Motivasi nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian (Studi kasus perum pegadaian syariah cabang Cinere)

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam memandang penting persoalan ekonomi, dikarenakan ekonomi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak terpisahkan. Namun tujuan akhir dari kehidupan ini melainkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.

Untuk lebih memahami persoalan dalam Islam, di perlukan pemahaman mengenai pengertian ekonomi Islam, menurut Muhammad Abdullah al-Arasi yang dikutip oleh Ibrahim Lubis mendefinisikan ekonomi Islam sebagai “Sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang kita simpulkan dari al-Qur’an dan as-Sunnah dan merupakan bangunan ekonomi”.1

Sesuai dengan skema Zarqa, syariah terdiri atas bidang muamalat (sosial) dan bidang (ritual). Ibadah merupakan sarana manusia untuk berhubungan dengan sang penciptanya (hablum minallah) sedangkan muamalat di gunakan sebagai aturan main manusia dalam berhubungan dengan sesamanya (hablum minannas). Muamalat inilah yang menjadi objek paling luas yang harus digali manusia dari masa ke masa, seiring dengan perkembangan kebutuhan hidup manusia akan senantiasa berubah.

Muamalat tidak membedakan seorang muslim dengan non muslim. Inilah salah satu hal yang menunjukkan sifat Universalitas ajaran Islam. Hal ini

1

Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam Suatu Pengantar I, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet. Ke-1, h. 245.


(2)

dimungkinkan karena Islam mengenal hal yang diistilahkan sebagai tsabit wa mutakhayyirat (principle and variable). Jadi, variabel atau suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang muslim harus berdasarkan prinsip-prinsip ajaran Islam.2

Pertumbuhan ekonomi akhir-akhir ini diramaikan dengan hadirnya lembaga keuangan syariah yang menjadi jalan alternatif dalam melakukan kegiatan perekonomian yang berlandaskan syariah. Hal ini terjadi karena pada saat ini sudah banyak umat Islam yang telah merasakan akan pentingnya kehidupan yang sesuai dengan syariah yaitu kehidupan yang terhindar dari unsur magrib (maisir, gharar, dan riba).

Setelah adanya rekomendasi dari lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua (Bogor) pada tanggal 19-22 Agustus 1990 yang kemudian diikuti dengan diundangkannya UU No. 7/1992 tentang perbankan, maka berdirilah Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai bank umum Islam pertama yang beroperasi di Indonesia. Pendirian BMI ini menjadi cikal bakal terhadap pendirian lembaga keuangan syariah lainnya di Indonesia.

Di tengah berkembangnya lembaga-lembaga keuangan Islam tersebut, maka hendaknya kita tidak mengabaikan salah satu lembaga keuangan lainnya yaitu pegadaian. Perum pegadaian salah satu lembaga keuangan non bank yang menangani usaha jasa gadai yang merupakan sarana alternatif pertama dan sudah ada sejak lama serta sudah banyak dikenal dan diminati oleh masyarakat terutama di kota-kota kecil di seluruh Indonesia, karena masyarakat menginginkan suatu

2

Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), cet.Ke-I, h. 1-2.


(3)

lembaga keuangan yang sesuai dengan syariat Islam yang di dalamnya tidak mengandung unsur riba.

Pegadaian sebagai suatu lembaga keuangan yang menangani usaha jasa gadai yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama masyarakat pedesaan. Disamping proses pencairan dana yang terbilang mudah dan cepat, pegadaian juga tidak meminta yang menyulitkan dalam memberikan dana. Cukup dengan membawa barang jaminan yang bernilai ekonomis, masyarakat sudah bisa mendapatkan dana untuk kebutuhannya, baik produktif maupun konsumtif.3

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa salah satu lembaga keuangan lainnya adalah pegadaian syariah. Kehadiran pegadaian syariah sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah muslim, yang menghendaki diterapkannya prinsip-prinsip syariah Islam dalam berbagai transaksi atau muamalat sebagai untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Kebutuhan masyarakat muslim untuk bertransaksi dan bermuamalat berdasarkan prinsip syariah Islam.

Masih banyak masyarakat yang belum mengenal pegadaian syariah. Apalagi masyarakat yang berada di daerah terpencil di pedesaan. Walaupun demikian sistem informasi tentang pegadaian syariah masih terus dilakukan dalam memperkenalkan pegadaian syariah, dengan tujuan agar masyarakat dapat mengenal dan mengadopsi pegadaian syariah. Masyarakat dalam memilih pegadaian syariah pasti ada unsur yang memotivasi mereka terhadap pegadaian syariah, apakah itu dari sistem operasional, pelayanan, atau biaya yang ringan.

3

Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Salemba Emban Patria 2002), cet. Ke-1, h.114.


(4)

Bagi sebagian kecil masyarakat yang sudah mengenal dan mengadopsi tentulah sudah tahu bagaimana cara kinerja pegadaian syariah baik dari segi pelayanan, sistem operasional maupun biaya yang ringan. Sampai saat ini perkembangan pegadaian syariah sangat pesat baik jumlah nasabah maupun kantor cabang. Namun jangkauannya masih di kota-kota besar, sehingga potensi dan peluangnya masih cukup besar. Pegadaian konvensional yang menerapkan sistem bunga harus bersaing dengan pegadaian syariah yang menerapkan tarif ijaroh dan biaya administrasi yang tidak berlipat ganda bila tidak membayar utangnya.4

Berlandaskan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa seiringnya waktu pegadaian syariah semakin berkembang, sehingga semakin besar dorongan/motivasi nasabah untuk mendapatkan tujuan yang khusus yaitu mendapatkan dana dengan transaksi gadai yang praktis, cepat, dan menentramkan.

1. Hanya dalam waktu 15 menit dana Anda akan terpenuhi.

2. Praktis, tidak perlu membuka rekening ataupun prosedur lain yang memberatkan. Anda cukup membawa barang-barang berharga milik Anda, saat itu juga Anda akan mendapatkan dana yang dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu.

3. Menentramkan, sumber dana yang berasal dari sumber yang sesuai dengan syariah, proses gadai berlandaskan prinsip syariah, serta didukung oleh

4

M.Ali.Hasan, Masail Fiqhiyyah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke -4, h. 123.


(5)

petugas-petugas dan outlet dengan nuansa Islami sehingga lebih syar’i dan terjaga.5

Struktur pengetahuan masyarakat tentang pegadaian syariah telah menumbuhkan motivasi mereka untuk mendapatkan dana di lembaga yang mereka ketahui dapat mempemudah penggunaan dana yang terdesak. Maka dari itu Penulis merasa hal ini patut untuk diteliti. Untuk mengugkapkan apa motovasi mereka dan bagaimana mereka bisa termotivasi dengan penggunaan dana dijasa pegadaian.

Di sinilah terletak arti penting dari penulisan skripsi yang berjudul “Motivasi Nasabah dalam Menggunakan Jasa Pegadaian Syariah (Studi Kasus Pegadaian Syariah Cabang Cinere)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Melihat pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, masih banyak permasalahan yang harus dikaji kembali secara luas. Untuk memudahkan penyusunan dan pembahasan, penulis membatasinya hanya pada nasabah pegadaian syariah cabang Cinere. Dibatasi dengan menguraikan definisi operasional yaitu:

1. Pengertian dari “Motivasi” disini adalah dorongan serta maksud apa yang dimiliki oleh nasabah lebih memilih menggunakan jasa pegadaian.6

2. Maksud dari “Nasabah” yaitu orang yang menggunakan jasa pegadaian syariah.

5

WWW.PegadaianSyari’ah.Com, (26 Maret), 2008

6


(6)

3. Lembaga “Pegadaian Syariah” adalah sebuah Institusi keuangan yang berada di Jln. Karang Tengah Raya Cabang Cinere, yang melaksanakan kegiatan berupa pembiayaan dalam penyaluran dana kemasyarakatan yang berlandaskan sistem syariah.

Adapun rumusan masalah utama adalah hal apa yang memotivasi nasabah terhadap pegadaian syariah. Dan dirumuskan beberapa ke dalam pertanyaan yaitu: 1. Bagaimana konsep dan mekanisme gadai syariah ?

2. Apa yang memotivasi nasabah lebih cenderung memilih jasa pegadaian syariah ?

3. Bagaimana tanggapan nasabah tentang pelayanan serta operasional pegadaian syariah ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana konsep dan mekanisme gadai syariah 2. Mengetahui apa motivasi nasabah terhadap pegadaian syariah 3. Mengetahui tanggapan nasabah tentang pegadaian syariah.

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai semua yang berkaitan dengan pegadaian syariah.

2. Khusus bagi instansi pegadaian syariah sebagai bahan evaluasi untuk dapat meningkatkan segala kekurangan dalam kinerja gadai selama ini.


(7)

D. Kajian Pustaka

Adapun kajian pustaka yang digunakan dari penulisan ini adalah :

1. Pada tahun 2006 telah ditulis skripsi oleh Estie Nurlina (102046125249) dengan judul “Konsep Rahn dan Aplikasinya dalam Lembaga Pegadaian Syariah”. Dalam skripsi ini hanya membahas konsep gadai serta aplikasinya dalam Pegadaian Syariah.

2. Telah dibahas skripsi tentang pelaksanaan gadai dan gadai menurut Islam Pada tahun 2006 yang ditulis oleh Agus Sholehuddin (101046122287) dengan judul “Analisa Pelaksanaan Gadai Syariah dalam Kajian Hukum Islam.” 3. Pada tahun 2005 ada juga yang menulis skripsi mengenai “Perilaku Nasabah

dalam Pegadaian Syariah” penulisnya adalah Tuti Alawiyah (101046122323) yang hanya mengangkat sebatas perilaku nasabah terhadap pegadaian syariah.

Namun dalam skripsi ini berbeda dengan skripsi yang ada di atas, penulis hanya akan membahas “Motivasi Nasabah Terhadap Pegadaian Syariah” dimana penulis akan mencari data melalui beberapa tahapan salah satunya penyebaran angket untuk lebih mengetahui apa yang memotivasi masyarakat lebih memilih menggunakan jasa pegadaian syariah.

E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

Kerangka teori yang akan digunakan untuk menganalisa penelitian ini adalah meliputi pengertian motivasi serta apa yang memotivasi nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian syariah.


(8)

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu. Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan sedikit bahwa setiap apa yang dilakukan seseorang pasti punya motif serta tujuan yang dicapai, begitupun dengan yang dilakukan masyarakat menggunakan jasa pegadaian pastinya memiliki motif-motif tetentu diantaranya adalah: pelayanan yang baik, prosedur yang mudah dan cepat, biaya jasa simpan yang lebih ringan/tidak adanya bunga serta jarak tempuh pegadaian yang lebih dekat dan strategis.7

Sedangkan pelayanan adalah tindakan atau perbuatan seseorang untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah.8 Tindakan tersebut dapat dilakukan melalui cara langsung melayani nasabah.hal yang berkaitan dengan pelayanan yaitu: ramah tamah, sopan santun baik perkataan maupun cara berpakian dan tindakan, keamanan dan kenyamanan tempat, fasilitas yang memadai bagi para nasabah. Jadi hubungan antara pelayanan dengan motivasi adalah semakin baik tingkat pelayanan maka semakin tinggi tingkat motivasi nasabah lebih memilih jasa pegadaian syariah.

Hal yang mempengaruhi masyarakat datang ke lembaga keuangan misalnya bank adalah :

a. Karna pihak perbankan yang memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada si penyimpan berupa bunga, untuk bank syari’ah adalah berupa pembiyayaan.

b. Pelayanan yang baik.

7

Amanda Frista W, ”Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”.

8


(9)

c. Perbankan yang dapat memberikan pinjaman atau dikenal dengan istilah kredit.9 Tetapi jika seseorang yang datang ke lembaga keuangan mendapati kendala prosedur yang rumit, solusinya yaitu mendatangi lembaga pegadaian karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat lebih memilih lembaga pegadaiandibanding lembaga keuangan bank yaitu :

1. Waktu yang relatif singkat, hal ini disebabkan karena prosedurnya yang tidak berbelit – belit.

2. Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan konsumen untuk memenuhinya.

3. Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan uang digunakan untuk apa, sesuai dengan kehendak nasabahnya.10

Agar penulis dapat membuktikannya dengan menggunakan suatu penelitian.

F. Hipotesa

Hipotesa tidak lain adalah jawaban sementara yang digunakan penulis dalam penelitian yang sebenarnya masih harus diuji kebenarannya. Hipotesa bisa saja benar dan juga salah. Ini perlu diuji kebenarannyaakan sehingga akan didapat suatu kesimpulan. Apakah hipotesa dapat diterima atau ditolak. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel X (Pelayanan, sistem

9

Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainya”. ( Jakarta PT.Raja GrafindoPersada, 2002 ), Cet. Ke-6, hal 24

10


(10)

operasional), dan variabel Y (Motivasi nasabah) penulis menggunakan rumus

product moment. Dalam pembahasan ini hipotesa adalah:

1. Ho : Tidak ada hubungan yang positif antara variabel X (Pelayanan, sistem operasional), dan variabel Y (Motivasi nasabah).

2. Ha : Ada hubungan yang positif antara variabel X (Pelayanan, sistem operasional) dengan variabel Y (Motivasi nasabah).

Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel X dan variabel Y, penulis mengujinya dengan menggunakan rumus product moment

yaitu:

r =

(

)

[

]

[

( )

]

∑ ∑

− − − 2 2 2 2 Y Y N X X X N Y X XY N

Perhitungannya sebagai berikut: Langkah 1 : Perumusan hipotesa

Ho : Tidak ada hubungan positif antara variabel X (motivasi nasabah) dan variabel Y (pelayanan,sistem operasional)

Ha : Ada hubungan positif antara variabel X dan variabel Y

Langkah 2 : Menentukan tingkat signifikan dan nilai kritis (df). Dimana tingkat signifikansinya a= 5% dan nilai kritis (df) = n-2 yaitu untuk menentukan nilai r tabel.

Langkah 3 : Menghitung nilai r tabel = n-2 pada tarif signifikan 5%

Langkah 4 : Kesimpulan pengujian, apakah terdapat hubungan atau tidak antara kedua variabel tersebut.


(11)

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Untuk menunjang data tersebut penulis juga melakukan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang informasinya atau datanya diolah dengan data statistik. Di dalam metode yang digunakan adalah metode deskriftif analisis yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari data-data yang ada kemudian dianalisis lebih lanjut untuk kemudian ditarik kesimpulan.11 Dengan tipe pendekatan studi kasus. Penulis mengadakan penelitian dengan melihat, menggambarkan tentang motivasi nasabah terhadap jasa pegadaian syariah. 2. Sumber dan Teknik Pengambilan data

Yang menjadi bahan acuan (sumber) dalam penelitian ini, penulis membaginya dalam dua kategori yaitu:

a. Data primer, yang menjadi data primer adalah nasabah pegadaian syariah cabang Cinere.

b. Data sekunder, yang digunakan untuk mendukung data primer. Dalam hal ini penulis menggunakan data sekunder berupa dokumentasi, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan dokumen tentang pegadaian syariah seperti: buku-buku, brosur, majalah, internet. Untuk memperoleh data yang akurat penulis mengumpulkannya melalui:

1) Riset kepustakaan, yaitu penulis membaca, mengutip, dan merangkum hal-hal yang perlu pada buku-buku, dokumentasi, dan sebagainya.

11


(12)

2) Penelitian lapangan, yaitu melakukan penelitian langsung ke lembaga yang dijadikan objek penelitian di pegadaian syariah dan untuk memperoleh data yang lengkap dilakukan cara-cara:

a. Wawancara (interview), yaitu melakukan tanya jawab lisan antara dua orang tau lebih secara langsung.

b. Pengamatan langsung di lapangan (observasi) adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. c. Survei angket, adalah daftar pertanyaan yang dibagikan kepada 30

responden untuk diisi dari 300 nasabah pada bulan April 2008. Adapun pertanyaan adalah pertanyaan tertutup yang telah disediakan jawabannya.

3) Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan adalah pegadaian syariah cabang Cinere Jl. Karang Tengah Raya No. 25 D Jakarta Selatan.

4) Populasi sampel dan cara penarikannya a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mencakup masyarakat yang menjadi nasabah pegadaian syariah cabang Cinere yaitu nasabah yang aktif dimulai tahun 2008.

b. Sampel dan Penarikannya

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposif sampel. Artinya sampel dilakukan dengan cara mengambil subjek didasarkan atas tujuan tertentu yaitu


(13)

menekankan pada pertimbangan karakteristik tertentu dari subjek penelitian.

5) Penentuan variabel

Variabel yang digunakan adalah variabel X dan variabel Y. Variabel X adalah motivasi nasabah varibel Y adalah pelayanan dan sistem operasional pegadaian syariah cabang Cinere.

6) Teknik pengolahan dan analisis data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan diolah di klasifikasikan berdasarkan kategori tertentu sesuai dengan sub bab permasalahan yang telah dibuat berdasarkan analisis variabel serta dianalisa untuk mengungkapkan pokok permasalahan yang telah diteliti sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan. Dari hasil penelitian dibuat tabel frekuensi relatif untuk setiap kategori dengan langsung dibuat persentase, sehingga akan langsung diketahui jumlahnya (sesuai proporsi jawaban dan jumlah sampelnya) dengan rumus.12

p = x100%

N F

Dimana P = Persentase

F = Frekuensi yang sedang di cari persentasenya

N = Number of case (banyaknya sample)

12


(14)

Besarnya persentase dari rumus di atas dapat disimpulkan dan dengan beberapa kriteria sebagai berikut:

100 % = Seluruhnya 82 % - 99% = Hampir seluruh 67 % - 81 % = Sebagian besar 51 % - 66 % = Lebih dari setengah 50 % = Setengah

34 % - 49 % = Hampir setengah 18 % - 33 % = Sebagian kecil 1 % - 17 % = Sedikit sekali

Untuk menganalisis data penulis menggunakan rumus product moment

yaitu:

r =

(

)

[

]

∑ ∑

[

( )

]

− 2 2 2 2 Y Y N X X X N Y X XY N

Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006.

H. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarah dalam pembahasan skripsi ini penulis membuat sistematika sesuai dengan masing-masing bab. Penulis membaginya menjadi lima bab. Masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan penjelasan dari bab tersebut. Adapun sistematika penyusunan yaitu:


(15)

BAB I : PENDAHULUAN

Memuat : Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Kajian Pustaka, Kerangka Teori dan Kerangka Konsep, Hipotesa, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Memuat : Pengertian Motivasi dan dorongan Nasabah, Faktor-Faktor yang menyebabkan nasabah termotivasi, Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kepuasan nasabah, Pengertian Gadai, Landasan Hukum Gadai, Rukun Gadai, Syarat Gadai, serta barang yang bisa dijaminkan.

BAB III : PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE

Memuat : Sejarah berdirinya Pegadaian Syariah, visi dan misi Pegadaian syariah, Struktur Organisasi, Perkembangan Pegadaian Syariah, Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan, Prospek Pegadaian Syariah.

BAB IV : ANALISA HASIL PENELITIAN

Memuat : Deskripsi data, Pengujian hipotesa, Analisa data BAB V : PENUTUP


(16)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Motivasi dan Perilaku Konsumen (Nasabah)

1. Pengertian Motivasi dan Perilaku Konsumen (Nasabah)

Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan adalah merupakan salah satu tugas penting bagi para produsen, untuk itu pihak produsen atau perusahaan yang menghasilkan dan menjual produk yang ditujukan pada konsumen harus memiliki strategi yang jitu. Perusahaan harus memahami konsep perilaku konsumen agar konsumen dapat terpenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan melakukan transaksi pembelian dan merasakan kepuasan terhadap produk yang ditawarkan sehingga konsumen menjadi pelanggan tunggal (loyal). Dalam hal ini produsen harus memahami konsep motivasi konsumen dalam melakukan pembelian. Produsen umumnya kurang memahami motivasi yang lebih mendalam mengenai konsumennya, mereka mungkin menanggapi pengaruh yang mengubah pikiran mereka pada menit-menit terakhir. Bagaimanapun juga pemasar atau produsen harus mempelajari keinginan, persepsi, preferensi, serta perilaku belanja dan pembelian pelanggan pasar sasarannya.

Motivasi berasal dari bahasa latin yang berbunyi movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal


(17)

yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia. Motivasi semakin penting agar konsumen mendapatkan tujuan yang diinginkannya secara optimum. Pengertian motivasi menurut para ahli:

American Encyclopedia

Motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan tindakan. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.13

Edwin B. Flippo

Motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja sesuai secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai.14

Jadi secara keseluruhan motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.

Motivasi dapat didefinisikan pula sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan-tujuan yang hendak dicapainya, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya memenuhi suatu kebutuhan individual. sementara motivasi umum bersangkutan dengan upaya ke arah setiap tujuan, kami menyempitkan fokus ke tujuan individual agar mencerminkan minat tunggal dalam perilaku yang berkaitan dengan hal

13

American Encyclopedi, “Perilaku konsumen”Prenada Media Jakarta:2003 hal.14

14


(18)

tersebut. Berdasarkan definisi tersebut maka terdapat unsur-unsur kunci, yaitu upaya, tujuan dan kebutuhan.

Unsur upaya merupakan unsur intensitas. Bila seseorang termotivasi, maka ia akan mencoba kuat-kuat. Tetapi kemungkinan kecil tingkat upaya yang tinggi akan menghantar kepada hasil yang menguntungkan kecuali bila upaya tersebut disalurkan dalam suatu arah yang bermanfaat bagi individu tersebut. Oleh karena itu kita harus mempertimbangkan kuantitas dari upaya tersebut maupun dari intensitasnya. Upaya yang diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang diharapkan dan konsisten dengan tujuan tersebut adalah macam upaya yang seharusnya dilakukan. Akhirnya kita perlukan motivasi sebagai proses pemenuhan kebutuhan.

Suatu kebutuhan dapat diartikan sebagai suatu keadaan internal yang menyebabkan hasil-hasil tertentu tampak menarik. Suatu kebutuhan yang tak terpuaskan menciptakan tegangan yang merangsang dorongan-dorongan yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Dorongan ini menimbulkan suatu perilaku pencarian untuk menemukan tujuan-tujuan tertentu yang apabila dicapai akan memenuhi kebutuhan itu dan mendorong kearah pengurangan tegangan.

Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan atau pengenalan kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang memadai antara keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan atau yang disukai. Karena ketidak cocokan ini meningkat, hasilnya adalah pengaktifan suatu kondisi kegairahan yang diacu sebagai dorongan


(19)

(drive). Semakin kuat dorongan tersebut, maka semakin besar pula urgensi respon yang di rasakan.

Konsumen selalu dihadapkan pada persoalan biaya atau pengorbanan yang akan dikeluarkan dan seberapa penting produk yang dibutuhkan dan diinginkan. Oleh karena itu konsumen akan dihadapkan pada persoalan motivasi atau pendorong. Motivasi konsumen adalah keadaan didalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan. Dengan adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang diinginkan.

Apabila kita menerima motivasi sebagai suatu pengaruh terhadap tingkah laku dan apabila menerima paham bahwa bagian yang terbesar pada pengaruh ini terhadap tingkah laku manusia adalah pemenuhan dari kebutuhan-kebutuhan dasar, maka kita akan berusaha mengetahui apakah yang menjadi kebutuhan mendasar.

Agar pemberian motivasi berjalan dengan lancar maka harus ada proses motivasi yang jelas. Proses motivasi tersebut terdiri atas:

Tujuan

Perusahaan harus bisa menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai, baru kemudian konsumen dimotivasi ke arah itu.


(20)

Perusahaan harus bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan perusahaan semata.

Komunikasi Efektif

Melakukan komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar konsumen dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan apa yang biasa mereka dapatkan.

Integrasi Tujuan

Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen. Tujuan konsumen adalah untuk mencari laba serta perluasan pasar, sedangkan tujuan individu konsumen adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Kedua kepentingan di atas harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.

Fasilitas

Perusahaan memberikan fasilitas agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

Konsep motif dan motivasi dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4-3. Konsep Motif dan Motivasi

Perangsangan materiil Dan non-materiil oleh Internal dan eksternal

Ransangan keinginan dan perilaku

konsumen

Daya penggerak dan kemauan Pemenuhan Kebutuahan


(21)

Keterangan:

a. Perangsang materiil dan non-materiil yang tercipta oleh internal dan eksternal yang dilakukan oleh perusahaan.

b. Rangsangan yang menciptakan keinginan (want) dan mempengaruhi perilaku seseorang.

c. Keinginan menjadi daya pengerak dan kemauan konsumen.

d. Kemauan konsumen menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan kepuasan seseorang.

e. Kebutuhan dan kepuasan mendorong menciptakan perangsang selanjutnya dan seterusnya, jadi merupakan siklus.

2. Tujuan Motivasi Konsumen Motivasi konsumen bertujuan: a) Meningkatkan kepuasan b) Mempertahankan loyalitas c) Efisiensi

d) Efektivitas

e) Menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dengan pembeli atau konsumen.15

3. Landasan Motivasi

15

Nugroho j. Setiadi, ”PERILAKU KONSUMEN”(Konsep dan Implikasai Strategi dan Penelitian Pemasaran) cet:1 hal.93-100 Prenada Media Jakarta:Kencana ,2003


(22)

Apabila kita berbicara tentang motivasi atau lebih tepat tentang perilaku yang dimotivasi (Motivated Behavior) maka kita mempersoalkan perilaku sebagai sesuatu hal yang memiliki tiga macam ciri khusus.

Pertama: perilaku yang dimotivasi berkelanjutan, maksudnya ia tetap ada untuk jangka waktu yang relative lama.

Kedua: perilaku yang dimotivasi diarahkan ke arah pencapaian sesuatu tujuan,dan

Ketiga: ia merupakan perilaku yang muncul karena adanya sesuatu kebutuhan yang dirasakan.16

Konsep motivasi penting bagi teori pembelajaran. Ingatlah, motivasi didasarkan pada kebutuhan dan sasaran. Motivasi berlaku sebagai pemacu pembelajaran. Sebagai contoh, seseorang yang mengenal suatu lembaga keuangan seperti pegadaian dimana memiliki prosedur serta pelayanan yang mudah dan memuaskan, tentunya orang tersebut akan mencari informasi mengenai pegadaian syariah tersebut karena ada dorongan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan adanya tingkat keterkaitan, atau keterlibatan, menentukan tingkat motivasi konsumen untuk mencari pengetahuan atau informasi mengenai suatu produk atau jasa. Menemukan motif konsumen merupakan salah satu tugas utama para pemasar, yang kemudian berusaha mengejar segmen konsumen yang termotivasi mengapa dan bagaimana produk mereka dapat memenuhi kebutuhan para konsumen.

ISYARAT

16

J. Winardi, “MANAJEMEN PERILAKU ORGANISASI”Edisi Revisi,Prenada Media Jakarta.2004 hal. 346


(23)

Isyarat membantu mengarahkan dorongan konsumen jika konsisten dengan harapan-harapan konsumen. Para pemasar harus berhati-hati memberikan isyarat yang tidak merusak harapan-harapan tersebut.

RESPON

Cara bereaksi para individu terhadap dorongan atau isyarat bagaimana mereka berperilaku akan membentuk respon mereka sesuai dengan kebutuhan. PENGUATAN

Penguatan (reinforcement) meningkatkan kemungkinan bahwa respon khusus akan terjadi dimasa yang mendatang karena adanya berbagai isyarat atau stimuli khusus.jika seseorang pernah menjadi nasabah disuatu lembaga keuangan namun tidak ada kepuasan dari segi operasionalnya maka kemungkinan akan mencari lembaga keuangan lainnya yang bisa memenuhi kebutuhannya sesuai porsinya.17

Istilah perilaku nasabah (konsumen) banyak digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Karena ia berkaitan erat dengan manusia sebagai objek studi. Menurut Engel dan kawan-kawan perilaku konsumen (nasabah) adalah suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyesali tindakan tersebut.18 Untuk memenuhi nasabah (konsumen) dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi), dan mereka rasakan (pengaruh) apa yang mereka

17

Leon G. Schiffman & Leslie Lazar Kanyk, ”Perilaku Konsumen” Edisi Ketujuh,PT. Indeks Group Gramedia:2004,hal. 179-180

18

Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2000) h. 49


(24)

lakukan (perilaku) dan apa, serta dimana (kejadian sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan konsumen (nasabah).19

Di dalam Undang-undang Marketing, perilaku nasabah sering diberi batasan sebagai kegiatan perseorangan maupun kelompok, yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa,termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan penentuan kegiatan tersebut, sehingga ruang lingkup nasabah tidak hanya terbatas pada bagaimana nasabah mendapatkan jasa, tetapi juga berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah berperilaku.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Nasabah

Seorang nasabah (konsumen) di dalam memperoleh jasa atau barang, tidak hanya ingin memiliki barang atau jasa, tetapi ada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seorang nasabah (konsumen) yaitu:20

a. Pengaruh kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Faktor ini dipengaruhi oleh kelompok, keagaman, nasionalisme, ras, letak geografis.

b. Kelas Sosial

Ada empat hal yang mendasar timbulnya kelas sosial dimasyarakat yaitu: 1) Kekayaan

2) Kekuasaan

19

Setiadi. J. Nugroho, “Perilaku Konsumen”. hal. 95

20

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisa Perencanaan Implementasi dan Pengendalian, (Jakarta, Salemba empat, 2000), h. 224


(25)

3) Kehormatan

4) Tingkat penguasaan ilmu pengetahuan c. Kelompok Referensi21

Kelompok referensi bagi seseorang akan memberikan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang, kelompok yang memberikan pengaruh langsung terdiri dari dua yaitu primer dan sekunder. Kelompok primer adalah kelompok yang di dalamnya terjalin interaksi yang berkesinambungan dan cenderung bersifat informal. Contohnya keluarga, kawan, tetangga dan rekan kerja. Kelompok sekunder adalah kelompok yang di dalamnya kurang terjalin interaksi yang berkesinambungan dan cenderung formal seperti: organisasi keagamaan, himpunan profesi.

d. Faktor Pribadi

Yang mempengaruhi faktor ini adalah: 1) Umur dan tahapan dalam siklus hidup

Konsumsi seseorang dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Orang dewasa biasanya mengalami perubahan tertentu ketika mereka menjalani hidupnya.

2) Pekerjaan

3) Ekonomi, yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan hartanya.

21

Philip Kotler, Manajeme Pemasaran: Analisa Perencanaan dan Pengendalian,


(26)

4) Gaya hidup, gaya hidup seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungan, juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.

5) Kepribadian, merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten.

Ada sejumlah sumber informasi yang digunakan seseorang dalam mengakses informasi, sehingga kenal terhadap produk. Menurut Kotler dan

Amstrong ada empat sumber informasi yang menentukan untuk mengadopsi produk pertama. Yaitu sumber pribadi yang meliputi keluarga, teman, tetangga dan kenalan. Kedua sumber komersial yaitu iklan. Ketiga sumber publik media massa, organisasi, penilaian konsumen, keempat sumber eksperimental diantaranya penanganan, pengunaan produk.

Masing-masing informasi tersebut memberikan pengaruh yang berbeda-beda kepada seseorang dalam mengadopsi produk. Setelah mengenal seseorang mulai menimbang baik buruk, untung rugi melakukan sesuatu atau memanfaatkan produk. Dalam tahap ini biasanya seseorang akan melakukan informasi dan membandingkan sesuatu atau produk tersebut lain. Keyakinan terhadap sesuatu mendorong seseorang untuk mencoba produk tersebut. Proses ini sangat penting karena menentukan seseorang menerima atau menolak produk itu. Dalam proses mencoba, biasanya seseorang merasakan langsung dampak dari apa yang ia coba. Dari situlah seseorang akan menetapkan keputusan untuk menerima atau menolak. Apabila ia merasakan


(27)

keuntungan tentu ia akan menerima. Sebaliknya apabila ia merasa kecewa terhadap sesuatu maka ia akan menolak.

Banyak orang yang menerima suatu produk dengan berbagai alasan. Mereka merasa puas karena telah mendapatkan yang sesuai dengan yang diharapkan. Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Harapan nasabah merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan terhadap yang akan diterimanya setelah memakai suatu produk barang atau jasa. Sedangkan kinerja yang disampaikan adalah persepsi nasabah yang berasal dari motivasi seorang nasabah setelah merasakan kepuasan terhadap apa yang dirasakannya.

Ada beberapa faktor dalam pemuasan pelanggan (nasabah)22 1. Produk

Pelanggan/nasabah akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukan produk berkualitas.

2. Pelayanan

Pelanggan/nasabah akan merasa puas bila mendapatkan pelayanan yang baik dan sesuai yang diharapkan.

3. Emosional

Pelanggan akan merasa bangga dan mendapat keyakinan bahwa orang lain kagum terhadap produknya yang cenderung mempunyai kepuasan yang lebih tinggi.

22


(28)

4. Harga

Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah dan memberikan nilai yang lebih tinggi bagi pelanggan. 5. Biaya

Pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk mendapatkan suatu produk akan merasa puas terhadap produk itu.

B. Pengertian Gadai Syariah a. Pengertian Gadai

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1150, gadai

adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang yang bergerak. Barang yang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Seseorang yang mempunyai utang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila hak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.23

Secara umum usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan

23

Heri Sudarsono, Lembaga dan Keuangan Lainnya, (Yogyakarta, Ekonosia,2003), ed 2 cet ke 1, h. 153,


(29)

barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga pegadaian.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa usaha gadai-memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Terdapat barang berharga yang digadaikan.

b) Nilai jumlah pinjaman tergantung dari nilai jumlah jaminan. c) Barang yang dapat digadaikan dapat ditebus kembali. b. Gadai Menurut Hukum Islam

Istilah gadai dalam Islam disebut dengan rahn. Secara bahasa rahn

berarti tetap atau lestari, seperti juga Al Habsu, artinya: penahanan, seperti dikatakan Ni’matun Rahinah, artinya: karunia yang tetap dan lestari. Rahn berarti nama barang yang biasa dijadikan sebagai jaminan kepercayaan.

Dan untuk yang kedua (Al Habsu) firman Allah dalam Al-qur’an.24

“Tiap-tiap pribadi terikat (tertahan) dengan atas apa yang diperbuatnya”(Q. S. Al Mudatsir: 74/38)

Rahn menurut istilah adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai harta. Menurut pandangan syara’ sebagai jaminan hutang atau ia bisa mengambil (manfaat) barang itu. Rahn adalah menahan sesuatu dengan hak yang memungkinkan pengambilan manfaat darinya atau menjadikan sesuatu yang bernilai ekonomis pada pandangan syara’ sebagai kepercayaan atas

24


(30)

hutang yang memungkinkan pengambilan hutang secara keseluruhan atau sebagian dari barang itu.

Menurut istilah syara’ yang dimaksud dengan rahn adalah.25

1. Akad yang objeknya menahan harga terhadap sesuatu hak yang mungkin diperoleh bayaran dengan sempurna darinya.

2. Menjadikan suatu benda berharga dalam pandangan syara’ sebagai jaminan atas hutang selama ada dua kemungkinan, untuk dapat mengembalikan uang itu atau mengambil sebagian benda itu.

3. Menjadikan harta sebagai jaminan hutang.

4. Menjadikan zat suatu benda sebagai jaminan utang.

5. Gadai adalah akad perjanjian pinjam meminjam dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan hutang.

6. Rahn adalah menjadikan harta benda sebagai jaminan atas hutang.

7. Rahn adalah suatu barang yang dijadikan peneguhan atau penguat kepercayaaan dalam utang piutang.

8. Rahn menjadikan suatu benda bernilai menurut pandangan syara’ sebagai tangguhan utang, dengan adanya benda yang menjadi tanggungan itu atau seluruh atau sebagian utang dapat diterima.

Banyak golongan dari para ulama yang mendefinisikan arti rahn.

Menurut Madzhab Syafi’I dan Hanbali mendefinisikan bahwa rahn

adalah “menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar

25


(31)

utangnya”26. Menurut Madzhab Hanafi penerima rahn boleh memanfaatkan barang yang menjadi jaminan utang atas izin pemiliknya, karena pemilik barang itu boleh mengizinkan kepada siapa saja yang dikehendakinya untuk menggunakan hak miliknya, termasuk untuk mengambil manfaat barangnya. Hal itu menurut mereka bukan riba, karena pemanfaatan barang itu diperoleh melalui izin.27

Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, rahn adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut syara’ sebagai jaminan hutang, sehingga orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang atau ia bisa mengambil sebagian dari manfaat barang itu.28

Dari begitu banyaknya definisi-definisi tentang rahn penulis dapat menyimpulkan bahwa rahn adalah menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai ekonomis untuk diberikan kepada seseorang atau badan usaha sebagai jaminan utang. Dan jika sudah jatoh tempo orang yang berutang tidak melakukan kewajibannya maka barang tersebut dilelang sesuai dengan syariah.

C. Landasan Hukum

Dasar hukum gadai syariah dapat diketahui dari sumber-sumber hukum Islam seperti: Al-qur’an, Hadits atau Sunnah, dan Ijma’. Menurut ketiga sumber

26

Imam Syeikh Bakr Ahmad, Kitab Assyafi’I, (Bairut, Darul Kitab Alamiyah, 1991), jilid 4

27

Muhammad Sholikul Hadi “Pegadaian Syari’ah” Jakarta: penerbit Salemba Diniyah, cet:2003.h.42-43

28

Prof. Dr. Abdul Ghofur Anshori, S. H., M. H. “Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia” Yogyakarta : Citra Media, 2006. cet.1, h.75


(32)

hukum Islam tersebut hukum gadai adalah jaiz (boleh). Dalil gadai menurut sumber hukum Islam adalah sebagai berikut:

1. Al-qur’an

Surat Al-baqarah ayat 283

Artinya : Jika kamu dalam perjalanan (dalam bermuamalat tidak secara tunai) sedangkan kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh orang yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanahnya (utang) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah. (QS Al- Baqarah/283)

2. Hadits

Dasar hukum gadai yang bersumber dari hadis terdapat pada beberapa hadis yang dijadikan dasar yaitu:

ﺔ ﺋﺎ

ﺿر

ﷲا

ﺎﻬ

نأ

ا

ﻰ ﺻ

ﷲا

و

:

ىﺮﺘ إ

ﺎ ﺎ ﻃ

دﻮﻬ

ﻰ إ

أ

رو

ه

رد

ﺪ ﺪﺣ

)

اور

ىرﺎ ا

و

(

Dari Aisyah ra. Bahwa Rasulallah saw membeli makanan dari seorang Yahudi dan menjaminkannya baju besi (H.R. Bukhari dan Muslim).

ا

ﻰﺿر

ﷲا

لﺎ

:

ﺪ و

هر

نأ

ا

ﻰ ﺻ

ﷲا

و

رد

دﻮﻬ

ﺪ أو

اﺮ

ه

)

ور

ىرﺎ ا

ﺪ ﺣاو

ﻰﺋﺎ او

او

(


(33)

Dari Anas. ra. Berkata: Rasulullah saw menggadaikan baju besinya kepada seorang Yahudi di Madinah dan mengambil darinya gandum untuk keluarga beliau.(H.R. Bukhari, Ahmad, Nasa’I, Ibnu Majah)

ﻰ ا

ﺮه

ة

ﻰﺿر

ﷲا

لﺎ

,

لﺎ

لﻮ رر

ﷲا

ﻰ ﺻ

و

:

ﺮ ا

ه

آ

ﺘ ﻔ

اذا

نﺎآ

ﺎ ﻮه

و

رراﺪ ا

بﺮ

نﺎآاذا

ﻮه

ﻰ و

ىﺪ ا

ك

ﺮ و

ﺔ ﻔ ا

)

ﺎهور

ﺔ ﺎ ا

ﻻإ

ءﺎ او

ىرﺎ ا

(

Dari Abu Khurairah ra. Rasulullah berkata: Apabila ada anak ternak digadaikan. Maka punggungnya boleh dinaiki (oleh orang yang menerima gadai), karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaganya). Apabila ternak itu digadaikan, maka air susunya yang deras boleh diminumnya (oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaganya). Kepada orang yang naik dan minum, maka ia harus mengeluarkan biaya (perawatannya). (H.R. Jamaah kecuali Muslim Nasa’I dan Bukhari)

3. Ijma’ Ulama

Berdasarkan Al-qur’an dan Hadis di atas menunjukkan bahwa transaksi tau perjanjian gadai dibenarkan dalam Islam, bahkan Nabi pun pernah melakukannya. Dalam pengembangan selanjutnya dilakukan oleh para fuqoha dengan jalan ijtihad dengan kesepakatan para ulama bahwa rahn

diperbolehkan dan para ulama tidak mempertentangkan kebolehan dan demikian juga dengan landasan hukumnya. Namun demikian perlu dilakukan pengkajian ulang yang lebih mendalam bagaimana seharusnya mekanisme gadai dalam hukum Islam, apakah perjanjian dalam gadai sudah sesuai dengan hukum Islam.


(34)

1) Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.25/DSN-MUI/III/2002, tanggal 26 Juni 2002 menyatakan, bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan hutang dalam bentuk

rahn dibolehkan dengan ketentuan sbb: a) Ketentuan Umum

(1) Murtahin penerima barang mempunyai hak untuk menahan

Marhun (barang jaminan) sampai semua hutang rahin yang menyerahkan barang dilunasi.

(2) Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipsinya, marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin

kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun

dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan perawatannya.

(3) Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh

murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.

(4) Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

(5) Penjual marhun

(a) Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingati rahin


(35)

(b) Apabila rahin tetap tidak dapat melunasi hutangnya, maka

marhun dijual paksa/dieksekusi.

(c) Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi hutang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.

(d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin.

b) Ketentuan Penutup

1). Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesainnya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

2). Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Dalam fatwa 25/2002 ini tidak ada larangan PERUM Pegadaian untuk mengoperasikan rahn. Apalagi prinsip pengoperasian rahn sebagaimana yang disebutkan dalam fatwa ini sama dengan cara pelayanan dalam operasional gadai, yaitu memberi pinjaman dengan menahan agunan, maka merupakan hal yang wajar apabila Perum pegadaian-pun menjadi salah satu pelaku dari pelayanan gadai secara syariah (Ar-Rahn) ini.


(36)

2) Berdasarkan pasal 23 ayat (1) huruf h PP 103/2000 disebutkan bahwa, direksi diberi tugas dan mempunyai wewenang untuk menyiapkan struktur organisasi dan tata kerja perusahaan lengkap dengan perincian tugasnya.

Tampak jelas bahwa baik atas dasar fatwa majelis ulama maupun PP 103/2000, tidak ada larangan Perum Pegadaian untuk mengoperasikan skim pemberian pinjaman berbasis sistem syariah. Bahkan dalam PP 103/2000 secara tegas disebutkan bahwa mencapai tujuan yang diamanatkan dalam PP 103/2000 tersebut, direksi Perum Pegadaian diberi kewenanagn untuk menyusun struktur organisasi. Oleh karena itu, pembentukan cabang Pegadaian yang secara khusus diberi tugas melayani operasional pemberian pinjaman secara syariah adalah sah menurut hukum.

D. Rukun dan Syarat Sahnya Perjanjian Gadai

Mohammad Anwar dalam buku Fiqh Islam menyebutkan rukun dan syarat sahnya perjanjian gadai adalah sebagai berikut :

1 Ijab qabul (Sighat)

Sighat dapat dilakukan baik dalam bentuk tertulis maupun lisan, asalkan saja didalamnya terkandung maksud adanya perjanjian gadai di antara para pihak. 2 Orang yang bertransaksi (Aqid)

Syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi orang-orang yang bertransaksi gadai yaitu rahin (pemberi gadai) dan murtahin (penerima gadai) adalah bahwa kedua-duanya harus :


(37)

a. Telah dewasa b. Berakal sehat

c. Atas keinginan sendiri, secara bebas. 3 Adanya barang yang digadaikan

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk barang yang akan digadaikan oleh

rahin (pemberi gadai) adalah: a. Dapat diserahterimakan b. Bermanfaat

c. Milik rahin (orang yang menggadaikannya) d. Jelas

e. Tidak bersatu dengan harta lain f. Dikuasai oleh rahin

g. Harta yang tetap atau dapat dipindahkan.

Di samping itu barang-barang yang digadaikan haruslah barang yang boleh diperjual-belikan. Buah-buahan yang belum masak tidak boleh diperjual-belikan. Akan tetapi padanya boleh untuk digadaikan, karena di dalamnya tidak memuat unsur-unsur gharar (uncertainty) bagi murtahin.

Dinyatakan tidak mengandung unsur gharar karena piutang murtahin tetapi ada kendati tanaman dan buah-buahan yang digadaikan kepadanya mengalami kerusakan.

4 Marhun bih (Utang)

Menurut ulama Hanafiyah dan Syafi’iyah syarat utang yang dapat dijadikan alasan gadai adalah:


(38)

a) Berupa utang yang tetap dapat dimanfaatkan b) Utang harus lazim pada waktu akad

c) Utang harus jelas dan diketahui oleh rahin dan murtahin.29 E. Barang-Barang Yang Bisa Dijadikan Sebagai Jaminan Yaitu :

1 Perhiasan (logam dan perhiasan), seperti emas dan berlian. 2 Kendaraan seperti mobil, sepeda motor, sepeda.

3 Barang elektronik seperti televisi, VCD, radio tape, mesin cuci, kulkas, hand phone.

Dalam Islam barang yang biasa dijadikan sebagai jaminan adalah barang yang bergerak dan tidak bergerak. Berbeda dengan konvensional yang hanya menerima barang yang bergerak saja, tetapi dalam prakteknya Pegadaian Syariah hanya baru menerima barang yang bergerak saja, dan itupun di Pegadaian Syariah cabang Cinere hanya baru perhiasan.

29


(39)

BAB III

PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE

A. Sejarah Berdirinya Pegadaian Syariah

Berawal dari Bank Van Leening yang didirikan VOC pada tanggal 20 Agustus 1746 di Batavia yang bertugas memberikan pinjaman uang tunai kepada masyarakat dengan jaminan harta bergerak, dalam perkembangannya, sebagai bentuk usaha, pegadaian telah mengalami perubahan seiring dengan perubahan peraturan yang berlaku:

1. Berdirinya pegadaian milik pemerintah yang pertama di sukabumi, berdasarkan Staatblad 1901 No. 131 tanggal 12 maret 1901.

2. Perubahan status menjadi jawatan pegadaian, berdasarkan Staatblad 1930 No. 266.

3. Perubahan menjadi Perusahaan Negara Pegadaian berdasarkan peraturan pemerintah RI tahun 1961 No. 178.

4. Perubahan menjadi perusahaan jawatan (PERJAN), berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 7 tanggal 11 Maret 1969.

Sejak saat itu, kegiatan perusahaan terus berjalan dan aset atau kekayaannya bertambah. Namun seiring dengan perubahan Zaman, pegadaian dihadapkan pada tuntutan kebutuhan untuk berubah pula, dalam arti untuk lebih meningkatkan kinerjanya, tumbuh lebih besar lagi dan lebih profesional dalam memberikan layanan.oleh karena itu untuk memberikan keleluasaan pengelolaan bagi manajemen dalam mengembangkan usahanya, pemerintah meningkatkan


(40)

status pegadaian dari perusahaan jawatan (PERJAN) menjadi perusahaan umum (PERUM) yang dituangkan dalam peraturan pemerintah NO. 10/1990 tanggal 10 April 1990. perubahan dari PERJAN ke PERUM ini merupakan tonggak penting dalam pengelolaan pegadaian yang memungkinkan terciptanya pertumbuhan pegadaian yang bukan saja makin banyak cabangnya, tetapi juga makin meningkatnya kredit yang disalurkan, nasabah yang dilayani, pendapatan dan laba perusahaan.

Tujuan PERUM pegadaian kembali dipertegas dalam peraturan pemerintah RI No. 103 tahun 2000. yakni, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama golongan menengah ke bawah, melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai. Juga menjadi penyedia jasa dibidang keuangan lainnya, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktek riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.30

Terbentuknya gadai syariah pada perum pegadaian merupakan proses panjang selama kurang lebih lima (5) tahun, dari tahun 1998 sampai akhirnya baru dapat terbentuk pada awal tahun 2003.

Awalnya pada tahun 1998 seiring dengan perkembangan bank syariah yang cukup baik, dan kemunculan lembaga perekonomian lainnya yang berdasarkan syariah. Bagian penelitian dan pengembangan perum pegadaian mengadakan penelitian tentang gadai syariah dan kemungkinan dibukanya pegadaian syariah dengan melakukan studi banding ke Malaysia dengan menjajaki sistem pegadaian yang sudah berkembang di Malaysia.

30


(41)

Bank Muamalat Indonesia (BMI), dalam mengembangkan usahanya mencoba untuk membuat produk gadai syariah, namun tidak memiliki sumber daya manusia (SDM) dan peralatan yang cukup memadai, kemudian Bank Muamalat Indonesia mengajak perum pegadaian untuk melakukan kerjasama dalam mendirikan pegadaian syariah. Tawaran kerjasama dari Bank Muamalat Indonesia (BMI) mendapat sambutan positif dari pihak perum pegadaian yang juga sedang mempelajari pembentukan pegadaian syariah.31

Tidak lama dari adanya tawaran kerjasama tersebut, maka pada tahun 2002 melakukan kesepakatan kerjasama yang dibuat antara perum pegadaian dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tanggal 20 Desember 2002 penandatanganan kerjasama dilakukan. Perjanjian kerjasama antara pegadaian dan BMI tentang gadai syariah tersebut adalah No. 446/SP 300.223/2002 dan 015/BMI/PKS/XII/2002. kemudian pada tanggal 14 Januari 2003 secara resmi dibentuk pegadaian syariah dengan nama unit layanan gadai syariah, dan untuk operasionalnya Dewan Direksi Perum Pegadaian nomor : 06.A / UL.3.00.223/2003 tentang pemberlakuan Manual Operasional Unit Layanan Gadai Syariah.32

Pembentukan pegadaian ini berdasarkan Fatwa DSN No.25 dan 26 tentang gadai (Rahn) dan Rahn emas. DSN. MUI /III /2002, ketentuannya seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Juga berdasarkan pada peraturan pemerintah No. 103./2000 tentang perum pegadaian, bagian keempat kegiatan dan pengembangan usaha, pasal 8 yang menyatakan bahwa: Perum Pegadaian menyelenggarakan

31

Company Profile “Pegadaian Syariah”.h. 3

32


(42)

usaha penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai serta usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan perusahaan, dalam hal usaha pengembangan tersebut adalah Perbankan Syariah.

Hingga saat ini, perum pegadaian syariah telah memiliki banyak kantor wilayah diseluruh Indonesia yang membawahi beberapa kantor cabang syariah. Di Jakarta khususnya. pegadaian syariah yang ada di Jakarta telah memiliki empat kantor cabang yang tersebar diseluruh wilayah Jabotabek, seperti Cab. Dewi Sartika, Cab. Margonda Depok, Cab. Cinere, Cab. Pondok Aren.33 Selain itu guna memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap layanan gadai syariah, maka pada tahun 2004, kantor wilayah perum pegadaian telah membuka kantor cabang baru yang berlokasi diwilayah Jakarta Selatan, yaitu kantor cabang cinere yang berlokasi di Jl. Karang tengah N0. 25D Lebak Bulus.kantor cabang ini didirikan tepatnya pada tanggal 10 November 2004.

Dalam mendirikan kantor cabang pegadaian syariah Cinere Jakarta Selatan ini, maka pegadaian syariah bekerjasama dengan Bank Mu’amalat Indonesia (BMI) pada awalnya. Yang dananya berasal dari BMI tersebut, maka berdirilah Pegadaian Syariah Cabang Cinere yang berlokasi di Jl. Karang tengah No.25D Lebak Bulus. Jakarta Selatan. Namun pada tahun 2007 kerjasama tersebut beralih kepada Bank Syariah Mandiri (BSM).34

33

Brosur Pegadaian Syariah”.tahun 2008.

34

Nawiri,S.E. “Manajer Pegadaian Cabang Cinere, Wawancara Pribadi”, Jakarta, 7 Mei 2008.


(43)

B. Visi dan Misi Pegadaian Syariah

Visi dan misi pegadaian syariah adalah “Pegadaian pada tahun 2010 menjadi perusahaan yang modern, dinamis dan inovatif dengan usaha utama gadai.” Sedangkan misi dari pegadaian adalah “Ikut membangun program pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah ke bawah melalui kegiatan utama berupa penyaluran kredit gadai dan melakukan usaha lain yang menguntungkan.”

8 PENDEKATAN ETOS DAN BUDAYA KERJA SI INTAN 1 Pelanggan.

Inovatif: mampu memberi usul dan saran, mampu mengatasi masalah dengan keterbatasan sumber daya, berusaha selalu menarik pelanggan, menyukai perubahan, berani mengambil resiko.

Nilai Moral Tinggi: taat beribadah, memelihara kejujuran, adil dan jujur dalam pelayanan, mengutamakan kebaikan, bertanggung jawab terhadap pekerjaan, melayani tanpa pamrih, mengutamakan tugas dan kewajiban.

Terampil: ahli dibidangnya, menguasai pelayanan dan produk,peka terhadap pelanggan, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, menaksir secara benar dan wajar, teliti dan cermat dalam pelayanan.

Adi Layanan: berpenampilan baik dan rapih, tutur kata yang baik, selalu senyum dalam pelayanan, penuh perhatian dalam pelayanan, penuh pengertian dalam pelayanan.

Nuansa Citra: berjiwa wirausahawan, bertindak secara efektif dan efisien, keseimbangan nilai tambah antara nasabah dan perusahaan,


(44)

memelihara kepercayaan pelanggan, mengutamakan kepuasan pelanggan, menguasai informasi, selalu mencapai kompetensi yang tinggi.

2 Rekan Kerja.

Inovatif: saling mengingatkan, memberikan saran perbaikan pada rekan kerja, memberikan saran positif pada rekan kerja, memberikan pujian atas prestasi rekan kerja, saling memacu semangat kerja, menghargai kemampuan rekan kerja, memberikan dukungan penuh kepada rekan kerja.

Nilai Moral Tinggi: saling mempercayai, memelihara kejujuran, mengutamakan keterbukaan, berperilaku jujur terhadap rekan kerja, menghindari rasa curiga, saling memotivasi, membantu kesulitan rekan kerja.

Terampil: tolong-menolong dalam menyelesaikan pekerjaan, mendukung kegiatan bagian lain, menjalin kerjasama, memelihara kekompakan kerja.

Adi Layanan: menghormati dan menghargai, saling tegur sapa, menghargai pendapat rekan kerja, penuh perhatian, akrab dan simpatik terhadap rekan kerja, menjunjung tinggi kesepakatan kerja.

Nuansa Citra: menularkan pengetahuan dan pengalaman kepada rekan kerja, menciptakan sinergi kerja.

3 Atasan –Bawahan.

Inovatif: memotivasi, mendidik dan mengarahkan, berani menanggung resiko, mampu memberikan solusi, konsisten terhadap keputusan yang diambil, bersemangat tinggi, memberikan reward, penuh perhatian, memacu bawahan agar lebih inovatif, mampu memberikan ide-ide yang baik,


(45)

mampu memberikan iklim kerja yang kondusif, bersikap proaktif dan antisipatif, mampu bertindak sebagai pelopor perubahan, memiliki visi strategis ke depan, mampu bertindak sebagai pembaharu/pelopor.

Nilai Moral Tinggi: bertanggung jawab, jujur, taqwa dan berintegrasi,menghindari tindakan yang menggunakan standar ganda (Double Standard), taat beribadah, menjunjung tinggi nilai kejujuran, taqwa kepada tuhan yang Maha Esa, mengutamakan persatuan dan kesatuan, menjadi pendengar yang baik.

Terampil: kompeten, korektif dan inspiratif, bekerja tepat waktu, berperilaku konsisten, ahli dibidangnya, dapat melakukan koreksi dengan baik untuk perbaikan, percaya diri, komunikatif, matang dalam berfikir dan bertindak, mendorong partisifasi kelompok, mampu memperkecil perbedaan pendapat, mampu mengatasi konflik.

Adi Layanan: teladan, empati, tegas dan berwibawa, menciptakan harmonisasi, rasa sosial tinggi, bersikap sederhana, menghindari sikap meremehkan, mampu mengendalikan emosi.

Nuansa Citra: berusaha mengembangkan diri, berusaha mendorong bawahan agar lebih baik dan maju, memberikan kesempatan bawahan untuk berkembang, berwawasan luas, tanggap terhadap perubahan intern dan ekstern, taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, mengutamakan persatuan dan kesatuan.


(46)

4 Bawahan-Atasan.

Inovatif: berinisiatif, mampu mengingatkan terhadap resiko yang akan timbul, mampu memberikan solusi, berani mengemukakan pendapat, mampu memberikan gagasan baru, mampu memberikan alternatif dalam penyelesaian masalah, antisifatif terhadap keinginan atasan.

Nilai Moral Tinggi: loyalitas, jujur dan berintegrasi, disiplin, patuh dan taat terhadap peraturan, tanpa pamrih dalam melakukan tugas, mendukung kebijaksanaan atasan.

Terampil: tanggap terhadap intruksi, cepat menanggapi tugas, tepat menyelesaikan masalah, bekerja dengan memperhatikan waktu dan target kerja.

Adi Layanan: menghormati atasan, menyelesaikan tugas dengan senang hati, sopan dan ramah terhadap atasan.

Nuansa Citra: datang dengan solusi bukan membawa masalah, bersedia menambah wawasan dan pengalaman.

5 Aset Perusahaan.

Inovatif: bertanggung jawab terhadap penggunaan aset, menambah nilai guna aset.

Nilai Moral Tinggi: rasa memiliki, mampu mengamankan aset perusahaan, memperlakukan aset perusahaan, memperlakukan aset dengan baik.

Terampil: hemat dalam menggunakan sumber daya, mampu menginventarisir dan mengawasi aset perusahaan.


(47)

Adi Layanan: antisifatif terhadap pemeliharaan dan perawatan. Nuansa Citra: menggunakan teknologi tepat guna.

6 Pesaing.

Inovatif: kompetitif dan unggul, mengetahui kelebihan dan kelemahan pesaing, peka terhadap perubahan pesaing dan strateginya, mampu memanfaatkan peluang, mampu mengantisipasi ancaman, mampu memanfaatkan pesaing untuk lebih unggul, dapat menciptakan keungulan dalam kompetisi, selalu tampil beda dalam kompetisi, sebagai Leader dalam penguasaan pasar.

Nilai Moral Tinggi: saling menguntungkan dalam bekerja keras, menghormati dan menghargai pesaing.

Terampil: tanggap terhadap peluang dan ancaman, mampu mendeteksi teknik/strategi bisnis pesaing.

Adi Layanan: menjunjung etika dalam persaingan.

Nuansa Citra: pesaing adalah mitra usaha, tumbuh dan berkembang dalam persainagn.

7 Mitra Kerja (Rekanan).

Inovatif: kompetitif dan unggul, mengetahui kelebihan dan kelemahan pesaing, peka terhadap perubahan pesaing dan strateginya, mampu memanfaatkan peluang, mampu mengantisipasi ancaman, mampu memanfaatkan persaingan untuk lebih unggul, dapat menciptakan keunggulan dalam kompetisi, selalu tampil beda dalam kompetisi, sebagai Leader dalam penguasaan pasar.


(48)

Nilai Moral Tinggi: keseimbangan dalam transaksi, keterbukaan, saling menguntungkan dan obyektif dalam melakukan transaksi, menghindari sikap menang sendiri, menghindari sikap mencurigai.

Terampil: efektif dan efisien, terbuka dalam segala informasi, profesional dalam memilih pemasok.

Adi Layanan: pengiriman tepat waktu, pembayaran tepat waktu. Nuansa Citra: mengutamakan kualitas, harga dan penyerahan tepat waktu, menetapkan pemasok dengan penyerahan tepat waktu, mengembangkan kemitraan terhadap pemasok.

8 Pemilik.

Inovatif: memberikan manfaat kepada masyarakat, meningkatkan manfaat kepada pemilik, menciptakan produk-produk baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat, memberikan sarana dan masukan dalam perbaikan pembangunan sektor ekonomi.

Nilai Moral Tinggi: memberikan banyak alternatif untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Terampil: meningkatkan manfaat dan nilai-nilai perusahaan.

Adi Layanan: professional, efisiens dan efektif, laporan kerja tepat waktu dan accountable, memberikan keuntungan yang wajar.

Nuansa Citra: meningkatkan fungsi dan peranan perusahaan dalam masyarakat, mensejahterakan kehidupan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, pelayanan yang meningkat sesuai dengan


(49)

kebutuhan, kesejahteraan pegawai meningkat, aset perusahaan tumbuh dan berkembang, membentuk citra baik

C. Struktur Organisasi.

Sistem gadai syariah pada perum pegadaian diselenggarakan oleh Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) ULGS ini adalah suatu unit organisasi dari perum pegadaian yang berada di bawah pembinaan divisi usaha lain. usaha ini merupakan unit bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai konvensional. Sebagai konsekuensinya, maka perlu dibentuk kantor layanan gadai syariah yang mandiri. Namun, untuk sementara waktu masih dibina oleh pimpinan wilayah pegadaian sesuai dengan tempat kedudukan kantor cabang tersebut. Untuk memberikan gambaran lebih jelas berikut gambaran bagan struktur organisasi layanan gadai syariah:


(50)

Unit Layana Gadai Syariah dibentuk sebagai unit bisnis yang mandiri dengan maksud untuk menjawab tantangan kebutuhan masyarakat yang mengharapkan adanya pelayanan pinjam-meminjam yang bebas dari unsur riba yang dilarang oleh syariat Islam. Unit Layanan Gadai Syariah mengemban tugas pokok yaitu: melayani kegiatan pemberian kredit kepada masyarakat luas atas dasar penerapan prinsip-prinsip gadai yang dibenarkan secara Islami.

Untuk dapat menjalankan tugas, maka Unit Layana Gadai Syariah mempuinyai fungsi sebagai unit organisasi perum pegadaian yang bertanggung jawab mengelola usaha-uasaha kredit secara syariah agar mampu berkembang menjadi institusi syariah yang mandiri dan menjadi pilihan utama masyarakat yang membutuhkan pelayanan gadai secara syariah. Untuk dapat mewujudkan tercapainya tugas pokok dan fungsi tersebut, maka dibentuk struktur kepemimpinan dari pusat hingga ke cabang layanan syariah. Para pimpinan setiap jenjang organisasi menjadikan fungsinya sebagai berikut.

1 Fungsi Manajer Kantor Cabang Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS)

a) Kantor Cabang Unit Layanan Gadai Syariah adalah ujung tombak operasional yang secara langsung memberikan layanan kepada masyarakat dalam bertransaksi gadai secara syariah. Oleh karena manajer cabang ULGS menjalankan fungsi sebagai pimpinan pelaksana teknis dari perusahaan yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Sejalan dengan organisasi. Manajer kantor cabang ULGS ini bertanggung jawab langsung pada pimpinan wilayah kemudian akan dilaporkan kepada direksi. Direksi akan membuat kebijakan pengelolaan


(51)

ULGS dan memberikan respon/tindak lanjut atas laporan pimpinan wilayah dengan dibantu oleh general manajer uasaha lain dan manajer ULGS pusat.

b) Dalam menjalankan fungsi di atas manajer kantor cabang mengkoordinir kegiatan pelayanan pinjaman uang.

c) Guna membuat kelancaran pelaksanaan tugas di kantor cabang ULGS, manajer kantor cabang dibantu sejumlah pegawai yang informasinya akan ditentukan kemudian sesuai dengan perkembangan kebutuhan setiap kantor cabang ULGS.

2 Fungsi Pimpinan Wilayah Dalam ULGS

Sebelum terbentuknya instansi pegadaian syariah yang benar-benar terpisah dari perum pegadaian, pimpinan wilayah masih menjalankan fungsi sebagai pembina atas pengoperasian gadai syariah di lapangan. Dalam menjalankan fungsi ini para pimpinan wilayah bertanggung jawab dari mulai merintis pembukaan kantor cabang ULGS. Pembinaan operasional sehari-hari maupun penanganan administrasi keuangan seluruh kantor cabang gadai syariah di wilayahnya.

3 Fungsi Manajer ULGS Pusat

Manajer ULGS pusat menjalankan fungsinya sebagai koordinator teknis, pengoperasian ULGS konsolidasi se Indonesia. Manajer ini bertanggung jawab terhadap seluruh operasional ULGS agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) maupun rencana jangka panjang


(52)

(RJP). Dalam hal-hal yang bersifat tekhnis operasional rutin, manajer ULGS pusat dapat membantu kebijakan serta petunjuk operasional yang wajib ditaati oleh manajer cabang ULGS.

4 Fungsi General Manajer Usaha Lain dalam Pembinaan ULGS

Dalam hal pengelolaan ULGS general manajer usaha lain menjalankan fungsinya sebagai pengatur kebijakan umum operasional gadai syariah dan mengintegrasikan kegiatan ULGS dengan unit bisnis lain sehingga membentuk sinergi yang menguntungkan perusahaan.

5 Fungsi Direksi dalam Pembinaan ULGS

Direksi sebagai penanggung jawab keberhasilan seluruh unit bisnis perusahaan, baik inti maupun non inti, menjalankan fungsi sebagai penentu kebijakan strategis sekaligus mengendalikan kegiatan bisnis agar tercapai sasaran yang telah ditetapkan.

6 Peranan DPS dalam Pegadaian Syariah Perum Pegadaian

DPS adalah badan Independen yang ditempatkan oleh DSN pada lembaga keuangan syariah yang terdiri dari pakar dibidang mu’amlat dan memiliki pengetahuan umum dibidang perbankan. Tugasnya adalah untuk mengawasi operasional layanan syariah yang berhubungan dengan prinsip-prinsip syariah agar tidak menyimpang dari ketentuan yang telah difatwakan oleh DSN. Adapun peranannya adalah:

a) Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, dan pimpinan pegadaian syariah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan syariah.


(53)

b) Sebagai mediator antara perum pegadaian dan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan rahn yang diawasi oleh DSN sekurang-kurangnya setahun sekali.

D. Mekanisme dan Operasional

Operasi Pegadaian Syariah menggambarkan hubungan diantara nasabah dan pegadaian. Adapun teknis pegadaian syariah adalah:35

1 Nasabah datang langsung ke loket pegadaian dengan membawa barang jaminan untuk ditaksir oleh penaksir pegadaian syariah.

2 Barang jaminan diteliti kualitasnya untuk ditaksir dan ditetapkan harganya, berdasarkan taksiran yang dibuat, ditetapkan berapa uang pinjaman yang dapat diterima penggadai.

3 Apabila akad telah disepakati oleh kedua belah pihak mengenai berbagai hal seperti kesepakatan besarnya pinjaman, dan lainnya maka akad rahn dan akad sewa tempat (ijarah) dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak.

4 Nasabah menyerahkan atau membayar pinjaman uang berikut lainnya yang telah disepakati bersama kepada murtahin.

5 Marhun dikembalikan lagi kepada nasabah oleh murtahin.

35


(54)

Skema Pegadaian Syariah

Jika pada saat jatuh tempo telah tiba dan rahin tidak datang ke pegadaian untuk melunasi pinjaman, maka sesuai kesepkatan akad yang telah diperjanjikan sebelumnya barang gadai akan dilelang oleh murtahin. Namun sebelumnya murtahin harus terlebih dahulu mencari tahu keadaan rahin

penyebab ia belum melunasi hutangnya melalui telepon.

Jika murtahin telah memberitahukan rahin dan rahin tersebut minta tenggang waktu untuk memperpanjang masa pinjaman maka murtahin harus memberikan waktu tersebut dengan membuat perjanjian baru yang disepakati oleh kedua belah pihak. Namun jika rahin tetap tidak memperpanjang waktu pembayaran dan tidak melunasi pinjaman hinggga jatuh tempo maka murtahin

akan melelang marhun.

Pelelangan diumumkan seminggu sebelum pelaksanaan. Harga lelang ditetapkan di atas harga pasar. Hal ini dilakukan untuk menjaga dari kerugian bagi pegadaian. Bila harga lelang laku di bawah hutang nasabah, maka pihak pegadaian akan meminta kembali kekurangan kepada nasabah. Namun bila


(55)

harga lelang di atas hutang maka kelebihan uang itu akan dikembalikan kepada nasabah.

E. Penaksiran Barang Gadai

Besarnya pinjaman dari Pegadaian Syariah yang diberikan kepada nasabah tergantung dari besarnya nilai barang yang akan digadaikan. Barang gadai ditaksir atas beberapa pertimbangan, seperti jenis barang, nilai barang, dan lain-lain.

Besarnya nilai taksiran dan besarnya biaya administrasi yang dibebankan kepada setiap golongan adalah sebagai berikut:

Golongan:

Gol Plafon Marhun-bih (Rp) Biaya Adm A 20.000 - 150.000 500 B 151.000 - 500.000 3000 C 501.000 - 1.000.000 5000 D 1.005.000 - 5.000.000 10.000 E 5.010.000 - 10.000.000 15.000 F 10.050.000 - 20.000.000 25.000 G 20.100.000 - 50.000.000 30.000 H 50.100.000 - 200.000.000 30.000

Besarnya tarif jasa simpan (Tarif ijarah) pegadaian syariah didasarkan pada : 1. Tarif ijarah dihitung dari nilai taksiran barang jaminan.

2. Jangka waktu pinjaman ditetapkan 120 hari, tarif jasa simpan dengan kelipatan 10 hari. 1 hari dihitung 10 hari.

3. Tarif ditetapkan sebesar Rp. 90 untuk setiap kelipatan nilai taksiran barang emas Rp. 10.000.


(56)

Rumus perhitungan jasa simpanan (tarif ijarah) Taksiran X Rp. 90 X Jumlah hari pinjaman 10.000 10 hari

Contoh: Pada tanggal 20 April 2008 pak Ade menggadaikan sebuah kalung emas kepada Pegadaian Syariah. Oleh petugas penaksir ditetapkan nilai taksiran kalung tersebut sebesar Rp.1.000.000. untuk itu pak Ade berhak menerima pinjaman sebesar 90 % dari Rp. 1.000.000 yaitu sebesar Rp. 900.000. besarnya jas simpanan yang harus dibayar pada tanggal oleh pak Ade jika pinjaman tersebut dibayar pada tanggal 30 April 2008 yaitu: Jasa simpanan = Rp. 1.000.000 X 90 X 10 hari

Rp. 10.000 10 = Rp. 9000

Jadi besarnya jasa simpanan yang harus dibayar oleh pak Ade adalah Rp. 9.000, jadi jumlah uang yang harus dibayar oleh pak Ade yaitu Rp. 900.000 + Rp. 9.000 = Rp. 909.000. tapi jika pinjaman tersebut dibayar pada tanggal 1 Mei 2008, maka:

Jasa simpanan = Rp. 1.000.000 X 180 X 20 hari Rp. 10.000 20 = Rp. 18.000

Jadi besarnya jasa simpanan yang harus dibayar oleh Bapak Ade yaitu sebesar Rp. 18.000. jumlah uang yang harus dibayar atas pinjaman tersebut yaitu sebesar Rp. 900.000 + Rp. 18.000 = Rp. 918.000.


(57)

F. Perkembangan Pegadaian Syariah

Masyarakat Indonesia menyambut dengan baik diadakannya Pegadaian Syariah, terutama bagi mereka yang mengharamkan bunga bank dan tidak mau menggunakan sistem bunga tersebut. Perkembangan Pegadaian Syariah dari awal tahun pertama telah berkembang dengan sanagat baik, bahkan dapat melampaui target yang diharapkan. Begitu pula ditahun kedua omzet yang ditargetkan dapat melebihi target. Pegadaian Syariah sekarang terus melakukan ekspansi dengan dibentuknya cabang-cabang Pegadaian Syariah diseluruh Indonesia hingga mencapai 55 cabang.36

1. Perkembangan Pegadaian Syariah pada Tahun Pertama.

Perkembangan pegadaian syariah pada perum pegadaian merupakan hasil kerjasama antara perum pegadaian dan Bank Mu’amalat Indonesia.bentuk kerjasama yang dijalin adalah dengan sistem Musyarakah, musyarkah berasal dari kata syirkah yaitu persekutuan yang berarti akad atau perjanjian orang-orang yang berserikat dalam hal modal serta pembagian untung dan rugi. Perjanjian kerjasama antara keduanya adalah mereka bersama-sama dalam membangun pegadaian syariah, dimana BMI menyediakan dana perum Pegadaian menyediakan sarana dan prasarana sepeti SDM, dan infrastruktur pendukung lainnya. Yang dibutuhkan dalam pembentukan pegadaian syariah.

Penandatanganan kerjasama tentang gadai antara perum pegadaian dengan BMI berlangsung di Jakarta bulan Desember 2002, dan pada bulan

36


(58)

November 2004, pegadaian syariah mulai beroperasi di Jakarta tepatnya dijalan Karang Tengah Raya Cinere.perkembangan omzet mulai tahun 2004, dengan jumlah nasabah 166 nasabah dengan omzet yang diperoleh sebesar 500.624.000 hingga tahun 2007 dengan melihat perkembangan omzet semakin besar ini, ada keyakinan yang besar para pengelola pegadaian syariah, bahwa gadai syariah ini akan berkembang pesat untuk tahun-tahun berikutnya.

2. Perkembangan Pegadaian Syariah pada Tahun Kedua.

Pada tahun kedua, perkembangan nasabah serta omzet mencapai 3382 nasabah dengan omzet 10.417.762.000.ini artinya semakin banyak masyarakat tertarik dengan lembaga keuangan seperti pegadaian syariah.

3. Perkembangan Pegadaian Syariah pada Triwulam Tahun Ketiga.

Pada tahun ketiga tak pernah disangka meningkatnya nilai angka nasabah menjadi 6181 nasabah dengan omzet 23.630.806.000.perkembangan serta peningkatan yang sangat fantastis untuk pegadaian syariah.

4. Perkembangan Pegadaian Syariah pada Tahun Keempat.

Perkembangan Pegadaian Syariah pada Tahun keempat ini semakin berkembang pesat, hingga mencapai 7.451 nasabah dengan omzet 32.434.529.000, mungkin pada akhir tahun 2008 pegadaian syariah ini akan memiliki kurang lebih 10.000 nasabah.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Pegadaian Syariah. a. Faktor Pendukung Perkembangan Pegadaian Syariah.


(59)

Setelah berjalan kurang lebih 3 tahun dan mulai berdirinya sampai sekarang, seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa pegadaian syariah ini mengalami perkembangan yang sangat drastis. Hal ini didukung oleh beberapa faktor diantaranya:

1). Faktor Internal.

a) Pegadaian Syariah dalam operasionalnya menerapkan prinsip-prinsip ekonomi syariah yang tidak menggunkaan sistem bunga atas pinjaman yang diberikan kepada nasabah, tetapi mengenakan biaya administrasi dan tarif ijarah (jasa simpan) untuk merawat dan menjaga marhun. Hal ini lebih mudah dari pada menggunakan bunga pada pegadaian konvensional, dan inilah yang menjadi nasabah muslim maupun non muslim untuk menggunkan jasa pegadaian syariah.

b) Praktis dengan persyaratan yang relatif mudah, nasabah cukup membawa marhun, disertai foto copy KTP tidak lama kemudian dalam waktu yang hanya beberapa menit saja akan mendapatkan pinjaman karena proses cepat.

c) Pegadaian syariah menggunkan teknologi yang modern mempunyai sistem pemasaran yang optimal, nilai barang yang dimiliki nasabah benar-benar mempunyai nilai ekonomis secara wajar, jadi tidak terlalu mahal ataupun murah. Dengan sistem keamanan yang baik yaitu dengan bangunan yang didesain khusus yang cukup bagus


(60)

dengan pintu depan dibuat tiga lapis dari besi dan dijaga 24 jam oleh petugas (satpam).

2). Faktor Eksternal

a) Pegadaian syariah secara umum merupakan lembaga keuangan yang banyak diminati oleh masyarakat yang rata-rata pertumbuhannya dari tahun-ketahun mencapai 50% dari tahun sebelumnya.

b) Jumlah penduduk yang beragama Islam cukup banyak di Indonesia. Perkembangan pengetahuan penduduk masyarakat yang semakin baik tentang perekonomian yang berbasis syariah yang ternyata dengan sistem ekonomi syariah ini lebih menentramkan hati dan juga memberikan keuntungan yang besar jika dikelola dengan baik oleh orang yang profesional dibidang syariah.

c) Fatwa MUI yang menegaskan tentang bunga bank, dimana dalam fatwanya menyatakan bahwa bunga bank haram. Hal ini sedikit mempengaruhi pihak-pihak yang sudah ragu terhadap haramnya bunga bank. Dengan adanya fatwa tersebut banyak nasabah yang memindahkan dana dari bank/pegadaian konvensional ke bank/pegadaian syariah. Namun hal ini belum terlalu banyak berpengaruh, karena selain ada yang kontra terhadap bunga bank/pegadaian konvensional ada sebagian masayarakat yang masih setuju (halal terhadap bunga bank)


(61)

b. Faktor Penghambat Perkembangan Pegadaian Syariah. 1). Faktor Internal.

a) Sumber daya manusia di pegadaian syariah belum memahami secara baik tentang operasional pegadaian syariah. Mereka direkrut oleh perum pegadaian yang kemudian diberikan pendidikan dan pelatihan, sehingga kualitas dari mereka masih kurang cepat, serta kurangnya pemahaman terhadap pegadaian syariah. Dari para Instansi pegadaian syariah ini mereka kurang cepat dalam mencari inovasi baru.

b) Cabang pegadaian syariah sudah banyak di Indonesia dikarenakan makin banyaknya permintaan nasabah yang disebabkan operasional yang ada dapat memberikan kepuasan terhadap pelanggan.

2). Faktor Eksternal.

a) Sosialisasi yang kurang kepada masayarakat luas, sehingga banyak masyarakat yang tidak tahu tentang pegadaian syariah.

b) Citra pegadaian yang sudah ada sejak dahulu, bahwa pegadaian hanya untuk golongan ekonomi kecil menengah, sehingga banyak orang yang merasa malu dan gengsi untuk datang ke pegadaian. Citra tersebut masih melekat pada sebagian masyarakat sampai sekarang walaupun telah dilakukan perbaikan.

c) Adanya lembaga keuangan lainnya seperti bank yang juga mempunyai fasilitas rahn atau lainnya.37

37


(62)

G. Prospek Pegadaian Syariah

Prospek pegadaian syariah secara relatif dapat dilihat dari analisa yang disebut SWOT, yakni strenght (kekuatan), weaknes (kelemahan), opportunity

(peluang), threat ( ancaman).

Untuk prospek pegadaian syariah secara umum jika dilihat dari SWOT tersebut, maka akan dilihat sebagai berikut:

1 Kekuatan (strenght)

a. Dukungan mayoritas umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia.

b. Dukungan lembaga keuangan Indonesia.

c. Pemberian pinjaman pada pegadaian syariah sesuai dengan kebutuhan. 2 Kelemahan (weaknes)

a. Sikap berprasangka baik kepada nasabah yang menjadi bumerang sendiri bagi pegadaian syariah yang tidak disertai dengan sikap kehati-hatian. b. Memerlukan metode perhitungan yang rumit karena tidak menggunakan

sistem bunga seperti pada pegadaian konvensional.

c. Memerlukan tenaga yang profesional yang handal, mengetahui prinsip gadai syariah dengan baik.

d. Memerlukan peraturan pelaksanaan yang lebih lengkap dan jelas untuk pengelolaan, pembinaan dan pengawasan.

3 Peluang (opportunity)

a. Peluang pangsa pasar luas.


(1)

3. Persepsi nasabah terhadap pegadaian syariah sangat beragam. Dari data sebelumnya diketahui bahwa sebagian besar nasabah mengetahui, memilih dan mengadopsi pegadaian syariah itu berasal dari teman dan kerabat. hal ini didasarkan pada pengetahuan mereka juga pelayanan dari pegadaian syariah. Ternyata ada beberapa nasabah mengatakan bahwa suku bunga bank halal, ini bukan faktor yang menarik mereka untuk mengadopsi pegadaian syariah. Hal ini yang paling mempengaruhi perkembangan sekaligus memperkenalkan pegadaian syariah kepala masyarakat. Biaya yang ringan, Pelayanan yang bagus, prosedur yang mudah merupakan faktor yang menjadi pilihan nasabah terhadap pegadaian syariah). Ternyata ada beberapa nasabah mengatakan bahwa suku bunga bank halal, ini bukan faktor yang menarik mereka untuk mengadopsi pegadaian syariah.

4. Pegadaian syariah dalam operasionalnya menetapkan biaya administrasi dan jasa simpanan yang berbeda dengan pegadaian konvensional yang dalam operasionalnya menetapkan sistem bunga. Pegadaian syariah masih belum dikenal oleh masyarakat luas. Ini terbukti ketika responden rnenjawab hampir setengah dari mereka belum pernah mendengar pegadaian syariah sebelum menjadi nasabah di pegadaian syariah ini.

5. Karakteristik nasabah ditinjau dari segi demografi, ekonomi, dan sosial itu sangat beragam. Sisi demografi (agama) membuktikan bahwa pegadaian syariah tidak hanya diterima oleh masyarakat muslim saja tetapi juga oleh masyarakat non muslim. Latar belakang pendidikan juga berbeda-deda mulai dari tingkat menengah sampai perguruan tinggi begitu pula dengan


(2)

penghasilan mereka juga berbeda. Keberagaman karakteristik tersebut sangat baik sekali terhadap perkembangan pegadaian syariah.

6. Setelah masyarakat mengadopsi pegadaian syariah dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat akan terus mengadopsi pegadaian syariah dalam waktu yang akan datang. Keputusan ini didasarkan karena mereka merasa puas akan pelayanan yang diberikan dan mendapatkan apa yang mereka butuhkan, hal ini juga didasarkan pada kelebihan pegadaian syariah yaitu diantaranya menetapkan biaya yang ringan, proses sebentar, dan prosedur yang mudah.

7. Berdasarkan pada uji hipotesa yang dilakukan oleh penulis, dengan rumus Product moment, dimana r hitung > r tabel dan setelah mencari uji signifikansi. dengan t-tes dan t-tabel maka penulis memperoleh angka dimana t-tes lebih besar dengan t-tabel (0,378 > 0,361), dari penelitian ini dapat diketahui bahwa hasil r hitung < r tabel, yaitu 0,07 < 0,361 dan t tes > t-tabel (0,378 > 0,361), maka Hipotesa Ha diterima dan Ho Ditolak. artinya ada hubungan yang positif antara pelayanan dan sistem operasional pegadaian. syariah dengan motivasi dan perilaku nasabah. Semakin tinggi tingkat

pelayanan dan sistem operasional pegadaian syariah yang diberikan maka semakin meningkat pula preferensi dan perilaku nasabah terhadap pegadaian


(3)

B. Saran-Saran

1. Agar masyarakat dapat mengadopsi pegadaian syariah untuk selamanya diharapkan kepada pegadaian syariah dapat meningkatkan kualitas pelayanan secara maksimal, sarana dan prasarana pun harus lebih lengkap dan lebih baik dari pegadaian konvensional.

2. Agar kantor cabang supaya lebih diperluas dari yang sudah ada diseluruh Indonesia khususnya untuk daerah JABODETABEK, karena daerah ini merupakan daerah yang sangat menunjang terhadap perkembangan pegadaian syariah.

3. Pegadaian syariah khususnya yang berada didaerah Jakarta dapat segera menetapkan barang jaminan selain emas, karena kemungkinan dari beberapa nasabah hanya mernpunyai barang jaminan seperti barang elektronik dan kendaraan.

4. Diharapkan kepada isnstansi pegadaian syariah bisa lebih mengenalkan pegadaian syariah yang berlandaskan kepada prinsip syariah kepada masyarakat banyak


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Bakr Syeikh, Kitab Assyafi’I, Bairut, Darul Kitab Alawiyah, 1991, jilid 4 Anshori, Ghofur Abdul, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia

Yogyakarta: Citra Media, 2006

Artmanda W, Frista, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Penerbit Lintas Media Jombang.

Brosur Pegadaian, 2008

Buku Kerja, Pegadaian Syariah, 2008

Chapra, Umar, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta, Gema Insani Press dan Tazkia Institut, cet.1

Company Profille, Pegadaian Syariah

Hadi, Sholikul Muhammad, Pegadaian Syariah, Jakarta : Penerbit Salemba Diniyah, 2003

Hasan, M.Ali, Masail Fiqhiyyah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003, cet. 4 Kanyk Lazar, Leslie & Schiffman.G.Leon, Perilaku Konsumen, PT. Indeks Group


(5)

Lubis, Ibrahim, Ekonomi Islam Suatu Pengantar I, Jakarta, Kalam Mulia, 1994, Cet.1

Lupyoadi, Rambat, Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta: Salemba Empat, 2007 Muhammad, Drs. M.Ag, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam,

Jakarta, PT Salemba Patria, cet.1 Nawiri, S.E. Wawancara Pribadi

Sabiq, Sayyid , Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1987

Setiadi J. Nugroho, SE., MM. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi Strategi

dan Penelitian Pemasaran, Jakarta: Prenada Media, 2003, cet.1

Soekarno, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 1984, cet.3 Sudarsono, Heri, Lembaga dan Keuangan Lainnya, Yogyakarta : Ekonomi, 2003,

Edisi ke-2

Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalat, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002

Suprayitno, Eko, Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan

Konvensional, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2005, cet.1

Winardi J. Prof. Dr.SE, Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta : Prenada Media, 2004, edisi revisi


(6)