Talak Menurut Hukum Positif

21 mentalak isterinya sementara mengandung anaknya. Itulah sebabnya mengapa kedua macam talak ini diharamkan. 34 Adapun hukum talak yang makruh ialah bilamana tidak terdapat di dalamnya indikasi-indikasi yang mensunnahkannya dan tidak ada pula indikasi-indikasi yang mengharamkannya. Inilah hukum asal yang sebenarnya dari talak, sebagaimana sabda Nabi SAW: “perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah SWT adalah talak.” Talak merupakan seburuk-buruknya perbuatan yang dibenci Allah, lantaran talak tersebut menyebabkan terputusnya keturunan yang merupakan maksud tujuan paling mulia dari adanya ikatan perkawinan dan lantaran talak itu mengandung maksud menghinakan dan merendahkan martabat para isteri, keluarganya dan anak-anaknya. 35

2. Talak Menurut Hukum Positif

Menurut Kompilasi Hukum Islam, cerai talak adalah ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal 129,130,131 sesuai dengan pasal 117 Kompilasi Hukum Islam. 36 34 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam Lengkap, Bandung: Sinar Baru Algensindo,2004, Cet.-37, h.402 35 Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syatha al-Dimyati, I’anat al-Thalibin, Beirut: Dar al- Fikr,1993, juz IV,h.7 36 Abdul Manan, M. Fauzan, Pokok-pokok Hukum Perdata Wewenang Pengadilan Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, Cet. Ke-5,h.28 22 Sedangkan menurut Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan cerai talak adalah seseorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan sidang isterinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang guna penyaksian ikrar talak. Menurut hukum positif, bahwa dalam setiap perceraian yang terjadi harus mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama bagi warga negara yang beragama Islam dan Pengadilan Negeri bagi warga negara non Muslim, sesuai dengan Undang-undang Hukum Perdata pasal 2007,”tuntutan untuk perceraian perkawinan, harus diajukan kepada Pengadilan Negeri.” Didalam PP No.9 tahun 1975 pasal 16 dinyatakan hal-hal yang menyebabkan terjadinya perceraian. Perceraian dapat terjadi karena alasan sebagai berikut: a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal yang lain di luar kemampuannya. c. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain; d. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menghilangkan kewajibannya sebagai suami atau isteri; 23 e. Antara suami isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Selanjutnya pada pasal 39 UUP dinyatakan: a. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. b. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami isteri tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri. c. Tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan perundangan sendiri.

C. Macam-macam Talak Menurut Hukum Islam