Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian

2. Bahwa PN Kab Madiun tidak memperhatikan hal yang bertentangan dengan hukum acara perdata, karena Ny. Tan Jong Nio, dalam posisinya sebagai Pelawan I dalam perkara ini juga bertindak mewakili kepentingan Susan Turut Terlawan. 3. Bahwa tanah dan bangunan toko tersebut adalah atas nama Hadi Soetjipto, maka Hadi Soetjipto berhak membagi kepada siapa saja. Putusannya adalah : Menolak Kasasi dari Jap Hong Tjiang. Peneliti merasa tertarik untuk meneliti kasus ini karena di masyarakat terdapat orang tua-orang tua membeli tanah atau rumah atas nama anaknya, terutama atas nama anak laki-laki tertua, karena dianggap sebagai penerus keluarga. Kalau antara anggota keluarga tidak keberatan maka tidak akan masalah, karena dianggap tanah dan rumah tersebut nantinya juga akan diwariskan kepada anaknya tersebut. Kalau orang tua tersebut mempunyai beberapa anak dan masing-masing anak telah mendapat bagian maka tidak begitu bermasalah. Tetapi bagaimana jika ternyata harta orang tua ternyata hanya sebidang tanah atau sebuah rumah dan diatasnamakan pada seorang anak saja, dan anak tersebut merasa sudah menjadi miliknya sehingga dapat bertindak sesuka hatinya atas harta orang tuanya tesebut, maka hal tersebut tentunya akan merugikan anak-anaknya yang lain dan akan timbul permasalahan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam tesis ini adalah : Universitas Sumatera Utara 1. Mengapa hanya seorang anak saja yang diberikan hak milik atas harta bersama berupa tanah dan bangunan T oko “Agung”? 2. Bagaimana akibat hukum pembagian harta bersama milik orang tua yang dilakukan anak di kala kedua orang tua masih hidup ? 3. Bagaimana kedudukan anak luar kawin terhadap pewarisan dalam kasus Putusan Mahkamah Agung tanggal 27 Oktober 2004 No. 1187 KPDT2000 antara Ny. Tan Jong Nio dan Hadianto Utomo melawan Jap Hong Tjiang, Hadi Soetjipto dan Susan Cahya Dewi ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui mengapa hanya seorang anak saja yang diberikan hak milik atas harta bersama berupa tanah dan bangunan Toko “Agung”. 2. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum pembagian harta bersama milik orang tua yang dilakukan anak di kala kedua orang tua masih hidup. 3. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan anak luar kawin terhadap pewarisan dalam kasus Putusan Mahkamah Agung tanggal 27 Oktober 2004 No. 1187 KPDT2000 antara Ny. Tan Jong Nio dan Hadianto Utomo melawan Jap Hong Tjiang, Hadi Soetjipto dan Susan Cahya Dewi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian dapat dilihat secara teoritis dan secara praktis, yaitu : 1. Secara teoritis Universitas Sumatera Utara Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu hukum, khususnya hukum perdata yang berkaitan dengan hukum waris. 2. Secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan berbagai permasalahan yang timbul dalam hukum waris, khususnya mengenai pembagian harta warisan yang dilakukan oleh ahli waris di kala pewaris masih hidup.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi serta penelusuran yang dilakukan di kepustakaan Universitas Sumatera Utara, maka penelitian dengan judul Analisis Yuridis Pembagian Harta Bersama Milik Orang Tua Yang Dilakukan Anak di Kala Kedua Orang Tua Masih Hidup Putusan MA tanggal 27 Oktober 2004, No. 1187 KPdt2000 belum pernah dilakukan oleh peneliti lainnya, sehingga dengan demikian penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan. Judul-judul tesis yang berkaitan dengan masalah pewarisan KUH Perdata juga pernah ditulis sebelumnya, antara lain : 1. Denilah Shofa Nasution, Mahasiswa Magister Kenotariatan, Nomor induk Mahasiswa 017011010, dengan judul tesis “Hak dan Kedudukan Anak Luar Kawin Yang Diakui Atas Harta Peninggalan Orang Tuanya Kajian Pada Etnis Tionghoa di Kota Tebing Tinggi, dengan permasalahan yang dibahas : a. Bagaimana kedudukan hukum antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang perkawinannya dilakukan secara adat Tionghoa ? Universitas Sumatera Utara b. Bagaimanakah kedudukan anak luar kawin yang diakui dalam hukum keluarga ? c. Bagaimana hak waris anak luar kawin yang diakui atas harta peninggalan orang tuanya ? Kesimpulan yang diperoleh adalah : a. Bahwa kedudukan hukum antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang perkawinannya dilakukan secara adat Tionghoa tidak dapat dijadikan acuan untuk menentukan status perkawinan yang dilakukan oleh etnis Tionghoa tersebut. Akan tetapi sebuah perkawinan terutama perkawinan yang dilakukan oleh etnis Tionghoa harus dilihat dari perspektif hukum yang berlaku, apabila perkawinan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dengan seorang perempuan secara adat Tionghoa telah diakukan pencatatan maka perkawinan tersebut membawa akibat-akibat hukum sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akan tetapi apabila sebuah perkawinan yang dilakukan oleh seorang laki- laki dan seorang perempuan yang dilakukan secara adat Tionghoa tidak dilakukan pencatatan maka secara yuridis normatif perkawinan tersebut dianggap tidak pernah ada yang membawa konsekwensi antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan tersebut tidak menimbulkan akibat- akibat hukum sebagaimana ditentukan oleh Undang-undang No.1 Tahun 1974. Universitas Sumatera Utara b. Bahwa kedudukan anak luar kawin yang diakui dalam hukum keluarga berbeda dengan seorang anak sah. Anak sah yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah adalah selalu di bawah kekuasaan orang tuanya dan telah manjadi ahli waris secara otomatis dari orang tuanya. Sedangkan anak luar kawin yang diakui hanya mempunyai hubungan keperdataan dengan ibunya dan keluarga ibunya, sedangkan terhadap Bapaknya timbul hubungan keperdataan setelah dilakukan pengakuan anak dengan akta authentic dan selalu berada di bawah perwalian ibunya. c. Bahwa hak waris anak luar kawin yang diakui atas harta peninggalan orang tuanya dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, hak anak luar kawin atas harta peninggalan ibunya adalah sama dengan kedudukan anak sah. Kedua, hak anak luar kawin atas harta peninggalan orang tua yang mengakuinya adalah apabila orang tua yang meninggal pewaris tidak meninggalkan ahli waris yang sah, maka sekalian anak luar kawin mendapat seluruh warisan. Apabila orang tua yang meninggal pewaris ada meninggalkan ahli waris yang sah selain dari pada anak luar kawin yang diakui maka dalam ketentuan yang terdapat dalam Pasal 863 KUH Perdata, portie anak luar kawin yang diakui adalah sebagai berikut : - Jika mewaris bersama ahli waris golongan I, maka bahagian anak luar kawin yang diakui adalah 13 sepertiga Universitas Sumatera Utara - Jika mewaris bersama ahli waris golongan II, maka bagian anak luar kawin yang diakui adalah ½ seperdua - Jika mewaris bersama ahli waris golongan III, maka bahagian anak luar kawin yang diakui adalah ½ seperdua - Jika mewaris bersama ahli waris golongan IV, maka bahagian anak luar kawin yang diakui adalah ¾ tiga perempat Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa pembagian warisan anak luar kawin yang diakui cenderung dilakukan secara kekeluargaan dengan memperhatikan kondisi atau tingkat ekonomi masing-masing ahli waris. Di sisi yang lain anak luar kawin lebih menginginkan pembagian warisan di depan notaris atau melalui penetapan pengadilan untuk lebih mendapatkan jaminan dan kepastian hukum. 2. Subur Nauli, Mahasiswa Magister Kenotariatan, Nomor Induk Mahasisa 017011058, dengan judul tesis “Hak Waris Anak Dalam Kandungan dan Kaitannya Dengan Profesi Notaris Suatu Tinjauan Menurut Burgerlijk Wetboek ”, dengan permasalahan yang dibahas : a. Apa yang menjadi ukuran atau kapankah janin yang ada dalam kandungan seorang wanita buah kandungan memperoleh status sebagai ADK? b. Bagaimana persyaratan yang harus dipenuhi agar ADK menjadi pendukung hak dan kewajiban subjek hukum ? c. Bagaimana menentukan bagian dan realisasi hak waris ADK ? Universitas Sumatera Utara d. Bagaimana pembuatan akta Notaris yang berkaitan dengan hak waris ADK ? Kesimpulan yang diperoleh adalah : 1. Keberadaan ADK mempunyai status hukum yang jelas setelah dipenuhi syarat-syarat materil dan formil. Syarat materil berupa bukti hamilnya janda, syarat formil berupa pemberian keterangan atau pengakuan janda mengenai kehamilannya pada Balai Harta Peninggalan setempat dalam tempo selambat-lambatnya 300 hari setelah kematian suami. 2. Sebagai subjek hukum, ADK harus memenuhi persyaratan : a. Telah dikandung, b. dilahirkan hidup, c. ada kepentingannya. Meskipun ADK diakui sebagai subjek hukum, namun BW tidak mengatur dengan jelas dan tegas beberapa aspek hukum yang berkaitan, seperti antara lain : mutu penuh tidaknya subjek hukum ADK, ruang lingkup berlakunya Pasal 2 BW, cara menentukan bagian dan realisasi hak waris ADK. Keadaan kehampaan hukum ini menimbulkan berbagai pendapat yang tidak jarang saling bertolak belakang dalam berbagai aspek tentang ADK. Doktrin menunjukkan adanya perbedaan pendapat tentang berlakunya Pasal 2 BW yaitu sebagian menyatakan terbatas, sedangkan sebagian menyatakan umum. 3. Secara yuridis formil tidak ada hambatan untuk menentukan bagian dan realisasi hak waris ADK. Meskipun dalam pengalaman para responden, termasuk informan, belum pernah melayani urusan ADK dan Universitas Sumatera Utara penerapannya secara praktis lebih sulit dari pada pembahasannya secara teoritis, sebagian responden bersedia melayani urusan ADK sesuai ketentuan hukum positif dengan berbagai variasinya. Dengan demikian selama ADK belum lahir, meski belum dapat ditentukan bagian hak warisnya dan bila perlu sampai pada pemisahan dan pembagian harta warisan. Selanjutnya realisasi hak waris ADK akan menjadi definitif setelah jelas kehadirannya, dengan kemungkinan dilakukan penyesuaian seperlunya. 4. Dengan bertitik tolak pada pokok pikiran kesimpulan angka 3 di atas, maka tidak ada hambatan pula dalam pembuatan akta yang berkaitan dengan ADK. Ketrampilan Notaris sangat berperan dalam mewujudkan hak waris ADK dan sekaligus pengamalan Pasal 7 PJN.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1.