Pengertian Gadai Tentang Pegadaian Syariah

bisa jadi berupa dain namun harus diserahkan sebelum keduanya berpisah.oleh karena itu tsaman dalam akad salam berlaku sebagai ‘ain.

C. Tentang Pegadaian Syariah

1. Pengertian Gadai

Gadai menurut kamus istilah fiqih adalah suatu akad perjanjian utang piutang uang dengan jaminan suatu barang sebagai penguat jaminan kepercayaan utang piutang tersebut. Nilai barang yang digadaikan lebih rendah dari yang semestinya, sehingga apabila hutamg itu tidak terbayar, maka barangnya bisa dijadikan sebagai tebusannya 12 Gadai dalam bahasa arab disebut Ar-rahn. Secara etimologi, Ar-rahn adalah tetap dan lestari, seperti juga dinamai Al-Habsu, artinya: Penahanan. Seperti juga dikatakan Ni’matun Rahinah, artinya: karunia yang tetap dan lestari. Secara etimologi, kata al-rahn berarti tetap, kekal, dan jaminan.Akad al-rahn dalam istilah hukum positif disebut dengan barang jaminanagunan. 13 Ulama mandefinisikannya dengan: Harta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan hutang yang bersifat mengikat. Adapun yang dijadikan barang agunan bukan saja bersifat materi, tetapi juga yang bersifat manfaat. Benda yang dijadikan barang 12 M.Abdul Mujieb Mabruri Tholhah Syafi’ah AM. Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: PT.Pustaka Firdaus,1994 Cet.1 13 AH Azharudin Lathief,fiqh muamalat, UIN Jakarta press,Jakarta 2005, hlm.154 jaminan agunan tidak harus diserahkan secara aktual, tetapi boleh juga penyerahannya secara hukum. Ada beberapa definisi Al-Rahn yang dikemukakan para ulama fiqh sebagai berikut: Ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan: menjadikan sesuatu barangsebagai jaminan terhadap hak piutang yang mungkin dijadikan sebagai pembayar hak piutang itu, baik seluruhnya maupun sebagian. Sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan ar-rahn dengan: menjadikan materi barang sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utang itu. Definisi ini mengandung pengertian bahwa barang yang boleh dijadikan jaminan agunan utang itu hanya yang bersifat materi, tidak termasuk manfaat yang sebagaimana dikemukakan ulama malikiyah. Barang jaminan itu boleh dijual apabila dalam waktu yang disepakati kedua belah pihak, utang tidak dilunasi. Oleh sebab itu, hak pemberi piutang hanya terkait dengan barang jaminan, apabila orang yang berutang tidak mampu melunasi utangnya. Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad Al-Rahn dibolehkan dalam Islam berdasarkan Al-Qur’an dan sunah rasul. Dalam surat Al-Baqarah, 2:283 Mereka sepakat menyatakan bahwa al-rahn boleh dilakukan dalam perjalanan ataupun tidak, asalkan barang jaminan itu bisa langsung dikuasai al-qabdh secara hukum oleh pemberi piutang. Ar-rahn dibolehkan, karena banyak kemaslahatan yang terkandung didalamnya dalam rangka hubungan antar sesama manusia.

2. Sejarah Pegadaian Syariah