masih berhak menetapkan bahwa pemberian santunanganti rugi biaya pengobatan dan rawatan terbatas pada biaya yang timbul sejak diterimaannya pemberitahuan itu, sedangkan biaya pengobatan dan rawatan mengenai waktu sebelumnya tidak mendapat penggantian dari penanggung. 4. Jika pemberitahuan itu baru diterima Penanggung lebih dari 180 seratus delapan puluh hari setelah kecelakaan terjadi, Penanggung bebas dari kewajibannya membayar santunan.ganti rugi mengenai kewajiban untuk membayar santunan.ganti rugi selanjutnya, jika dalam waktu 180 seratus delapan puluh hari setelah perawatan dokter dimulai lagi, pemberitahuan tentang hal itu belum diterima Penanggung. 5. Segala keterangan yang diminta Penanggung harus diberikan selekas mungkin, secara lengkap, dengan teliti dan sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 6. Tertanggung harus memakai pertolongan dokter atau perawatan yang bersifat medis yang dilaksanakan dengan cara-cara berdasarkan ilmu kedokteran, dan Tertanggung tidak boleh melakukan sesuatu yang dapat menghalangi penyembuhan atau pemulihan kesehatannya. 7. Pada setiap waktu harus diberikan kesempatan kepada dokter yang ditunjuk oleh Penanggung untuk mengadakan pemeriksaan kepada Tertanggung dan sepanjang tidak bertentangan dengan dokter yang merawat Tertanggung sebelumnya, Tertanggung wajib menurutinya. 8. Jika Tertanggung selama waktu ia masih sakit sebagai akibat kecelakaan meninggalkan tempat tinggalnya yang terakhir yang telah diberitahukan kepada Penanggung untuk lebih dari tujuh hari berturut-turut, maka hal itu harus diberitahukan dengan segera kepada Penanggung dengan memberitahukan pula tempat tinggal yang baru. Jika pemindahan itu terjadi dengan tidak ada persetujuan Penanggung, maka segala hak atas tunjangan mengenai akibat-akibat kecekalakaan yang timbul selama Tertanggung tidak berada di tempat tinggalnya yang dimaksudkan tadi menjadi batal, Penanggung berhak memberi persetujuan dengan syarat-syarat yang tertentu. 9. Jika Tertanggung meninggal dunia, maka yang berhak menerima santunan wajib memberi bantuannya. Jika hal itu diminta supaya dokter yang ditunjuk Penanggung diberi kesempatan untuk mengadakan pemeriksaan mayat otopsi, dan jika perlu kuburan dibuka dan segala yang berhubungan dengan hal tersebut menjadi beban Penanggung. Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 10. Jika kewajiban-kewajiban yang tersebut paa ayat 1, 5, 6, 7, dan 9 pasal ini tidak dipenuhi, maka segala hak atas santunanganti rugi menjadi batal. Perjanjian pertanggungan kerugian menurut KUHD adalah suatu perjanjian yang bersifat konsensual, artinya dapat diadakan sah berdasarkan adanya persesuaian kehendak kata sepakat antara para pihak. Untuk berlakunya perjanjian pertanggungan tidak bergantung pada adanya suatu syarat atau akta. Didalam hukum pertanggungan, dikenal bukti sebagai alat bukti adanya perjanjian pertanggungan antara penanggung dan tertanggung, yaitu yang disebut polis policy. Polis ini sebagai akta bukti tertulis tentang adanya perjanjian pertanggungan, dan fungsinya bukan sebagai syarat mutlak untuk adanya perjanjian pertanggungan tetapi hanya sebagai alat bukti terhadap perjanjian pertanggungan. Hal ini terbukti menurut Pasal 257 ayat I KUHD yang menyatakan bahwa perjanjian pertanggungan diterbitkan seketika setelah ia ditutup, hak-hak dan kewajiban-kewajiban bertimbal balik dari si penanggung dan si tertanggung mulai berlaku semenjak saat itu, bahkan sebelum polisnya ditandatangani. Pasal ini seolah-olah bertentangan dengan pasal pasal 255 KUHD yang menyatakan bahwa suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis. Seolah-olah polis itu merupakan suatu syarat untuk adanya perjanjian itu. Sehubungan dengan hal tersebut, tidak boleh ditarik suatu kesimpulan polis merupakan syarat mutlak untuk sahnya perjanjian pertanggungan, karena untuk sahnya perjanjian pertanggungan harus memenuhi syarat-syarat yang telah diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009 Dalam asuransi kecelakaan diri yang mengelola adalah Pemerintah, dalam hal ini diserahkan kepada PT.Jasa Raharja Putera maka polis dalam asuransi ini hanya berlaku sepihak. Dalam arti hanya pihak penanggung saja yang banyak berperan dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi karena pihak penanggung merupakan suatu badan hukum yang memiliki tanggung jawab sosial untuk menyelesaikan penuntutan pembayaran ganti kerugian pertanggungan. Ditinjau dari sudut prestasi penanggung, maka pertanggungan kecelakaan ini mewajibkan penanggung untuk mengganti kerugian yang diderita tertanggung dan membayar sejumlah uang yang telah disepakati pada waktu ditutupnya pertanggungan. Jika polis asuransi ini hilang padahal klaim akan dilakukan bukan berarti asuransi ini akan hapus, karena polis dalam asuransi kecelakaan diri ini dibuat secara berkelompok sehingga walaupun polis tersebut itu hilang maka asuransi itu tetap dibayar. Reny Aswita : As ur ans i K ec el ak aan D iri T er h ad ap W isatawan Di D aerah O bjek W isata Studi pada PT. Jasa Raharja Putera Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009

BAB IV ASURANSI KECELAKAAN DIRI WISATAWAN DI DAERAH