Peran Ulama Dalam Terjadinya Perceraian Ilegal Pada Masyarakat Tapos Depok

43 4. Pembagian waris yang tidak sesuai dengan aturan hukum Islam 5. Tidak dibolehkan nikah kembali secra resmi tanpa adanya ikrar talak 6. Tidak mendapatkan nafkah idah yang jelas 7. Dan lain-lain diatur dalam kompilasi hukum Islam

C. Peran Ulama Dalam Terjadinya Perceraian Ilegal Pada Masyarakat Tapos Depok

Peran ulama dalam menaggapi masalah perceraian itu sangat menunjang disebabkan hukum yang ada di negara merupakan hukum yang wajib bagi mereka yang berada dalam lingkungan Negara tersebut untuk mentaati selagi hukum hukum tersebut tidak menyimpang dari ajaran agama sesuai firman an-Nisaa’ ayat 59 yang berbunyi:                                ٤ : ٥ ٩ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya, dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. QS. An-Nissa4: 59 Ayat di atas jelas menegaskan bahwa kita sebagai hamba Allah untuk mentaati Allah, Rasul dan Ulil Amri pemimpinpemerintah dalam hal Ulil Amri 44 adalah seorang pemimpin Negara yang mana ia bertugas untuk mengatur dan menjaga rakyatnya menjadi rakyat yang baldatun tayyibah. Dan kita dilarang oleh Allah SWT untuk mengikuti atau mentaati perintah seorang pemimpin yang sesat, hal ini dijelaskan dalam kitab qowaidul fiqhiyah yaitu: Artinya: “tidak ada ketaatan terhadap mahluk apabila untuk ma’siat kepada Allah”. : ٥ ٢ Artinya: “Dari ibnu Umar dari Nabi SAW. Sesungguhnya telah bersabda: seorang muslim wajib mendengarkan dan taat menyambut apa saja yang diperintahkan oleh Ulil Amri suka atau tidak suka, kecuali jika ia diperintahkan berbuat maksiat maka ketika tidak boleh mendengarkan tidak pula taat. H.R. Muslim Jadi peran seorang ulama sangat penting bagi kesejahteraan dalam hidup beragama terutama masalah ibadah yang mana jelas telah diatur oleh Kompilasi Hukum Islam KHI yaitu hukum agama Islam yang telah di formalkan. Adapun perintah Allah dalam masalah dalam menyelesaikan suatu perkara dalam rumah tangga dengan menggunakan hakim di jelaskan dalam firman Allah :                         ٤ : ٣ ٥ Artinya: dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. 52 Imam Muslim, Shahih al-Muslim, Jakarta: Maktabah Dar al-ihya al-Kutub al-Arabiyyah indo, tth, juz2, h.131 45 Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Q.S. an- Nisa4: 35 Di sini tugas seorang ulama dalam membantu tugas seorang pemimpin Negara Ulil Amri sangat dibutuhkan terutama memberikan suatu pemahaman tentang tata cara perceraian yang resmi. Di samping itu pula peran seorang pegawai Peradilan Agama pun dibutuhkan. Tugas seorang ulama bukan saja memberikan ceramah agama melainkan ikut turut serta dalam masalah urusan Negara. Karena ulama adalah seorang pemimpin dari pada umatnya. Yang mana ulama adalah pewaris para nabi yang patut kita taati. Peran ulama dalam hal ini sebagai qodi hakim yang menyelesaikan dan memutuskan suatu perkara. Sesuai firman Allah:                     ٤: ٦ ٥ Artinya: Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. Q.S. an-Nisa4: 65 Dan dalam qoidah fiqhiyah juga diterangkan apabila ada suatu perselisihan maka pendapat ulil amri’ yang dimenangkan. Sesuai dengan qoidah: ٥ ٣ Artinya : “Putusan hakim atau pemerintah menghapus pertentangan”. 53 Jalaluddin as-Suyuthi, Al-Asyabah wa al-Nadhair, Semarang : Toha Putera, t,th, h.293 46

D. Analisis Penulis Tentang Cerai Ilegal