Peran Koperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis Belimbing Dewa (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

(1)

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN

SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA

(Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

SKRIPSI

ERNI SITI MUNIGAR H34066041

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

ERNI SITI MUNIGAR. H34066041. 2009. Peran Koperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis Belimbing Dewa (Studi Kasus Pusat Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah Bimbingan LUKMAN M. BAGA).

Prospek pengembangan buah-buahan di Indonesia terus meningkat, hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya jumlah produksi dan potensi pasar yang besar. Adanya peningkatan jumlah penduduk, taraf penghasilan dan kesadaran masyarakat akan kebutuhan komposisi gizi yang seimbang merupakan peluang bagi pasar buah-buahan. Peran kelembagaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja yang terbesar, pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru dan sumber inovasi serta sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Peran koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sangat strategis dalam perekonomian nasional, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional pada masa mendatang. Salah satu bentuk perhatian pemeritah kota dalam pengembangan buah-buahan khususnya belimbing yaitu kota Depok. Melalui Program Pengembangan Buah Belimbing dengan varietas Dewa diupayakan dapat mengangkat dunia pertanian Kota Depok, sekaligus dapat dijadikan brand/Ikon kota Depok. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis dan mengetahui sistem agribisnis belimbing Dewa yang terdapat di lokasi penelitian, (2) menganalisis dan mengetahui kinerja Pusat Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD) yang telah dijalankan selama ini, (3) mengetahui implikasi peran PKPBDD terhadap petani dalam pengembangan belimbing Dewa.

Penelitian dilaksanakan di Pusat Koperasi Belimbing Dewa Depok (PKPBDD), sedangkan pengambilan responden dilakukan di Kecamatan Pancoran Mas, Sawangan, Limo, Beji dan Cimanggis sebayak 60 responden. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2009. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif sistem agribisnis dan Importance Performance Analysis (IPA).

Sistem agribisnis belimbing Dewa di Kota Depok belum sepenuhnya terintegrasi secara vertikal. Penyediaan input usahatani berupa pupuk dan obat-obatan menjadi biaya yang sangat memberatkan bagi petani dalam subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi. Pada subsistem usahatani kegiatan yang membutuhkan tenaga kerja dan biaya yang cukup banyak yaitu pada saat pembungkusan, rata-rata hasil panen petani belum sesuai dengan target mutu yang diharapkan. dari penerapan SOP belimbing Dewa Kota Depok. Pada subsistem pemasaran, pola pemasaran yang dilakukan oleh petani yaitu menjual belimbing ke PKPBDD dan tengkulak. Sedangkan pada subsistem layanan pendukung petani masih memerlukan bantuan permodalan.

Berdasarkan Importance Performance Analysis (IPA) prioritas utama dalam kinerja PKPBDD yang harus diperbaiki yaitu daya tampung belimbing, pemasaran belimbing dan pinjaman untuk petani. Atribut yang perlu dipertahankan oleh PKPBDD yaitu harga beli belimbing oleh PKPBDD, pengambilan hasil panen ke petani, pembayaran oleh PKPBDD kepada petani, ketepatan dalam penimbangan dan pengelompokkan belimbing dalam grade, tabungan petani. Atribut yang diabaikan oleh


(3)

petani yaitu kemudahan menghubungi PKPBDD, kebersihan dan kerapihan dalam pengemasan belimbing, penyediaan fasilitas PKPBDD, PKPBDD sebagai tempat penghubung antara petani (adanya forum komunikasi antar petani). PKPBDD diharapkan dapat meningkatkan peranannya pada penyediaan sarana produksi seperti pupuk dan obat-obatan, meningkatkan posisi tawar petani dan memperluas pemasaran serta berperan sebagai fasilitator petani dalam memperoleh pinjaman.

Untuk meningkatkan daya tampung belimbing pada saat panen raya, diharapkan PKPBDD melakukan kerjasama dengan pabrik pengolahan belimbing. Dengan semakin berkembangnya kota Depok sebagai kota wisata religi, disarankan dalam jangka panjang PKPBDD mampu membangun unit usaha khusus pusat penjualan belimbing segar dan olahannya, sekaligus dapat dijadikan tempat promosi keunggulan daerah.


(4)

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN

SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA

(Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

ERNI SITI MUNIGAR H34066041

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(5)

Belimbing Dewa(Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

Nama : Erni Siti Munigar

NPM : H34066041

Disetujui, Pembimbing

Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec NIP. 131 846 873

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Peran Koperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis Belimbing Dewa (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruna tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

Erni Siti Munigar H34066041


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 5 Januari 1984. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Enceng Mahligai dan Ibu Een Ruhaeni.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Pangipasan Bandung pada tahun 1996 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTPN 1 Soreang. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Singaparna Tasikmalaya diselesaikan pada tahun 2002.

Penulis diterima di Universitas Padjadjaran pada Program Studi Diploma III Konservasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Pertanian pada tahun 2002. Penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Kehutanan Universitas Padjadjaran periode 2003 - 2004 dan Keluarga Muslim Ekstensi IPB periode 2007 - 2008.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Koperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis Belimbing Dewa Depok (Studi Kasus Pusat Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)”.

Pembangunan pertanian di Kota Depok saat ini diarahkan untuk pengembangan agribisnis perkotaan yang memiliki daya saing dan nilai tambah, dengan didukung oleh sumber daya daerah, pemanfaatan teknologi dan peran kelembagaan. Buah Belimbing dengan varietas Dewa diupayakan dapat mengangkat dunia pertanian Kota Depok, sekaligus dapat dijadikan brand/ikon kota Depok.

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui sistem agribisnis belimbing Dewa dan mengetahui kinerja Pusat Pemasaran Belimbing Dewa Depok yang telah dijalankan selama ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca umumnya.

Bogor, Mei 2009


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS atas kesediaannya menjadi penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

3. Etrya, SP, MM atas kesediaannya menjadi dosen komite akademik dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini

4. Keluarga besar PKPBDD atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

5. Risman selaku pembahas yang telah memberikan saran dan kritik demi perbaikkan skripsi ini.

6. Keluarga tercinta (Bapa, Mama, Sendi, Tedi, De Fajar) yang telah memberikan dukungan, semangat, keceriaan dan ketulusan dalam doa dan kasih sayang. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

7. Agnes Aulia Dwi Puspita rekan satu bimbingan atas semangat dan sharing selama penulisan skripsi.

8. Teman-teman Agribisnis MAMI 1 (Ayla, Mey, Retno, Wasini, Yuli, Fajar Tirta, Emil) dan CR3 Crew (Popy, Tamy, Balqis, Eka, Ebed) atas persahabatan, semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Mei 2009


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Umum Belimbing ... 11

2.1.1 Jenis Belimbing ... 11

2.1.2 Lingkungan Tumbuh Belimbing ... 11

2.1.3 Kandungan Gizi Belimbing ... 12

2.1.4 Varietas Belimbing ... 13

2.2 Tinjauan Umum Koperasi ... 14

2.2.1 Definisi Koperasi ... 14

2.2.2 Nilai dan Asas Koperasi ... 14

2.2.3 Prinsip, Fungsi dan Peran Koperasi ... 15

2.2.4 Sumber Permodalan Koperasi ... 16

2.2.3 Jenis Koperasi ... 17

2.2.4 Dimensi Kualitas Jasa Koperasi ... 17

2.3 Tinjauan Studi Terdahulu ... 18

2.3.1 Studi Empiris Mengenai Belimbing ... 18

2.3.2 Studi Empiris Mengenai Peranan Koperasi ... 19

2.3.3 Studi Empiris Mengenai Kinerja Koperasi ... 19

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 22

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22

3.1.1 Sistem Agribisnis ... 22

3.1.2 Importance Performance Analysis ... 23

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 24

IV METODE PENELITIAN ... 28

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 28

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 28

4.4 Atribut Pertimbangan Petani ... 29

4.5 Analisis Data ... 29

4.5.1 Analisis Kualitatif ... 29

4.5.2 Importance and Performance Analysis (IPA) ... 30


(11)

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN

SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA

(Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

SKRIPSI

ERNI SITI MUNIGAR H34066041

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

RINGKASAN

ERNI SITI MUNIGAR. H34066041. 2009. Peran Koperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis Belimbing Dewa (Studi Kasus Pusat Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah Bimbingan LUKMAN M. BAGA).

Prospek pengembangan buah-buahan di Indonesia terus meningkat, hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya jumlah produksi dan potensi pasar yang besar. Adanya peningkatan jumlah penduduk, taraf penghasilan dan kesadaran masyarakat akan kebutuhan komposisi gizi yang seimbang merupakan peluang bagi pasar buah-buahan. Peran kelembagaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja yang terbesar, pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru dan sumber inovasi serta sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Peran koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sangat strategis dalam perekonomian nasional, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional pada masa mendatang. Salah satu bentuk perhatian pemeritah kota dalam pengembangan buah-buahan khususnya belimbing yaitu kota Depok. Melalui Program Pengembangan Buah Belimbing dengan varietas Dewa diupayakan dapat mengangkat dunia pertanian Kota Depok, sekaligus dapat dijadikan brand/Ikon kota Depok. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis dan mengetahui sistem agribisnis belimbing Dewa yang terdapat di lokasi penelitian, (2) menganalisis dan mengetahui kinerja Pusat Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD) yang telah dijalankan selama ini, (3) mengetahui implikasi peran PKPBDD terhadap petani dalam pengembangan belimbing Dewa.

Penelitian dilaksanakan di Pusat Koperasi Belimbing Dewa Depok (PKPBDD), sedangkan pengambilan responden dilakukan di Kecamatan Pancoran Mas, Sawangan, Limo, Beji dan Cimanggis sebayak 60 responden. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2009. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif sistem agribisnis dan Importance Performance Analysis (IPA).

Sistem agribisnis belimbing Dewa di Kota Depok belum sepenuhnya terintegrasi secara vertikal. Penyediaan input usahatani berupa pupuk dan obat-obatan menjadi biaya yang sangat memberatkan bagi petani dalam subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi. Pada subsistem usahatani kegiatan yang membutuhkan tenaga kerja dan biaya yang cukup banyak yaitu pada saat pembungkusan, rata-rata hasil panen petani belum sesuai dengan target mutu yang diharapkan. dari penerapan SOP belimbing Dewa Kota Depok. Pada subsistem pemasaran, pola pemasaran yang dilakukan oleh petani yaitu menjual belimbing ke PKPBDD dan tengkulak. Sedangkan pada subsistem layanan pendukung petani masih memerlukan bantuan permodalan.

Berdasarkan Importance Performance Analysis (IPA) prioritas utama dalam kinerja PKPBDD yang harus diperbaiki yaitu daya tampung belimbing, pemasaran belimbing dan pinjaman untuk petani. Atribut yang perlu dipertahankan oleh PKPBDD yaitu harga beli belimbing oleh PKPBDD, pengambilan hasil panen ke petani, pembayaran oleh PKPBDD kepada petani, ketepatan dalam penimbangan dan pengelompokkan belimbing dalam grade, tabungan petani. Atribut yang diabaikan oleh


(13)

petani yaitu kemudahan menghubungi PKPBDD, kebersihan dan kerapihan dalam pengemasan belimbing, penyediaan fasilitas PKPBDD, PKPBDD sebagai tempat penghubung antara petani (adanya forum komunikasi antar petani). PKPBDD diharapkan dapat meningkatkan peranannya pada penyediaan sarana produksi seperti pupuk dan obat-obatan, meningkatkan posisi tawar petani dan memperluas pemasaran serta berperan sebagai fasilitator petani dalam memperoleh pinjaman.

Untuk meningkatkan daya tampung belimbing pada saat panen raya, diharapkan PKPBDD melakukan kerjasama dengan pabrik pengolahan belimbing. Dengan semakin berkembangnya kota Depok sebagai kota wisata religi, disarankan dalam jangka panjang PKPBDD mampu membangun unit usaha khusus pusat penjualan belimbing segar dan olahannya, sekaligus dapat dijadikan tempat promosi keunggulan daerah.


(14)

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN

SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA

(Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

ERNI SITI MUNIGAR H34066041

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(15)

Belimbing Dewa(Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

Nama : Erni Siti Munigar

NPM : H34066041

Disetujui, Pembimbing

Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec NIP. 131 846 873

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082


(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Peran Koperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis Belimbing Dewa (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruna tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

Erni Siti Munigar H34066041


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 5 Januari 1984. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Enceng Mahligai dan Ibu Een Ruhaeni.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Pangipasan Bandung pada tahun 1996 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTPN 1 Soreang. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Singaparna Tasikmalaya diselesaikan pada tahun 2002.

Penulis diterima di Universitas Padjadjaran pada Program Studi Diploma III Konservasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Pertanian pada tahun 2002. Penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Kehutanan Universitas Padjadjaran periode 2003 - 2004 dan Keluarga Muslim Ekstensi IPB periode 2007 - 2008.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Koperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis Belimbing Dewa Depok (Studi Kasus Pusat Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)”.

Pembangunan pertanian di Kota Depok saat ini diarahkan untuk pengembangan agribisnis perkotaan yang memiliki daya saing dan nilai tambah, dengan didukung oleh sumber daya daerah, pemanfaatan teknologi dan peran kelembagaan. Buah Belimbing dengan varietas Dewa diupayakan dapat mengangkat dunia pertanian Kota Depok, sekaligus dapat dijadikan brand/ikon kota Depok.

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui sistem agribisnis belimbing Dewa dan mengetahui kinerja Pusat Pemasaran Belimbing Dewa Depok yang telah dijalankan selama ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca umumnya.

Bogor, Mei 2009


(19)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS atas kesediaannya menjadi penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

3. Etrya, SP, MM atas kesediaannya menjadi dosen komite akademik dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini

4. Keluarga besar PKPBDD atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

5. Risman selaku pembahas yang telah memberikan saran dan kritik demi perbaikkan skripsi ini.

6. Keluarga tercinta (Bapa, Mama, Sendi, Tedi, De Fajar) yang telah memberikan dukungan, semangat, keceriaan dan ketulusan dalam doa dan kasih sayang. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

7. Agnes Aulia Dwi Puspita rekan satu bimbingan atas semangat dan sharing selama penulisan skripsi.

8. Teman-teman Agribisnis MAMI 1 (Ayla, Mey, Retno, Wasini, Yuli, Fajar Tirta, Emil) dan CR3 Crew (Popy, Tamy, Balqis, Eka, Ebed) atas persahabatan, semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Mei 2009


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Umum Belimbing ... 11

2.1.1 Jenis Belimbing ... 11

2.1.2 Lingkungan Tumbuh Belimbing ... 11

2.1.3 Kandungan Gizi Belimbing ... 12

2.1.4 Varietas Belimbing ... 13

2.2 Tinjauan Umum Koperasi ... 14

2.2.1 Definisi Koperasi ... 14

2.2.2 Nilai dan Asas Koperasi ... 14

2.2.3 Prinsip, Fungsi dan Peran Koperasi ... 15

2.2.4 Sumber Permodalan Koperasi ... 16

2.2.3 Jenis Koperasi ... 17

2.2.4 Dimensi Kualitas Jasa Koperasi ... 17

2.3 Tinjauan Studi Terdahulu ... 18

2.3.1 Studi Empiris Mengenai Belimbing ... 18

2.3.2 Studi Empiris Mengenai Peranan Koperasi ... 19

2.3.3 Studi Empiris Mengenai Kinerja Koperasi ... 19

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 22

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22

3.1.1 Sistem Agribisnis ... 22

3.1.2 Importance Performance Analysis ... 23

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 24

IV METODE PENELITIAN ... 28

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 28

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 28

4.4 Atribut Pertimbangan Petani ... 29

4.5 Analisis Data ... 29

4.5.1 Analisis Kualitatif ... 29

4.5.2 Importance and Performance Analysis (IPA) ... 30


(21)

V GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN ... 36

5.1 Profil Kota Depok ... 36

5.1.1 Letak dan Luas Wilayah ... 36

5.1.2 Keadaan Alam ... 36

5.2 Profil PKPBDD ... 37

5.2.1 Sejarah Pembentukan PKPBDD ... 37

5.2.2 Permodalan ... 38

5.2.3 Struktur Organisasi ... 38

5.3 Karakteristik Petani Responden ... 39

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

6.1 Analisis Sistem Agribisnis Belimbing Dewa ... 41

6.1.1 Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi ... 41

6.1.2 Subsistem Usahatani ... 44

6.1.3 Subsistem Pengolahan ... 48

6.1.4 Subsistem Tataniaga/Pemasaran ... 49

6.1.5 Lembaga Penunjang ... 50

6.2 Analisis Kinerja PKPBDD ... 53

6.3 Implikasi Peran PKPBDD Terhadap Petani dalam Pengembangan Sisitem Agribisnis Belimbing Dewa ... 62

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

7.1 Kesimpulan ... 66

7.2 Saran... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Produksi Buah-buahan Unggulan di Kota Depok

Tahun 2003-2007... 3 2. Luas Areal, Populasi, Produksi dan Produktivitas Tanaman Belimbing

di Enam Kecamatan di Kota Depok Tahun 2005 ... 6 3. Perbedaan Tingkat Harga Pembelian Belimbing Dewa oleh PKPBDD

dan Tengkulak ... 8 4. Kandungan Gizi Belimbing (dalam 100 gram buah) ... 12 5. Jenis Belimbing Manis yang Tergolong Unggul ... 13 6. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ... 21 7. Wilayah dan Jumlah Petani Responden ... 30 8. Karakteristik Petani Responden ... 40 9. Penggunaan Input Usahatani ... 43 10.Penggunaan Tenaga Kerja Per 0,5 Hektar ... 44 11.Dosis Pupuk Berdasarkan SOP ... 45 12.Penilaian Rata-rata Importance Performance Analysis (IPA) ... 55 13.Penerimaan dan Penjualan PKPBDD Bulan Januari – Desember 2008 ... 57 14.Pelanggan Produk Belimbing Segar diPKPBDD ... 58


(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Diagram Sistem Agribisnis ... 23 2. Diagram Kartesius ... 24 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ... 28 4. Diagram Kartesius ... 33 5. Struktur Organisasi PKPBDD ... 38 6. Bagan Sistem Agribisnis Belimbing Dewa ... 52 7. Matriks IPA untuk Atribut-Atribut Kinerja PKPBDD ... 56


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Produksi buah-buahan di Indonesia Tahun 2003-2007 ……….. 70 2. Kuesioner Peran Koperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis

Belimbing Dewa ………. 71

3 Karakteristik Agribisnis Petani Responden ……… 76

4. Tingkat Kepentingan Atribut PKPBDD ... 77

5. Kinerja PKPBDD ... 78


(25)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prospek pengembangan buah-buahan di Indonesia terus meningkat, hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya jumlah produksi dan potensi pasar yang besar. Data tahun 2003 hingga 2007 menunjukkan bahwa produksi buah-buahan di Indonesia berfluktuasi setiap tahunnya dan terus mengalami peningkatan secara signifikan (Lampiran 1). Pada tahun 2003 produksi buah-buahan di Indonesia mencapai 13.551.435 ton, sedangkan pada tahun 2004 meningkat menjadi 14.348.456 ton, dan tahun 2005 sebesar 14.786.599 ton. Pada tahun 2007, produksi buah-buahan di Indonesia semakin meningkat dan mencapai angka 17.116.622 ton (Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2008)1.

Peningkatan produksi ini terjadi sebagai akibat adanya perkembangan dalam segi teknis maupun nonteknis. Perkembangan dari segi teknis meliputi pertambahan luas areal panen dan semakin berkembangnya teknologi produksi yang diterapkan petani. Sedangkan perkembangan dari segi nonteknis meliputi semakin intensifnya bimbingan dan fasilitas yang diberikan kepada petani dan pelaku usaha, semakin baiknya manajemen yang dilakukan pelaku usaha, dan adanya penguatan kelembagaan agribisnis petani.

Konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia pada umumnya masih rendah. Menurut data survei Susenas, dari 60,44 persen masyarakat Indonesia hanya mengkonsumsi satu porsi buah dalam sehari. Konsumsi buah di Indonesia rata-rata 40,06 kilogram per kapita per tahun. Hal ini berbeda dengan kondisi di Thailand yang mengkonsumsi buah sebanyak 92 kilogram per kapita per tahun dan Malaysia sebanyak 52 kg per kapita per tahun. World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk mengkonsumsi buah minimal tiga porsi buah dalam sehari, sedangkan Food Assosiation Organization (FAO) merekomendasikan untuk mengkonsumsi buah 65,75 per kapita per tahun2.

1

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008.

http://www.hortikultura.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=124&Itemid=160. Produksi Tanaman Buah-buahan di Indonesia. Diakses Tanggal 9 Januari 2009.

2

Purwanti. 2008. http://mediaindonesia.com/mediahidupsehat/?ar_id=NTcy. Konsumsi Buah Atasi Penyakit Degeneratif. Diakses tanggal 6 Januari 2009


(26)

Adanya peningkatan jumlah penduduk, taraf penghasilan dan kesadaran masyarakat akan kebutuhan komposisi gizi yang seimbang merupakan peluang bagi pasar buah-buahan. Berdasarkan data produksi dan konsumsi buah-buahan perkapita masyarakat Indonesia, produksi dan konsumsi komoditas belimbing masih rendah dibandingkan buah lainnya. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan akses pasar, kurangnya penyediaan dana untuk modal, besarnya impor buah dari negara lain, keterbatasan keahlian dalam pemasaran, dan kurangnya dukungan pemerintah dan stakeholder.

Kondisi di atas akan menjadi ancaman bagi petani jika tidak mampu memberikan nilai tambah dan menghasilkan produk sesuai standar. Apalagi produk buah segar merupakan produk yang mudah rusak, sebagian besar dikonsumsi sebagai pelengkap menu makan dan untuk kesenangan. Peran kelembagaan menjadi sangat penting untuk diterapkan apabila ingin mencapai tujuan yang telah ditetapkan, karena keberhasilan sistem agribisnis dapat dimulai dan ditentukan dari koordinasi efektif subsistem penunjangnya.

Peran kelembagaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja yang terbesar, pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru dan sumber inovasi serta sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Peran koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sangat strategis dalam perekonomian nasional, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional pada masa mendatang.

Salah satu bentuk perhatian pemeritah kota dalam pengembangan buah-buahan khususnya belimbing yaitu kota Depok. Pembangunan pertanian di Kota Depok saat ini diarahkan untuk pengembangan agribisnis perkotaan yang memiliki daya saing dan nilai tambah, dengan didukung oleh sumber daya daerah dan pemanfaatan teknologi. Visi Dinas Pertanian Kota Depok Tahun 2007-2011 adalah “Mewujudkan Pertanian Perkotaan yang Mensejahterakan Petani dan Masyarakat”, hal ini membuktikan bahwa pemerintah daerah Kota Depok cukup serius dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota melalui sektor pertanian di perkotaan.


(27)

Melalui Program Pengembangan Buah Belimbing dengan varietas Dewa diupayakan dapat mengangkat dunia pertanian Kota Depok, sekaligus dapat dijadikan brand/Ikon kota Depok. Perencanaan program ini telah dilakukan sejak tahun 2006 yang melibatkan seluruh stakeholder belimbing Kota Depok. Perencanaan ini meliputi seluruh aspek kerja pengelolaan mulai dari pembinaan petani, penelitian pembudidayaan sampai dengan pemasaran hasil produksi3.

Perkembangan produksi komoditas belimbing di Kota Depok mengalami fluktuasi dari tahun 2003 sampai 2007, walaupun demikian komoditas belimbing memiliki jumlah produksi yang lebih tinggi dibanding komoditas lain untuk setiap tahunnya (Tabel 1).

Tabel 1. Perkembangan Produksi Buah-buahan Unggulan di Kota Depok Tahun 2003-2007

Produksi Buah Unggulan (Kuintal) No. Jenis Buah-buahan

2003 2004 2005 2006* 2007* 1. Belimbing 6.962 49.512 50.514 40.473 35.956 2. Jambu Biji 11.053 28.230 35.795 31.765 11.621 3. Rambutan 12.762 28.028 25.883 12.768 23.007 4. Pepaya 15.580 32.491 33.570 20.029 6.288

Keterangan : * Data sampai bulan Nopember Sumber : Kota Depok dalam Angka, 2007

Perkembangan produksi belimbing di Kota Depok pada tahun 2003 sebesar 6.962 kuintal dan meningkat menjadi 49.512 kuintal pada tahun 2004, terjadi penurunan menjadi 35.956 kuintal pada tahun 2007. Sedangkan permintaan belimbing melalui PKPBDD sebesar 25 ton perbulan atau 300 ton pertahun. Fluktuasi produksi belimbing di Kota Depok terjadi karena program pemerintah daerah melalui perluasan areal tanaman belimbing yang telah dimulai dari tahun 2002 belum merata di setiap kecamatan, produktivitas belimbing belum optimal dan peran serta petani belimbing dalam mewujudkan belimbing sebagai ikon kota masih rendah.

3

Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok.

http://belimbingdewa.com/index.php?option=com_content&task=section&id=5&Itemid=35. Sambutan Ketua Koperasi. Diakses Tanggal 9 Januari 2009


(28)

Bentuk dukungan nyata Pemerintah Kota Depok dalam mewujudkan belimbing sebagai ikon kota yaitu dengan mendirikan Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD). Tugas utama pendirian PKPBDD adalah menjalankan fungsi pemasaran belimbing yang berpihak pada petani. PKPBDD juga diarahkan untuk berperan sebagai lembaga yang membantu petani dalam permodalan dan membimbing petani dalam penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP).

1.2. Perumusan Masalah

Pengembangan buah-buahan termasuk belimbing di Indonesia sangat prospektif untuk dikembangkan, akan tetapi masih cukup banyak kelemahan yang ditemui di lapangan. Pembangunan pertanian di Indonesia selama ini hanya difokuskan pada komoditas pangan terutama padi, sementara bidang hortikultura belum mendapatkan perhatian secara intensif. Pada tahun 2001, Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura diberi tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pembinaan produksi hortikultura. Sejak saat itulah perhatian pemerintah terhadap bidang hortikultura mulai ada.

Kondisi industri buah-buahan nasional masih belum memuaskan. Agroindustri tanaman buah-buahan di Indonesia masih terpisah-pisah satu sama lain dan bukan merupakan satu rangkaian utuh dari hulu ke hilir, antara budidaya, pemetikan buah, penanganan pasca panen, pengolahan, pengepakan, distribusi dan pemasaran bergerak masing-masing.

Sistem usahatani budidaya tanaman buah-buahan Indonesia masih didominasi oleh masyarakat (perkebunan kecil). Pohon buah-buahan masih ditanam oleh petani di halaman rumah dengan jumlah yang relatif terbatas. Penguasaan teknologi budidaya tanaman oleh petani perlu ditingkatkan, sehingga antara faktor iklim dengan teknologi budidaya tanaman dapat sinergis dalam meningkatkan produktivitas buah-buahan.

Sebagian besar petani hanya berkiprah di bidang usaha tani tingkat produsen (on-farm) dengan nilai tambah atau keuntungan yang relatif kecil. Petani belum mengenal dan mengetahui pasar sehingga posisi tawar mereka sangat lemah. Sementara subsistem pengolahan dan pemasaran (off-farm) cenderung tidak ditangani oleh petani tetapi oleh pedagang atau pebisnis lainnya.


(29)

Permasalahan lain yang dihadapi dalam pengembangan buah-buahan Indonesia yaitu petani belum mengetahui teknologi pemrosesan buah sehingga pada saat terjadi kelimpahan produk (panen raya) yang menyebabkan harga buah turun, sebagian produk buah-buahan masih belum dapat diproses menjadi produk olahan. Pemrosesan buah menjadi produk olahan misalnya menjadi bentuk sari minuman, selai, dan kalengan dapat mengatasi membanjirnya pasokan buah-buahan di pasar (Ashari, 2006).

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan buah-buahan nasional dialami pula pada komoditas belimbing. Negara yang telah memperkenalkan produk unggulan belimbing ke pasar internasional adalah Malaysia dan Australia, padahal ada dua kawasan di Indonesia yang identik dengan belimbing yaitu Pasar Minggu di Jakarta Selatan dan Demak di Jawa Tengah. Honey Star Fruit adalah andalan ekspor Malaysia untuk pasar Asia dan Eropa, sedangkan Australia sudah mulai pula mengembangkan budidaya belimbing lebih baik daripada di Indonesia4. Australia telah mengembangkan klon-klon unggulannya.

Indonesia sendiri sebenarnya sangat kaya dengan varietas serta klon-klon unggulan belimbing. Meskipun Indonesia kaya akan varietas, sub varietas dan klon unggulan, namun sampai saat ini masih sangat sedikit kebun belimbing monokultur berskala komersial. Buah belimbing yang saat ini beredar di pasaran adalah tanaman rakyat di pekarangan yang dibungkus oleh pedagang pengumpul.

Belimbing Dewa sebagai ikon Kota Depok sebenarnya memiliki prospek untuk diekspor ke negara Arab Saudi dan Brunei Darussalam. Ciri khas yang menjadikan belimbing Dewa memiliki peluang untuk menembus pasar internasional yaitu warna buahnya menarik, daging buahnya tebal, rasanya manis5.

Program pengembangan tanaman belimbing sebagai ikon Kota Depok didukung dengan keluarnya Keputusan Walikota Depok No. 18 Tahun 2003, meliputi upaya untuk penguatan citra belimbing sebagai ikon kota, peningkatan produktivitas dan kualitas belimbing, pengembangan pasar dan pemasaran

4Forum Kerjasama Agribisnis. 2008. http://foragri.blogsome.com/star-fruits-malaysia-dan-australia/. Star Fruits Malaysia dan Australia. Diakses Tanggal 15 Pebruari 2009.

5

Monitor Depok. 2008. http://www.monitordepok.com/cetak/ajang-duit/20717.html. Belimbing Depok Bakal Diekspor. 16 Mei 2008. Diakses Tanggal 6 Januari 2009.


(30)

belimbing, pengembangan industri pengolahan belimbing (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007).

Potensi pengembangan belimbing di Kota Depok prosfektif untuk dikembangkan. Pada Tabel 2 dapat dilihat luas areal, produksi dan produktivitas tanaman belimbing di enam kecamatan Kota Depok. Kecamatan yang memiliki luas areal potensial dan populasi tanaman belimbing paling tinggi yaitu Kecamatan Sawangan, Pancoran Mas dan Cimanggis. Sedangkan berdasarkan data total potensi pengembangan tanaman belimbing, Kota Depok masih memiliki peluang untuk pengembangan sebesar 128,4 hektar.

Tabel 2. Luas Areal, Populasi, Produksi dan Produktivitas Tanaman Belimbing di Enam Kecamatan di Kota Depok Tahun 2005

Rata-Rata Produktivitas Kecamatan Potensi

(Ha) Luas Areal yang Telah Diusahakan (Ha) Populasi (Pohon) Produksi (Ton/

Tahun) Ton/Ha/ Tahun

Kg/ Pohon/

Tahun

Sawangan 80 14,30 3.263 395 27,62 121,05

Pancoran

Mas 80 74,00 17.785 1.812 24,49 101,88

Sukmajaya 10 1,00 100 - - -

Cimanggis 50 20,30 4.553 497 24,48 109,16

Limo 20 5,00 867 40 8,00 46,13

Beji 8 5,00 1.000 99 19,80 99,00

Total 248 119,60 27.568 2.843 20,88 95,44

Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok, 2007

Masih besarnya potensi untuk pengembangan tanaman belimbing di Kota Depok merupakan peluang besar untuk meningkatkan agribisnis belimbing secara berkesinambungan. Belimbing Depok yang selama ini beredar dipasaran dan merupakan tanaman di pekarangan rumah dengan jumlah pohon yang relatif sedikit dapat dijadikan promosi keunggulan daerah, apabila terintegrasi dengan baik salah satunya melalui peran kelembagaan. Bahkan dapat memiliki nilai jual dan pasar yang lebih baik apabila mempertahankan kualitasnya.

Akan tetapi, Pemerintah Kota Depok masih memiliki beberapa permasalahan dalam menjalankan sistem agribisnis belimbing Dewa mulai dari subsistem hulu sampai layanan pendukung. Permasalahan pada subsistem hulu dan usahatani yaitu petani


(31)

belum bisa menerapkan sepenuhnya Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok.

Petani belum bisa menerapkan SOP secara penuh diduga karena modal yang dimiliki petani terbatas dan pengetahuan petani dalam usahatani tanaman belimbing dengan penerapan SOP masih rendah. Petani kurang memperhatikan kualitas belimbing khususnya ukuran dan rasanya. Akibat dari kondisi ini belimbing yang dihasilkan kualitas dan kuantitasnya rendah.

Permasalahan yang dihadapi pada subsistem hilir yaitu petani banyak yang menjual hasil panennya kepada tengkulak, kondisi tersebut menyebabkan petani belimbing tidak memiliki posisi tawar sehingga harga jual petani sangat rendah dan akan merugikan petani sendiri. Sistem pembelian belimbing perbuah yang dilakukan tengkulak sangat merugikan petani. Sifat belimbing yang mudah rusak menyebabkan perlu manajemen waktu dalam pengiriman belimbing, perlu manajemen penyaluran belimbing pada saat panen raya dan ketika belimbing dari petani tidak memenuhi grade. Pada subsistem layanan pendukung permasalahan yang dihadapi yaitu keanggotaan petani dalam PKPBDD masih rendah jika dibandingkan dengan potensi jumlah petani belimbing di Kota Depok. Jumlah petani belimbing anggota PKPBDD di Kota Depok sebanyak 650 petani yang tergabung dalam 53 kelompok tani. Sedangkan jumlah anggota aktif PKPBDD sebanyak 149 petani (PKPBDD, 2008).

Keanggotaan petani belimbing Dewa dalam PKPBDD masih rendah, padahal peranan PKPBDD dalam peningkatan keanggotaan petani dan kesejahteraannya cukup banyak. Hal ini dapat dilihat dari harga pembelian belimbing Dewa oleh PKPBDD lebih menguntungkan petani dibandingkan harga pembelian oleh tengkulak yang menggunakan sistem pembelian perbuah. Perbedaan tingkat harga pembelian belimbing Dewa oleh PKPBDD dan tengkulak dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbedaan Tingkat Harga Pembelian Belimbing Dewa oleh PKPBDD dan Tengkulak

Grade Berat

(Gram/Buah) PKPBDD (Rp/Kg) Tengkulak (Rp/Kg)

A 250 6.000 5.000

B 200 - 250 4.000 3.000 C < 200 1.500 1.000


(32)

Sumber : PKPBDD dan Petani, 2009 (Diolah)

Harga pembelian belimbing Dewa oleh PKPBDD kepada petani sebesar Rp. 6.000,- perkilogram (grade A), Rp. 4.000,- perkilogram (grade B) dan Rp. 1.500,- perkilogram (grade C). Sedangkan harga pembelian oleh tengkulak atau pedagang pengumpul sebesar Rp. 5.000,- perkilogram (grade A), Rp. 3.000,- perkilogram (grade B) dan Rp. 1.500,- (grade C). Sistem pembelian yang lebih sering diterapkan oleh tengkulak yaitu sistem pembelian perbuah dengan harga berkisar antara Rp. 700,- - Rp. 1.000,- perbuah.

Meskipun harga penerimaan PKPBDD tinggi tetapi petani belum bisa menjual hasil panen sepenuhnya kepada PKPBDD. Petani belimbing sangat terikat kepada tengkulak diduga disebabkan karena masih memiliki keterbatasan modal untuk menjalankan operasional usahataninya sehingga sering melakukan pinjaman kepada tengkulak dan hubungan kekerabatan petani dengan tengkulak sangat dekat .

Rasa memiliki anggota koperasi masih rendah, hal ini dapat dilihat dari loyalitas petani untuk menjual hasil panennya ke PKPBDD dirasakan masih kurang. Pada saat panen raya petani menjual hasil panennya ke PKPBDD, sedangkan pada saat belimbing langka petani menjual hasil panennya langsung ke pasar tradisional atau pedagang pengumpul. Oleh karena itu perlu diketahui kinerja PKPBDD yang telah dijalankan selama ini sehingga dapat meningkatkan peranannya, dan diperlukan suatu sistem yang dapat mengikat petani dan meningkatkan rasa memiliki koperasi.

Berdasarkan permasalahan di atas menarik untuk dikaji mengenai : 1. Bagaimana sistem agribisnis belimbing Dewa yang terdapat di lokasi penelitian ? 2. Bagaimana kinerja PKPBDD yang telah dijalankan selama ini ?

3. Bagaimana implikasi peran PKPBDD terhadap petani dalam pengembangan sistem agribisnis belimbing Dewa ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Menganalisis dan mengetahui sistem agribisnis belimbing Dewa yang terdapat di lokasi penelitian.


(33)

3. Mengetahui rekomendasi peran PKPBDD terhadap petani dalam pengembangan belimbing Dewa di masa yang akan datang.

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam hal sistem agribisnis belimbing Dewa dan pemasaran belimbing Dewa melalui PKPBDD, mahasiswa dan perguruan tinggi. Bagi petani, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat terutama dalam hal perbaikkan sistem agribisnis belimbing Dewa dan meningkatkan keanggotaan dan rasa memiliki petani dalam PKPBDD. Bagi PKPBDD penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam peningkatan perannya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Bagi pemerintah terutama Dinas Pertanian Kota Depok, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan produksi belimbing Dewa di Kota Depok. Manfaat bagi mahasiswa dan perguruan tinggi adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau pembanding bagi studi-studi mengenai tanaman belimbing Dewa.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD), sedangkan responden analisis kinerja PKPBDD dilakukan pada petani aktif anggota PKPBDD. Analisis sistem agribisnis belimbing Dewa dibatasi pada


(34)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Belimbing 2.1.1. Jenis Belimbing

Belimbing dibedakan menjadi dua macam yaitu Belimbing Asam/Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.), yang keduanya termasuk dalam keluarga Oxalidaceae marga Averrhoa. Beberapa ahli sepakat bahwa kedua tanaman ini merupakan tanaman asli Indonesia dan Malaysia. Belimbing wuluh buahnya berbentuk bulat lonjong sebesar ibu jari tangan dan rasanya sangat asam, biasanya digunakan sebagai penyedap masakan6.

Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.) merupakan salah satu jenis buah tropika yang sangat digemari konsumen. Definisi buah belimbing manis segar menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-4491-1998) adalah buah dari tanaman belimbing (Averrhoa carambola L.) dalam tingkat ketuaan optimal, utuh, segar, aman bagi manusia dan bebas OPT (Organisme Penggangu Tanaman). Daerah sentra produksi belimbing yaitu Jawa Timur (Blitar), Jawa Tengah (Jepara, Demak), Jawa Barat (Depok), DKI Jakarta (Jakarta Selatan), Sumatera Utara (Deli Serdang) (Dinas Pertanian Kota Depok, 2008).

Belimbing Manis memiliki nama daerah Belimbing Legi, Balimbing Amis, Balireng, Lembertua, Bainang, Sulapa, Tofou. Orang Barat menyebut buah belimbing sebagai Star Fruit, karena bila diiris melintang bentuknya seperti bintang.

2.1.2. Lingkungan Tumbuh Belimbing

Tanaman belimbing memerlukan curah hujan yang tinggi, oleh karena itu pertumbuhan tidak akan terhambat sekalipun ditanam di daerah yang cukup basah. Tempat yang paling baik untuk tanaman belimbing adalah yang mendapat sinar matahari langsung. Lamanya penyinaran minimal tujuh jam tiap hari. Pohon belimbing membutuhkan lebih banyak sinar matahari dalam masa pertumbuhannya.

6Pusat Pemasaran Belimbing Dewa Depok. 2008.

http://belimbingdewa.com/index.php?option=com_content&task=view&id=40&Itemid=1. Khasiat Buah Belimbing. Diakses Tanggal 9 Januari 2009.


(35)

Tanaman belimbing dapat tumbuh dan berkembang dengan baik jika ditanam ditempat dengan ketinggian 0 – 500 meter di atas permukaan air laut. Tanaman belimbing tidak banyak menuntut persyaratan tanah, keasaman tanah yang cukup baik dan masih dapat ditolerir oleh tanaman belimbing berada diantar 5,5 – 7,0. Kedalaman air tanah yang ideal untuk pertumbuhan belimbing antara 50 – 200 cm.

Tanaman belimbing memiliki beberapa kelebihan dibanding tanaman lain, yaitu :

1. Dapat dibudidayakan di kebun atau pekarangan atau pot serta mampu berbuah lebat 2. Cepat berbuah dan setelah berbuah pertama kali cenderung berbuah lagi secara terus

menerus

3. Rasa manisnya bervariasi sesuai dengan jenis atau varietasnya

2.1.3. Kandungan Gizi Belimbing

Belimbing Manis memiliki kandungan lemak, protein, Kalsium dan vitamin A, B1 dan C yang sangat bermanfaat untuk kesehatan. Kandungan gizi belimbing Manis dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Gizi Belimbing (dalam 100 gram buah)

Kandungan Gizi Jumlah/100 gram buah Satuan

Kalori 36,00 Kal

Protein 0,40 Gram

Lemak 0,40 Gram

Karbohidrat 8,80 Gram Kalsium 4,00 Milligram

Fosfor 4,00 Milligram

Besi 1,10 SI

Vitamin A 170,00 Milligram Vitamin B1 0,03 Milligram Vitamin C 35,00 Milligram

Air 90,00 Gram

Bagian yang dimakan 86 %

Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok, 2007

Disamping sebagai sumber nutrisi tubuh manusia, buah belimbing juga digunakan untuk pencegahan dan terapi berbagai macam penyakit, yaitu bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah, anti kanker, memperlancar


(36)

pencernaan, menurunkan kolesterol dan membersihkan usus. Belimbing dapat digunakan sebagai anti oksidan yang berfungsi mencegah penyebaran sel kanker7.

2.1.4 Varietas Belimbing

Belimbing manis terdiri dari berbagai jenis. Jenis belimbing manis yang tergolong unggul dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis Belimbing Manis yang Tergolong Unggul

Varietas Asal Ciri Khas

Demak Jinggo Jepara Kuning kemerahan, sedikit air, sepet. Demak Kapur Jepara Putih kekuningan, rasa manis sedikit

asam, mengandung banyak air.

Demak Kunir Jepara Kuning keemasan, aroma harum, kandungan air banyak.

Sembiring Pancur Batu, Medan Kuning menyala, rasa manis.

Bangkok Bangkok, Thailand Kuning kemerahan, belimbingan berwarna hijau meskipun buah sudah tua. Filipina Kebun Jeruk Barat,

Jakarta

Warna kuning, bentuk ujung buah lebih runcing.

Paris Pasar Minggu, Jakarta Kuning kemerahan, belimbingan tipis, berdaging padat.

Dewi Pasar Minggu, Jakarta Pinggiran tetap matang meskipun buah sudah matang.

Siwalan/Tuban Surabaya Kuning keemasan, daging buah berserat. Wulan Persilangan Demak

Kunir betina dan Demak Jinggo jantan

Kemerahan, bentuk bulat lonjong, tidak berserat, rasa manis, berdaging padat. Wijaya Pati, Jawa Tengah Rasa manis.

Taiwan Taiwan Kuning, pinggiran berwarna hijau. Malaya Medan Kuning keemasan, tekstur buah lunak. Penang Malaysia Kuning agak jingga, bentuk lonjong. Madu

Malaysia

Malaysia Orange, bentuk memanjang runcing. Dewa Baru Jakarta Selatan Orange mengkilap, bentuk buah lonjong.

Sumber : Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992

Belimbing varietas Dewa merupakan belimbing hasil persilangan belimbing varietas Dewi dan Bangkok. Belimbing Dewa adalah belimbing yang populer dan banyak diminati petani buah maupun kolektor tanaman buah-buahan. Hal ini disebabkan karena belimbing Dewa menyimpan banyak kelebihan. Ukuran buahnya

7

Pusat Pemasaran Belimbing Dewa Depok. 2008.

http://belimbingdewa.com/index.php?option=com_content&task=view&id=40&Itemid=1. Khasiat Buah Belimbing. Diakses Tanggal 9 Januari 2009


(37)

cukup besar dan panjang. Panjang buahnya dapat mencapai lebih dari 15 cm dengan diameter lebih dari 10 cm. Berat rata-rata per buah adalah 200 hingga 250 gram, bahkan ada yang mencapai 500 gram.

Belimbing Dewa memiliki daging buah yang padat dan manis dengan sedikit kandungan air. Oleh karena itu, Belimbing Dewa lebih tahan disimpan dalam waktu cukup lama pada suhu kamar. Selain itu, Belimbing Dewa mempunyai tajuk daun yang rimbun dan kemampuan berbuahnya cukup lebat. Oleh karena itu, jenis belimbing ini sangat bagus untuk ditanam dalam pot (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992).

2.2. Tinjauan Umum Koperasi 2.2.1. Definisi Koperasi

Pengertian koperasi berdasarkan Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 Bab I pasal 1 Ayat 1, yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu badan hukum yang kegiatannya berlandaskan pada prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Definisi koperasi menurut ICA Cooperative Identity Statement (ICIS), koperasi adalah perkumpulan orang-orang yang berkumpul secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya melalui usaha yang dimiliki bersama secara demokratis (Saragih, 2000).

2.2.2. Nilai dan Asas Koperasi

Koperasi mendasarkan diri pada nilai-nilai menolong diri sendiri, tanggung jawab sendiri, demokratis, persamaan, keadilan dan kesetiakawanan. Percaya pada nilai-nilai etnis dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap orang lain. Sedangkan asas-asas koperasi yaitu keanggotaan terbuka dan atas dasar sukarela, democratic control, bunga tetap atas modal, pembagian sisa hasil usaha kepada anggota secara proporsional dengan transaksinya, pendidikan koperasi dan kerjasama antar koperasi.

2.2.3. Prinsip, Fungsi dan Peran Koperasi

Prinsip-prinsip koperasi yaitu (Saragih, 2000). : 1. Keanggotaan sukarela dan terbuka

Koperasi adalah organisasi yang bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia menggunakan jasa-jasanya dan bersedia menerima tanggung jawab


(38)

keanggotaan, tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang sosial, ras, politik atau agama.

2. Pengawasan demokratis oleh anggota

Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh para anggotanya, yang secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusan.

3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi

Para anggota memberikan kontribusi permodalan koperasi secara adil dan melakukan pengawasan secara demokratis.

4. Otonomi dan kemandirian

Koperasi adalah organisasi otonom, menolong diri sendiri serta diawasi oleh para anggotanya.

5. Pendidikan, pelatihan dan informasi

Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para anggota, wakil-wakil anggota yang dipilih oleh rapat anggota serta para manajer dan karyawan, agar mereka dapat melakukan tugasnya lebih efektif bagi perkembangan koperasinya. 6. Kerjasama diantara koperasi, kepedulian terhadap komunitas

Koperasi melayani para anggotanya secara kolektif dan memperkuat gerakan koperasi dengan bekerja sama melalui organisasi tingkat lokal, nasional, regional dan internasional.

Fungsi dan peran koperasi dalam Bab III bagian pertama pasal 4 UU RI No. 25 Tahun 1992 yaitu :

1. Membangun potensi dan ekonomi anggota dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional.

4. Mewujudkan perekonomian nasional berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Peran dan Tugas Koperasi8 :

8

Organisasi.Org.2008.


(39)

1. Meningkatkan taraf hidup sederhana masyarakat Indonesia. 2. Mengembangkan demokrasi ekonomi di Indonesia.

3. Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara menyatukan, membina, dan mengembangkan setiap potensi yang ada.

2.2.4. Sumber Permodalan Koperasi

Berdasarkan Undang-undang Perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari :

1. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk diserahkan kepada koperasi pada waktu seseorang masuk menjadi anggota koperasi dan besarnya sama untuk semua anggota.

2. Simpanan wajib adalah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk membayarnya kepada koperasi pada waktu-waktu tertentu.

3. Simpanan sukarela ini diadakan oleh anggota atas dasar sukarela atau berdasarkan perjanjian-perjanjian atau peraturan-peraturan khusus.

Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya dan/atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya.

2.2.5. Jenis Koperasi

Jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Berdasarkan kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi, jenis-jenis koperasi terdiri dari (Firdaus dan Susanto, 2004) :

1. Koperasi konsumsi, koperasi yang beranggotakan para konsumen dengan menjalankan kegiatannya jual beli menjual barang konsumsi.

2. Koperasi kredit, koperasi yang bergerak di bidang simpanan dan pinjaman.

n_dunia_ilmu_ekonomi_koperasi_ekop. Arti, Pengertian, Definisi, Fungsi dan Peranan Koperasi / Koprasi Indonesia dan Dunia - Ilmu Ekonomi Koperasi / Ekop. Diakses Tanggal 15 Pebruari 2009.


(40)

3. Koperasi produksi, koperasi beranggotakan para pengusaha kecil (UKM) dengan menjalankan kegiatan pengadaan bahan baku dan penolong untuk anggotanya. 4. Koperasi jasa, koperasi yang bergerak di bidang usaha jasa lainnya.

5. Koperasi distribusi (pemasaran), koperasi yang menjalankan kegiatan penjualan produk/jasa koperasinya atau anggotanya.

Menurut Hendrojogi (2002) koperasi dapat dibedakan menurut bentuknya yaitu : 1. Koperasi Primer

Koperasi yang beranggotakan minimal 20 orang yang memiliki kesamaan dan kepentingan ekonomi dan melakukan kegiatan usahanya yang langsung melayani para anggotanya.

2. Koperasi Sekunder

Koperasi yang beranggotakan badan-badan hukum koperasi yang mempunyai kesamaan kepentingan ekonomis mereka bergabung untuk tujuan efisien dan kelayakan ekonomi dalam rangka melayani anggotanya.

2.2.6. Dimensi Kualitas Jasa Koperasi

Koperasi merupakan badan usaha yang memiliki karakteristik sosial, dengan demikian produk yang ditawarkannya yaitu jasa. Kualitas jasa koperasi akan dinilai oleh anggota. Koperasi hendaknya menentukan suatu tolak ukur rencana kualitas produk dari tiap dimensi kualitasnya. Dimensi kualitas jasa menurut Zeithaml et. al. dalam Umar (2003) dapat dibagi ke dalam lima dimensi kualitas jasa yaitu :

a. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan.

b. Responsiveness (cepat tanggap), kemampuan karyawan dalam memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap.

c. Assurance (jaminan), kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.

d. Tangibles (keberwujudan), penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan alat-alat komunikasi.


(41)

2.3. Tinjauan Studi Terdahulu

2.3.1. Studi Empiris Mengenai Belimbing

Penelitian Husen (2006) yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Buah Belimbing Depok Varietas Dewa Dewi (Averrhoa carambola L.) Kasus Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Propinsi Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerimaan usahatani belimbing dengan sistem penjualan per kilogram (SPK) lebih besar dibanding dengan sistem penjualan per buah (SPB). Rantai pasokan belimbing Depok terdiri dari tiga rantai pasokan.

Petani belimbing Depok memasarkan produknya secara langsung kepada tengkulak sebanyak 70 persen, petani menjual belimbing Depok ke pedagang besar sebanyak 16,7 persen dan petani menjual belimbing langsung ke pedagang pengecer sebanyak 13,3 persen. Struktur pasar yang terjadi antara petani dengan tengkulak adalah pasar oligopsoni, sedangkan pedagang besar yang menjual produknya ke pedagang pengecer pada pasar tradisional mempunyai struktur pasar oligopoli.

Penelitian Haris (2008) yang berjudul Strategi Pemasaran Belimbing Manis (Averhoa carambola L.) di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok. Penelitian ini menyatakan bahwa hasil matriks IFE menunjukkan faktor produk yang berkualitas, letak yang strategis, serta bentuk kemasan dan penggunaan merk sebagai kekuatan utama PKPBDD. Fluktuasi kuantitas dan kontinyuitas pasokan, fasilitas penyimpanan belum memadai, serta ketergantungan modal pada pemerintah menjadi kelemahan utama PKPBDD. Total skor matriks IFE sebesar 2,406 menunjukkan posisi internal PKPBDD sedikit di bawah rata-rata.

Hasil matriks EFE menyatakan bahwa faktor yang menjadi peluang utama PKPBDD adalah potensi pasar lokal yang besar, peningkatan jumlah permintaan dari pelanggan tetap, dan dukungan pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk kebijakan maupun pendanaan. Faktor yang menjadi ancaman utama PKPBDD adalah kesulitan dalam pengaturan waktu panen, persaingan dengan pesaing lokal, dan tingkat persaingan yang tinggi dengan produk subtitusi. Total skor matriks EFE adalah 2,801 berarti bahwa kemampuan PKPBDD dalam merespon peluang untuk menghindari ancaman berada di atas rata-rata.


(42)

2.3.2. Studi Empiris Mengenai Peranan Koperasi

Penelitian Hapsari (2003) yang berjudul Peranan Koperasi dalam Pengembangan Agribisnis Beras Organik Studi Kasus pada Koperasi Pertanian Nusantara (KOPERTA), menyatakan bahwa pada analisis rasio terjadi penurunan karena pengelolaan keuangan KOPERTA yang kurang baik. Faktor internal yang mempengaruhi usaha beras organik adalah manajemen KOPERTA yang cukup baik dengan selalu diikusertakannya anggota dalam kegiatan yang diadakan oleh KOPERTA. Faktor eksternal yang mempengaruhi usaha beras organik yaitu permintaan konsumen, kondisi perekonomian, kerjasama yang dilakukan KOPERTA dengan mitranya yaitu petani yang terikat dalam IP2HT sebagai pemasok, distributor dan lembaga-lembaga lainnya turut mempengaruhi perkembangan usaha beras organik.

2.3.3. Studi Empiris Mengenai Kinerja Koperasi

Penelitian Putra (2006) tentang kinerja keuangan dan kemampuan pelayanan koperasi produsen tempe tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Garut. Penelitian ini untuk menganalisis kinerja keuangan digunakan dengan metode Analisis Rasio, Analisis Trend dan persentase perkomponen. Sementara, untuk mengukur kinerja pelayanan koperasi digunakan Importance Performance Analysis (IPA) dan Consumer Satisfaction Index (CSI).

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari survei secara acak kepada 40 responden (20 responden pengusaha tahu dan 20 responden pengusaha tempe) di setiap wilayah kerja, yang berjumlah tiga wilayah kerja. Sementara data sekunder diperoleh dari laporan keuangan KOPTI dan instansi terkait.

Penelitian ini terdir dari 18 buah variabel yang diteliti menggunakan IPA, empat buah variabel berada pada kuadran I diagram kartesius yaitu ketepatan jumlah dalam memperoleh kredit, tingkat suku bunga pinjaman yang ditetapkan oleh KOPTI, harga jual kedelei oleh koperasi dan ketepatan jumlah dalam memperoleh kedelei. Variabel yang berada di kuadran II hanya ketepatan kualitas dalam memperoleh kedelei. Di kuadran III terdapat variabel kenyamanan tempat pelayanan, jam buka pelayanan, mutu bahan pembantu dan alat produksi yang disediakan, dan harga bahan pembantu dan alat produksi yang disediakan. Variabel selebihnya berada di kuadran IV. Sedangkan, tingkat kepuasan konsumen koperasi yang diukur dengan CSI diperoleh nilai sebesar 69,88 persen, atau berada pada kategori puas.


(43)

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Putra (2006) adalah alat analisis yang digunakan sama yaitu Importance Performance Analysis (IPA). Sedangkan Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini menganalisis peningkatan peran koperasi dalam pengembangan sistem agribisnis belimbing Dewa dengan pendekatan kinerja yang telah dilakukan oleh koperasi selama ini. Secara ringkas studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.


(44)

Tabel 6. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian

Nama Penulis Tahun Judul Metode Analisis Ratih Indri

Hapsari

2003 Peranan Koperasi dalam Pengembangan Agribisnis Beras Organik

Efisiensi usaha, analisis usahatani, analisis laporan keuangan.

Hana Angriani Husen

2006 Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Buah Belimbing Depok Varietas Dewa Dewi (Averrhoa carambola L.) Kasus Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Propinsi Jawa Barat

R/C rasio, margin tataniaga,

farmer’s share

Widi Martes Dase Putra.

2006 Analisis Kinerja Keuangan dan Kemampuan Pelayanan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Garut

Analisis Rasio,

Trend dan

persentase perkomponen, Importance Performance Analysis (IPA) dan Consumer Satisfaction Index (CSI)

Abdi Haris T. 2008 Strategi Pemasaran Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.) di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok

Matriks IFE dan EFE, SWOT, QSPM


(45)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis

Sistem agribisnis adalah suatu sistem vertikal dari setiap komoditas pertanian yang terdiri dari beberapa subsistem, yaitu subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem produksi, subsistem pengolahan hasil (agroindustri) dan subsistem pemasaran (Downey dan Erickson, 1989). Arah dan tujuan dari pengembangan sistem agribisnis ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan pertanian sehingga dapat : 1. Meningkatkan nilai tambah hasil pertanian

2. Meningkatkan komersialisasi hasil pertanian 3. Memperluas kesempatan kerja

4. Meningkatkan kualitas hidup sumber daya pertanian 5. Meningkatkan persediaan produk yang bermutu dan bergizi 6. Meningkatkan daya tarik pertanian

Agribisnis atau bisnis pertanian menurut Soeharjo (1992) mencakup empat subsistem utama yang memadukan sektor pertanian dan sektor industri, yaitu :

1. Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, seperti bibit, pupuk, obat-obatan, alat dan mesin pertanian. Kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi dilakukan oleh perseorangan, pengusaha swasta, koperasi, dan lembaga pemerintah.

2. Subsistem usahatani, usahatani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil perkebunan, buah-buahan, hasil ternak, bunga dan tanaman hias. Pelaku dalam subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha perkebunan, dan pengusaha tanaman hias.

3. Subsistem tataniaga, tataniaga merupakan rangkaian kegiatan mulai pengumpulan produk usahatani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Tataniaga mencakup tataniaga produk olahan yang menggunakan produk usahatani sebagai bahan baku. Pelaku dalam subsistem ini terdiri dari pengumpul produk, pedagang dan penyalur pada konsumen.

4. Lembaga penunjang meliputi lembaga kredit, koperasi, litbang, angkutan, pasar, penyuluh, dan kebijakan-kebijakan.


(46)

Sistem agribisnis merupakan sistem yang terpadu dan terkait antara satu subsistem dengan subsistem lain dalam agribisnis. Keterkaitan antar subsistem meliputi keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang (backward linkage). Bila satu subsistem terganggu, maka keseluruhan sistem tidak berfungsi dengan baik (Krisnamurthi, 2001). Diagram sistem agribisnis dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Sistem Agribisnis9

Tingkat keeratan hubungan yang terjadi antar subsistem menunjukkan kekuatan sistem agribisnis yang selanjutnya akan menentukan kinerjanya. Kinerja tersebut akan sangat

tergantung pada terselenggaranya integrasi sistem agribisnis baik secara vertikal maupun horizontal (Sa’id dan Intan, 2001).

1. Integrasi Vertikal Sistem Agribisnis

Integrasi vertikal dapat terselenggara apabila terdapat hubungan yang saling menguntungkan secara proporsional dan saling mendukung antarpelaku dalam sistem komoditas secara vertikal tersebut. Keterkaitan yang saling menguntungkan secara proporsional dan saling mendukung tersebut merupakan fondasi untuk membangun integrasi vertikal karena terdapatnya jaminan pemenuhan hak-hak dan kebutuhan para pelaku, serta kekuatan sinergis yang terjadi dalam berbagai hubungan semakin kuat dengan semakin tingginya kinerja pihak-pihak yang bekerjasama dalam sistem tersebut.

9

Diktat Kuliah Agribisnis Pangan, 2006 SUBSISTEM

I (Pengadaan

dan Penyalu

ran Sarana

SUBSISTEM II (Produksi

Primer)

SUBSISTEM III (Pengolahan)

SUBSISTEM IV (Pemasaran)

Lembaga Penunjang Agribisnis (Pertanahan, Penyuluhan, Keuangan, Penelitian)


(47)

2. Integrasi Horizontal Sistem Agribisnis

Integrasi horizontal terselenggara apabila terdapat keterkaitan yang sangat erat antarlini komoditas pada tingkat usaha yang sama atau antarpara pelaku dalam suatu komoditas yang sama.

3.1.2. Importance and Performance Analysis

Importance and Performance Analysis (IPA) merupakan dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan tentang tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Analisis ini akan menghasilkan suatu matriks kartesius yang terdiri dari empat kuadran.

Importance mengacu pada tingkat kepentingan menurut persepsi pelanggan. Dari persepsi tingkat kepentingan pelanggan, kita dapat merumuskan tingkat kepentingan yang paling dominan. Dengan memakai konsep kepentingan ini, kita dapat menangkap persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya variabel tersebut dimata pelanggan. Selanjutnya, kita dapat mengaitkan pentingnya variabel ini dengan kenyataan yang dirasakan oleh pelanggan.

Kinerja Tinggi

Gambar 2. Diagram Kartesius Sumber : Umar, 2002

Matriks ini terdiri dari empat kuadran, kuadran pertama terletak disebelah kiri atas, kuadran kedua di sebelah kanan atas, kuadran ketiga di sebelah kiri bawah dan kuadran ke empat di sebelah kana bawah. Strategi yang dapat dilakukan berkenaan dengan masing-masing variabel pada ke empat kuadran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Prioritas Utama

(I)

Pertahankan Prestasi

(II)

Prioritas Rendah

(III)

Berlebihan

(IV) Tingg

i

Rendah


(48)

Kuadran I

Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan tetapi kenyataannya faktor-faktor ini belum sesuai seperti yang diharapkan pelanggan. Variabel-variabel yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan caranya adalah perusahaan melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga kinerjayang ada dalam kuadran ini akan meningkat.

Kuadran II

Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan dan faktor-faktor yang dianggap oleh pelanggan sudah sesuai dengan yang dirasakan. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan karena semua variabel ini menjadikan produk/jasa tersebut unggul di mata pelanggan.

Kuadran III

Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh pelanggan sangat kecil.

Kuadran IV

Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan dirasakan terlalu berlebihan. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Kota Depok merupakan salah satu kota yang memiliki letak cukup strategis dekat dengan wilayah DKI Jakarta, hal ini mendorong meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Kota Depok. Sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian di Kota depok menjadi salah satu sektor yang sangat prospektif dan memiliki keunggulan spesifik, hal ini karena adanya jaminan permintaan dan pangsa pasar akan produk pertanian segar yang sangat beragam.


(49)

Potensi pengembangan belimbing sebagai ikon Kota Depok sangat prosfektif untuk dikembangkan. Kesesuaian ekosistem lahan pertanian di Kota Depok baik kondisi iklim, tanah dan letak geografis merupakan faktor penting dalam memproduksi belimbing Dewa yang berkualitas. Peran pemerintah Kota Depok melalui program pengembangan tanaman belimbing sangat mendukung pengembangan potensi daerah ini.

Belimbing Depok yang selama ini beredar di pasaran dan merupakan tanaman di pekarangan rumah dengan jumlah pohon yang relatif sedikit dapat dijadikan promosi keunggulan daerah, apabila terintegrasi dengan baik salah satunya melalui peran kelembagaan. Bahkan dapat memiliki nilai jual dan pasar yang lebih baik apabila mempertahankan kualitasnya.

Melihat kondisi tersebut seharusnya potensi belimbing Dewa terus dikembangkan terutama di daerah-daerah sentra produksi seperti di Kecamatan Pancoran Mas, Sawangan dan Cimanggis. Hal ini dikarenakan pada kecamatan tersebut memiliki luas areal potensial dan populasi tanaman belimbing yang tinggi dibanding kecamatan lainnya. Namun kenyataannya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal dikarenakan Pemerintah Kota Depok masih memiliki beberapa permasalahan dalam menjalankan sistem agribisnisnya mulai dari subsistem hulu sampai layanan pendukung.

Petani belum bisa menerapkan sepenuhnya Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok merupakan permasalahan pada subsistem hulu dan usahatani belimbing Dewa. Dilihat dari sisi pemasaran, petani belimbing tidak memiliki posisi tawar karena banyak menjual hasil panennya kepada tengkulak. Keberadaan PKPBDD yang diharapkan berfungsi sebagai salah satu gerbang pemasaran penghubung petani dan konsumen belum banyak dirasakan manfaatnya oleh petani, hal ini diduga karena kinerja PKPBDD belum optimal. Sehingga keanggotaan petani dalam koperasi masih rendah.

Penyebab timbulnya permasalahan di atas perlu diketahui secara pasti sehingga perlu dilakukan analisis sistem agribisnis belimbing Dewa dan analisis kinerja PKPBDD yang telah dijalankan selama ini, sehingga tercipta kesejahteraan petani. Analisis sistem agribisnis dilakukan agar menjadi rekomendasi untuk pengembangan sistem agribisnis belimbing Dewa. Sedangkan analisis kinerja PKPBDD dilakukan


(50)

untuk mengetahui kinerja PKPBDD yang telah dijalankan selama ini, serta mengetahui atribut PKPBDD yang menjadi prioritas utama sehingga perlu ditingkatkan peranannya. Operasional penelitian dilakukan dengan menganalisis sistem agribisnis dari subsistem hulu, subsistem usahatani, subsistem hilir dan subsistem layanan pendukung secara kualitatif. Sedangkan analisis kinerja PKPBDD menggunakan Importance and Performance Analysis (IPA) dilakukan dengan menganalisis dimensi kualitas jasa berupa reliability (keandalan), responsiveness (cepat tanggap), assurance (jaminan), emphaty (empati), tangibles (keberwujudan) yang telah dilaksanakan oleh PKPBDD. Sehingga meningkatkan kesejahteraan anggota serta peran PKPBDD bagi petani menjadi optimal. Gambar kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.


(51)

41

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

• Sektor Pertanian di Kota Depok sangat prospektif dan memiliki keunggulan spesifik

• Pemerintah Kota Depok menetapkan belimbing Dewa sebagai ikon kota • Prospek belimbing Dewa untuk diekspor ke negara Arab Saudi dan

Brunei Darussalam

• Pemerintah Kota Depok mengeluarkan Program Pengembangan

SUBSISTEM HULU SUBSISTEM USAHATANI SUBSISTEM HILIR • Petani Belum menerapkan SOP • Petani tidak memiliki posisi

tawar

SUBSISTEM LAYANAN PENDUKUNG • Keanggotaan petani dalam

PKPBDD masih rendah • Kinerja PKPBDD belum

optimal

Analisis Sistem Agribisnis Belimbing dan Harapan Petani Terhadap Koperasi

ANALISIS SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA • Subsistem Hulu

• Subsistem Usahatani • Subsistem Hilir

• Subsistem Layanan Pendukung

ANALISIS KINERJA PKPBDD Reliability (Keandalan) Responsiveness(Cepat tanggap) Assurance (Jaminan)

Tangibles (Keberwujudan)

Importance and Performance Analysis (IPA)

Rekomendasi Pengembangan Sistem Agribisnis Belimbing Dewa Melalui

Peran Koperasi Rekomendasi Pengembangan

Sistem Agribisnis Belimbing Dewa Analisis Kualitatif

Rekomendasi Prioritas utama dan Pencapaian Kesejahteraan Petani Melalui PKPBDD


(1)

10. Apakah hak dan kewajiban Anda terhadap koperasi ? • Hak Petani :

a. ……… b. ……….. • Kewajiban Petani : a. ………... b. ………...

11. Manfaat apa saja yang Anda peroleh setelah bergabung dengan koperasi ?

a. Manfaat ekonomi (keuntungan yang diterima)

• Kemudahan pemasaran a. Ya b.Tidak

• Harga yang lebih baik a. Ya b.Tidak

• Keuntungan yang lebih tinggi a. Ya b. Tidak

• Lain-lain ……… b. Manfaat teknis dan nonteknis

• Bantuan permodalan a. Ya b.Tidak

• Bantuan/pelatihan budidaya a. Ya b. Tidak

• Lain-lain ………..

c. Manfaat Sosial

• Tempat pertemuan/bertukar pikiran antar petani a. Ya b. Tidak

• Mempererat ikatan antar petani a. Ya b. Tidak


(2)

Lampiran 3. Karakteristik Sistem Agribisnis Petani Responden

No. Karakteristik Kategori Jumlah Persentase (%)

a. 1 – 5 Tahun 16 26,67

b. 6 – 10 Tahun 25 41,67

c. 11 – 15 Tahun 8 13,33

d. 16 – 20 Tahun 4 6,67

1. Lama bertani

e. > 21 Tahun 7 11,67

a. Ya 29 48,33

2.

Pengalaman pelatihan/kur sus

b. Tidak 31 51,67

a. Penggarap 18 30

b. Penggarap dan pemilik 36 60

3. Status lahan

c. Sewa/kontrak 6 10

a. Sendiri 52 86,67

4. Asal modal

b. Pinjaman 8 13,33

a. 0,5 Ha 45 75

b. 0,6 – 1 Ha 10 16,67

5. Luas lahan

c. > 1,1 Ha 5 8,33

a. 50 pohon 33 55

b. 51 – 100 pohon 23 38,33

c. 101 – 150 pohon 3 5

6. Jumlah pohon

d. > 151 pohon 1 1,67

a. 1 -5 Tahun 14 23,33

b. 5 – 10 Tahun 33 55

c. 11 – 15 Tahun 9 15

d. 16 – 20 Tahun 4 6,67

7. Umur pohon

e. > 20 Taun 0 0

a. Dewa 43 71,67

b. Dewi 10 16,67

8. Varietas belimbing

c. Campuran 7 11,67

a. Belimbing saja 38 63,33

b. Belimbing dan jambu 19 31,67

9. Pola tanam

c. Lainnya 3 5

a. 6 x 5 m 31 51,67

b. 6 x 6 m 14 23,33

c. 6 x 7 m 4 6,67

10. Jarak tanam

d. 7 x 7 m 11 18,33

a. 1 – 2 Ton 44 73,33

b. 2,1 – 3 Ton 0 0,00

c. 3,1 – 4 Ton 2 3,33

d. > 4,1 Ton 6 10

11. Hasil panen

e. < 1 Ton 8 13,33

a. Sumur 24 40

b. Parit 13 21,67

c. Sungai 12 20

12. Sumber pengairan

d. Hujan 11 18,33

a. Tengkulak 46 76,67

b. Pasar 5 8,33

13. Selain jual ke koperasi


(3)

C. Sikap dan Harapan Petani Terhadap PKPBDD

Kuesioner ini berisi tentang tingkat kepentingan dan kinerja koperasi. Pada kuesioner ini diharapkan Bapak/Ibu/Sdr/i dapat mengisi tingkat kinerja koperasi yang telah dilakukan selama ini, sehingga akan menjadi masukan bagi pengembangan koperasi guna meningkatkan kesejahteraan petani belimbing melalui koperasi.

Isilah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang (X). Menurut anda yang paling tepat tentang sikap dan harapan Anda terhadap koperasi. Keterangan :

SP : Sangat Penting SB : Sangat baik

P : Penting B : Baik

CP : Cukup Penting CB : Cukup baik

KP : TidakPenting KB : Tidak baik

TP : Sangat Tidak Penting TB : Sangat Tidak Baik

Tingkat Kepentingan Kinerja

No. Atribut

SP P CP TP STP SB B CB TB STB

Reliability (keandalan)

1. Daya tampung belimbing

2. Harga beli belimbing oleh PKPBDD

3. Pemasaran belimbing oleh PKPBDD

4. Pinjaman bagi petani

Responsiveness (ketanggapan)

5. Pengambilan hasil panen ke petani 6. Pembayaran kepada petani

Assurance (jaminan)

7. Penimbangan dan pengelompokkan belimbing dalam grade

8. Kemudahan menghubungi PKPBDD

Tangible (berwujud)

9. Kebersihan dan kerapihan dalam pengemasan belimbing 10. Penyediaan fasilitas PKPBDD

Lainnya

11. Tabungan petani

12. koperasi sebagai tempat penghubung antar petani (tempat komunikasi antar petani)


(4)

LAMPIRAN 4. Tingkat Kepentingan Atribut

KECAMATAN RESPONDEN A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 JUMLAH

LIMO 1 5 5 4 5 5 5 5 4 4 3 4 3 52

2 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 3 4 54

3 5 5 4 4 5 5 5 5 3 4 4 4 53

4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 2 4 4 51

5 5 5 4 4 5 5 5 3 4 3 4 3 50

6 4 4 5 5 5 5 5 4 3 3 3 3 49

7 5 5 5 5 5 5 5 3 4 3 4 5 54

8 4 4 5 5 5 5 5 4 4 3 4 3 51

9 5 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 5 54

10 4 5 5 4 5 5 5 5 4 3 4 3 52

11 3 5 5 4 5 5 5 3 5 4 4 5 53

12 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 3 3 51

13 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 53

14 4 5 4 5 5 5 5 3 3 3 4 3 49

PANCORAN 15 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 53

16 5 5 5 4 4 5 5 4 3 4 5 3 52

17 5 5 5 5 4 5 4 5 3 4 5 5 55

18 4 4 5 5 3 5 5 5 4 5 4 3 52

19 5 5 4 5 3 5 4 3 3 4 5 4 50

20 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 50

21 5 4 5 5 4 5 4 3 5 3 5 3 51

22 4 5 5 4 3 5 4 4 3 4 5 4 50

23 4 5 5 4 3 5 4 3 4 3 2 3 45

24 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 52

25 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 53

26 5 5 5 5 3 5 4 3 3 4 5 4 51

27 4 5 5 4 3 5 5 4 4 3 5 4 51

28 5 4 5 4 5 5 4 4 3 4 5 3 51

29 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 54

30 5 4 3 5 4 3 5 5 5 4 5 5 53

31 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 50

32 5 4 3 4 3 3 5 4 4 4 5 3 47

33 5 5 4 5 4 4 4 3 4 4 5 4 51

SAWANGAN 34 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 55

35 5 4 5 3 5 4 5 4 3 5 5 3 51

36 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 59

37 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 4 56

38 4 5 5 3 5 5 5 3 4 4 4 4 51

39 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 54

40 5 5 4 3 4 3 5 5 5 4 5 4 52

41 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 50

42 5 4 5 5 5 5 5 3 4 4 3 3 51

43 5 5 5 4 4 5 4 3 5 4 5 3 52

44 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 50

BEJI 45 5 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 47

46 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 52

47 4 4 3 4 5 5 5 5 4 4 4 4 51

48 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 54

49 4 4 5 4 4 3 5 4 4 4 5 3 49

50 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 51

51 5 4 3 5 4 3 5 5 5 4 5 5 53


(5)

53 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 49

54 4 4 3 5 5 5 5 3 4 4 4 4 50

55 4 4 4 4 4 3 5 4 5 4 5 3 49

CIMANGGIS 56 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 52

57 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 47

58 5 5 5 5 4 3 5 5 5 4 5 3 54

59 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 56

60 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49

Jumlah 273 275 261 262 260 272 274 239 246 237 260 230 3089


(6)

Lampiran 5. Kinerja PKPBDD

KECAMATAN RESPONDEN A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 JUMLAH

1 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 40

2 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 4 3 40

3 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 4 2 38

4 3 5 3 4 5 4 5 4 4 3 5 3 48

5 4 3 3 2 4 4 3 4 3 2 3 2 37

6 3 3 3 2 5 4 4 3 3 3 4 3 40

7 4 4 3 4 5 5 5 3 3 3 3 3 45

8 2 2 2 3 4 3 5 3 4 3 3 3 37

9 3 4 3 4 5 5 4 4 3 4 3 2 44

10 3 3 4 3 5 5 5 2 3 3 4 2 42

11 2 5 2 2 5 3 3 3 3 4 5 4 41

12 3 4 4 2 4 5 5 3 3 4 4 2 43

13 3 2 4 3 5 3 4 3 3 3 3 3 39

LIMO

14 3 3 2 4 4 5 5 4 3 3 4 3 43

15 4 5 4 3 3 5 3 4 4 3 5 3 46

16 4 4 4 3 5 3 5 3 3 3 5 2 44

17 3 3 1 3 5 5 4 3 3 3 5 3 41

18 2 4 3 3 5 4 4 3 4 4 5 2 43

19 3 4 4 4 3 5 5 3 3 3 5 2 44

20 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 2 43

21 3 4 3 3 4 5 5 3 3 4 4 2 43

22 2 3 2 4 3 5 4 2 3 3 5 3 39

23 2 4 3 4 3 2 3 4 3 4 5 3 40

24 3 4 3 4 4 3 4 2 4 3 5 3 42

25 2 4 1 2 4 2 5 4 3 4 5 2 38

26 2 5 3 3 5 5 4 3 4 3 5 3 45

27 2 4 1 4 4 5 4 3 3 4 5 3 42

28 4 4 2 3 4 3 4 3 4 4 5 2 42

29 2 5 3 4 5 5 5 4 3 3 5 4 48

30 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 5 3 42

31 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 45

32 2 5 3 2 5 4 5 3 3 4 3 3 42

PANCORAN

33 4 5 2 3 4 3 5 3 3 2 3 3 40

34 2 5 1 4 4 5 5 4 4 4 5 2 45

35 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 38

36 3 4 3 3 5 2 4 5 3 3 5 3 43

37 2 5 4 4 5 5 5 5 4 2 4 4 49

38 3 4 2 4 5 2 5 3 4 4 4 3 43

39 3 5 2 2 3 5 3 4 4 3 5 2 41

40 4 4 3 4 4 5 5 3 4 5 4 4 49

41 2 5 4 4 4 3 4 3 3 2 3 3 40

42 3 4 4 2 4 5 5 3 3 4 4 2 43

43 4 5 2 3 5 4 4 3 3 3 5 3 44

SAWANGAN

44 2 5 2 5 4 5 4 4 4 4 4 2 45

45 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 44

46 3 5 3 3 4 4 5 4 3 2 4 2 42

47 2 4 2 5 5 5 4 3 4 4 4 5 47

BEJI