KOPERASI MENURUT SYARIAH KAJIAN TEORITIS

1. Koperasi Pemakaian koperasi warung, koperasi sehari-hari, koperasi distribusi, warung andil dan sebagainya; tujuan dari koperasi ini adalah membeli barang-barang yang dibutuhkan anggota-anggotanya dan membagi barang-barang itu kepada mereka. 2. Koperasi Penghasil atau Koperasi Produksi; tujuan dari koperasi ini adalah mengerjakan sesuatu pekerjaan bersama-sama 3. Koperasi Simpan Pinjam; tujuan dari perkumpulan ini adalah memberi kesempatan kepada anggota-anggotanya untuk menyimpan dan meminjam uang

F. KOPERASI MENURUT SYARIAH

1. Pengertian Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 91KepM.KUKM1X2004, tanggal 10 September 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa dan Keuangan Syariah KJKS sebagai payung hukum pengelolaan lembaga keuangan mikro syariah, seperti Baitul Maal Wa-Tamwil BMT, Koperasi Syariah, Koperasi Pondok Pesantren atau lembaga-lembaga keuangan mikro lainnya yang beroperasi secara syariah. Berikut beberapa hal mengenai pengertian dan ketentuan pengelolaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah KJKS sebagai berikut 21 : 1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas dasar kekeluargaan. 2. Koperasi Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut KJKS adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, produksi, perdagangan dan simpanan sesuai dengan pola layanan syariah. 3. Unit Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut UJKS, adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha pembiayaan, investasi dan simpanan dengan pola bagi hasil syariah sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan. Koperasi dalam fiqh Islam dikenal dengan Syirkah atau semakna dengan kata Al-Syirkah atau semakna dengan ”al-Ikhtilat” yaitu suatuperserikatanperkongsian. Adapun dari segi istilah, koperasi adalah akad antara orang-orang untuk berserikat modal dan keuntungan. 22 21 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 91KepM.KUKM1X2004, tanggal 10 September 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa dan Keuangan Syariah KJKS 22 Junaedi B. SM., Islam dan Intreprenedrialisme: Suatu Studi Fiqh Ekonomi Bisnis Modern, Jakarta, KAlam Mulia, 1993, h.147. Al-Syirkah atau al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau amalexpertise dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah syirkah atau syarikah atau serikat atau kongsi adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil dimana dua orang atau lebih menyumbangkan pembiayaan dan manajemen usaha, dengan proporsi bisa sama atau tidak. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para mitra, dan kerugian akan dibagikan menurut proporsi modal. Transaksi Musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama dengan memadukan seluruh sumber daya. 23 2. Landasan Syariah Landasan hukum yang dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan syirkah sebagai berikut: a. Al-Qur’an + TUS ... ,-VWXYZ ? [ \] _a .. . ”...maka mereka bersyrikat pada sepertiga....” An-Nisa: 12 23 Artikel di akses tanggal 30 Juli 2008 dari http:id.wikipedia.orgwikiMusyarakah Ayat ini sebenarnya tidak memberikan landasan syariah bagi semua jenis syirkah, ia hanya memberikan landasan kepada syirkah jabariyyah yaitu perkongsian beberapa orang yang terjadi di luar kehendak mereka karena mereka sama-sama mewarisi harta pusaka. + ,-. - 0 + “…Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh…” Shaad: 24 b. Al-Hadits Dan Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ” Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman, ’Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya, apabila salah satu berkhianat maka akupun keluar dari perkongsian mereka”. HR. Abu Dawud c. Ijma’ Ibnu Qadamah dalam kitabnya, al-Mughni, telah berkata, ”Kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya”. Dan menurut Ibnu al-Mundzir pelaksanaan syirkah telah disepakati kebolehannya oleh para ulama. Al-Quran maupun hadits Nabi tidak ada yang menerangkan secara jelas mengenai ekonomi Islam yang bersifat tersendiri. Oleh karena itu dasar- dasar hukum yang masih berkaitan dengan koperasi lebih bersifat analogi, seperti firman Allah SWT yang telah disaebutkan di atas, yaitu dalam surat Shaad: 24. Ayat ini mencela perilaku orang-orang yang berkongsi atau berserikat dalam berdagang dengan menzalimi sebagian dari mitra mereka. Kedua ayat al-Qur’an ini jelas menunjukkan bahwa syirkah pada hakekatnya diperbolehkan oleh risalah-risalah yang terdahulu dan telah dipraktekkan Dilihat dari segi falsafah atau etik yang mendasari gagasan koperasi banyak terdapat segi-segi yang mendukung persamaan dan dapat diberi rujukan dari segi ajaran Islam. Persamaan falsafah atau etik itu ditemukan dalam penekanan pentingnya kerjasama dan tolong menolong ta’awun, persaudaraan ukhuwah dan pandangan hidup demokrasi musyawarah seperti dalam Al- Quran menyuruh manusia agar bekerja sama dan tolong menolong dengan menegaskan bahwa kerjasama dan tolong menolong itu hanyalah dilakukan dalam kebaikan dan mencerminkan ketaqwaan kepada Tuhan. Hal ini seperti dikatakan dalam al-Quran: ﻥ+- 2 + 3 45 + 6 ﻥ+- 2+ 42 + +7 + ﺙ9 :-4 7 7; “…dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah SWT, sesungguhnya Allah amat berat siksanya”. Q.S. Al-Maidah : 2 Menurut Mahmud Syaltut guru besar hukum Islam di Mesir, koperasi Syirkah Ta’awuniyah adalah suatu syirkah baru yang belum dikenal oleh para fuqoha lampau, tapi baru diperkenalkan oleh para ahli ekonomi. 24 Yakni, kerjasama antara dua orang atau lebih untuk berserikat modal dan keuntungan atas perjanjian profit and loss sharing keuntungan dan kerugian dibagi antara para anggota. Syirkah atau koperasi dalam fiqh Islam atau koperasi syariah, secara garis besar dapat di bagi menjadi dua bagian: 1. Syirkah Amlak kepemilikan bersama Syirkah Amlak adalah kepemilikan atas suatu barang dari beberapa orang tanpa adanya akad, baik secara sukarela maupun paksaan. Syirkah ini tidak termasuk dalam koperasi. 2. Syirkah ’Uqud akad Kontrak Syirkah ’Uqud adalah akad antara dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam hal harta baik keuntungan ataupun kerugiannya. Syirkah inilah yang para fuqoha dahulu membaginya menjadi empat macam, yakni: a. Syirkah ’Abdan b. Syirkah Mufawwadlah c. Syirkah Wujuh d. Syirkah ’Inan 24 Zaidi Abdad, Lembaga Perekonomian Ummat di Dunia Islam, Bandung, Angkasa, 2003, cet.ke-1, h. 100

3. Rukun Syirkah

25 Dalam menjalankan koperasi syariah atau syirkah harus memenuhi rukun. Rukun syirkah tersebut adalah: a. Shighat ucapan : ijab dan qabul penawaran dan penerimaan b. Pihak yang berkontrak Shahibul Maal dan pelaksanaan Musyarik c. Obyek kesepakatan : modal dan kerja

4. Syarat Syirkah

26 a. Ucapan; tidak ada bentuk khusus dari kontrak syirkah. Ia dapat berbentuk ucapan yang menunjukkan tujuan. Dan juga bisa berbentuk tulisan serta ikatan dan disaksikan bila mengadakan kontrak syirkah. b. Pihak yang berkontrak; disyaratkan bahwa mitra harus kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan c. Objek kontrak; dana dan kerja - Dana: modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang bernilai sama - Kerja: partisipasi para mitra dalam pekerjaan syirkah adalah ketentuan dasar. Tidak dibenarkan jika salah seorang diantara mereka mengatakan tak akan ikut serta menangani pekerjaan 25 Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari’ah, Jakarta, Djambatan, 2003, h. 181 26 Ibid h. 181 dalam kerja sama itu. Namun tidak ada keharusan mereka untuk menanggung beban kerja sama secara sama. Salah satu boleh menangani pekerjaan lebih banyak dari yang lain, dan ia berhak menuntut pembagian keuangan lebih bagi dirinya. Menurut madzhab Hanafi hanya ada dua rukun dalam syirkah yaitu Ijab dan Qobul. Yaitu: 27 1. Syirkah ‘Inan ‘Inan artinya sama dalam menyetorkan atau menawarkan modal. Syirkah ‘Inan merupakan suatu akad dimana dua orang atau lebih berkongsi dalam modal dan sama-sama memperdagangkannya dan bersekutu dalam keuntungan. Hukum jenis syirkah ini merupakan titik kesepakatan di kalangan para fukoha. Demikan juga syirkah ini merupakan bentuk syirkah yang paling banyak dipraktekkan kaum muslimin di sepanjang sejarahnya. Hal ini disebabkan karena bentuk perkongsian ini lebih mudah dan praktis karena tidak mensyaratkan persamaan modal dan pekerjaan. Salah satu dari partner dapat memiliki modal yang lebih tinggi dari pada mitra yang lain. Begitu pula salah satu pihak dapat menjalankan perniagaan sementara yang lain tidak ikut serta. Pembagian keuntungan pun dapat dilakukan 27 Ikhwan Abidin Basri, MA “ Pola PembiayaanUsaha melalui Bank Syariah SyirkahMusyarakah” artikel di akses pada 30 Juli 2008 dari Sharialife.blogspot.com sesuai dengan kesepakatan mereka bahkan diperbolehkan salah seorang dari partner memiliki keuntungan lebih tinggi sekiranya ia memang lebih memiliki keahlian dan keuletan dari pada yang lain. Adapun kerugian harus dibagi menurut perbandingan saham yang dimiliki oleh masing-masing partner. 2. Syirkah Mufawadhoh Mufawadhoh artinya sama-sama. Syirkah ini dinamakan syirkah mufawadhoh karena modal yang disetor para partner dan usaha fisik yang dilakukan mereka sama atau proporsional. Jadi syirkah mufawadhoh merupakan suatu bentuk akad dari beberapa orang yang menyetorkan modal dan usaha fisik yang sama. Masing- masing partner saling menanggung satu dengan lainnya dalam hak dan kewajiban. Dalam syirkah ini tidak diperbolehkan satu partner memiliki modal dan keuntungan yang lebih tinggi dari para partner lainnya. Yang perlu diperhatian dalam syirkah ini adalah persamaan dalam segala hal di antara masing-masing partner. 3. Syirkah Wujuh Syirkah ini dibentuk tanpa modal dari para partner. Mereka hanya bermodalkan nama baik yang diraihnya karena kepribadiannya dan kejujurannya dalam berniaga. Syirkah ini terbentuk manakala ada dua orang atau lebih yang memiliki reputasi yang baik dalam bisnis memesan suatu barang untuk dibeli dengan kredit tangguh dan kemudian menjualnya dengan kontan. Keuntungan yang dihasilkan dari usaha ini kemudian dibagi menurut persyaratan yang telah disepakati antara mereka. 4. Syirkah Abdan A’mal Syirkah ini dibentuk oleh beberapa orang dengan modal profesi dan keahlian masing-masing. Profesi dan keahlian ini bisa sama dan bisa juga berbeda. Misalnya satu pihak tukang cukur dan pihak lainnya tukang jahit. Mereka menyewa satu tempat untuk perniagaannya dan bila mendapatkan keuntungan dibagi menurut kesepakatan di antara mereka. Syirkah ini dinamakan juga dengan syirkah shona’i atau taqobul.

5. Syarat-Syarat Umum Syirkah

a. Jenis usaha fisik yang dilakukan dalam syirkah ini harus dapat diwakilkan kepada orang lain. Hal ini penting karena dalam kenyataan, sering kali satu partner mewakili perusahaan untuk melakukan dealing dengan perusahaan lain. Jika syarat ini tidak ada dalam jenis usaha, maka akan sulit menjalankan perusahaan dengan gesit. b. Keuntungan yang didapat nanti dari hasil usaha harus diketahui dengan jelas. Masing-masing partner harus mengetahui saham keuntungannya seperti 10 atau 20 misalnya. c. Keuntungan harus disebar kepada semua partner.

6. Syarat-Syarat Khusus

a. Modal yang disetor harus berupa barang yang dihadirkan. Tidak diperbolehkan modal masih berupah utang atau uang yang tidak dapat dihadirkan ketika akad atau beli. Tidak disyaratkan modal yang disetor oleh para partner itu dicampur satu sama lain. Karena syirkah ini dapat diwujudkan dengan akad dan bukan dengan modal. b. Modal harus berupa uang kontan. Tidak diperbolehkan modal dalam bentuk harta yang tidak bergerak atau barang. Karena barang-barang ini tidak dapat dijadikan ukuran sehingga akan menimbulkan persengketaan di kemudian hari karena keuntungan yang dihasilkannya juga menjadi tidak jelas proporsinya dengan modal yang disetor akibat sulitnya dinilai.

7. Tujuan Koperasi Jasa Keuangan Syariah KJKS

28 Pelaksanaan KJKS bertujuan : 1. Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khususnya di kalangan usaha kecil, mikro, menengah dan koperasi melalui sistem syariah. 2. Mensyariahkan kehidupan ekonomi masyarakat dalam kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah. 3. Meningkatkan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah KJKS

8. Bentuk Koperasi Syariah

29 Berbeda dengan bentuk koperasi konvensional, salah satu bentuk koperasi syariah yaitu: Koperasi Usaha Simpan Pinjam Syariah Koperasi Jasa Keuangan Syariah, berikut pola pembiayaan, transaksi dan produknya: 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah KJKS Pola Pembiayaan a Pinjaman Sosial b Pembiayaan Sesuai Syariah • Berbasis Kerjasama Bagi Hasil • Berbasis Beli Tangguh 28 Tim Penyusun, Sosialisasi Ekonomi Syariah dan pola Pembiayaan Syariah, Bandung: Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 2008 29 Siti Irma Fatimah, Analisa Strategi Koperasi Pondok Pesantren dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat” Studi pada Koperasi Pondok Pesantren Al-Ikhlas Subang Jawa Barat. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Muamalah, Perbankan Syariah, UIN Jakarta, 2006 h. 28 2. Transaksi Pendirian Koperasi a Transaksi Perkongsian Syirkah dan Mudharabah b Transaksi Sosial Shadaqoh, Infaq dan Hibah 3. Transaksi Operasional Koperasi Syariah a Pembiayaan Konsumtif b Pembiayaan Produktif c Sosial d Jasa 4. Ruang lingkup dan produk KJKS a Penghimpunan Dana b Penyaluran Dana c Jasa Layanan Perbankan 5. Produk Koperasi Syariah a Kerjasama Pembiayaan b Debt Financing

BAB III PUSAT KOPERASI SYARIAH SAKINAH KABUPATEN CIANJUR