26 dengan persyaratan tersebut si suami boleh menikah lagi dengan bekas istri yang
diceraikan dengan talak tiga.
43
D. Akibat Hukum Thalak
Ketika sebuah ikatan perkawinan telah berakhir maka ada konsekwensi logis yang diterima bagi pihak suami dan pihak isteri yang menjadi hak dan kewajiban bagi
kedua belah pihak. Hal ini tersebut dan tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam. Dalam hal putusnya perkawinan dengan proses cerai talak, akibat hukum yang
terjadi diatur dalam pasal 149 KHI yaitu: 1. Memberikan Mut’ah sesuatu yang layak kepada bekas isteri, baik berupa uang
atau benda kecuali bekas isteri tersebut qabla dukhul. 2. Memberikan nafkah, makan dan kiswah tempat tinggal dan pakaian kepada
bekas isteri selama dalam masa iddah, kecuali bekas isteri telah dijatuhi talak ba’in atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil.
3. Melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya dan separuh bila qabla al- dukhul.
4. Memberikan biaya hadhanah pemeliharaan anak untuk anak yang belum mencapai 21 tahun.
Selain itu KHI juga mengatur tentang akibat hukum karena perceraian cerai gugat dalam pasal 156 yaitu:
43
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 8, Bandung: Al-Ma’arif, 1994, h.70
27 1. Anak yang belum Mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali
bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya diganti oleh: a. Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ibu;
b. Ayah; c. Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ayah;
d. Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan; e. Wanita-wanita dari kerabat sedarah menurut garis samping dari ibu;
f. Wanita-wanita dari kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah.
2. Anak yang sudah Mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari ayah atau ibunya.
3. Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi, maka atas
permintaan kerabat yang bersangkutan pengadilan dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat yang lain yang mempunyai hak hadhanah pula.
4. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggungan ayah menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dan dapat
mengurus dirinya sendiri 21 tahun. 5. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak, Pengadilan
Agama memberikan putusannya berdasarkan huruf a, b, c, dan d. 6. Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan
jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut padanya.
44
44
Kompilasi Hukum Islam, Departemen Agama 1996, h.74-75
28
E. Cerai Ilegal, Pengertian dan Batasannya