4. Analisis Data
Bahan-bahan hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan
library research
dikumpulkan, kemudian ditelaah dan dianalisis secara kualitatif dan deskriptif dengan mempelajari seluruh jawaban kemudian diolah dengan menggunakan metode deduksi
untuk menjawab dan memberikan solusi serta pendapat atas permasalahan yang sudah dikemukakan di atas.
H. Jadwal Penelitian
Agar dapat melaksanakan penelitian secara maksimal, maka perlu adanya perencanaan dan penggunaan waktu yang efisien. Penelitian ini direncanakan
berlangsung selama 3 tiga bulan dan diharapkan dapat selesai tepat pada waktunya dengan perencanaan penggunaan waktu sebagai berikut :
1. Tahap I Persiapan dan pengumpulan data
: 4 empat minggu 2.
Tahap II Analisa data : 4 empat minggu
3. Tahap III Perbaikan sebelum seminar
: 2 minggu minggu 4.
Tahap IV Seminar Hasil : 2 minggu minggu
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGALIHAN KEPEMILIKAN ATAS HARTA BERSAMA
A. Hak Milik
Kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk memegang kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan menggunakannya untuk
tujuan pribadi
70
. Pasal 499 KUH Perdata berbu
nyi : “Menurut paham undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai
hak milik.” Pasal 570 KUH Perdata : “Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan
sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-undang atau
peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu dengan tak mengurangi
kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan undang-
undang dan dengan pembayaran ganti rugi.” Pasal 572 KUH Perdata :
1 Tiap-tiap hak milik harus dianggap bebas adanya.
2 Barangsiapa membeberkan mempunyai hak atas kebendaan milik orang
lain, harus membuktikan hak itu.
70
http:id.wikipedia.orgwikiKepemilikan , diakses tanggal 31 Mei 2010.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 573 KUH Perdata : “Membagi sesuatu kebendaan yang menjadi milik lebih dari satu orang, harus dilakukan menurut aturan-aturan yang ditentukan tentang
pemisahan dan pembagian harta-peninggalan. ”
Pasal 574 KUH Perdata : “Tiap-tiap pemilik sesuatu kebendaan, berhak menuntut kepada siapapun juga yang menguasainya, akan pengembalian kebendaan
itu dalam keadaan beradanya.” Pasal 584 KUH Perdata : “ Hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat
diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan, karena daluwarsa, karena perwarisan, baik menurut undang-undang, maupun menurut surat
wasiat, dan karena penunjukan atau penyerahan berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas
terhadap kebendaan itu.” Menurut Undang-undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960, hak milik diatur
dalam pasal 20 sampai pasal 27. Pasal 20 berbunyi :
1 Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat
dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan pasal 6. 2
Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada orang lain. Kita katakan ada pemilikan bersama, kalau ada benda yang dimiliki oleh lebih
dari seorang pemilik atau dengan perkataan lain, ada lebih dari seorang pemilik atas
Universitas Sumatera Utara
satu atau sekelompok benda
71
. Umumnya suatu benda dimiliki oleh satu orang sebagai pemilik, tetapi tidak tertutup kemungkinan, bahwa satu benda dimiliki oleh
lebih dari satu orang. Masing-masing pemilik dalam pemilikan bersama kita sebut pemilik-serta,
72
Dalam perkawinan antara U Lee Moy dan Tan Jong Nio telah diperoleh harta bersama yang berupa tanah dan bangunan toko Agung yang terletak di Desa Pandean,
Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun dengan sertifikat hak milik No.89Desa Pandean, luas 233 m
2
surat ukur tanggal 24-9-1977 No. 91977 objek sengketa yang diatasnamakan Hadi Soetjipto dahulu bernama U Ek Tjoo Terlawan II dengan
batas-batasnya sebagai berikut : Utara
: Jalan Raya; Timur
: Toko Ponorogo; Selatan
: Tanah Maryono Barat
: Apotik Caruban Semasa U Lee Moy masih hidup telah membeli tanah berikut bangunan toko
yang berdiri di atas tanah tersebut yang letaknya di Desa Pandean, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun yang kini menjadi objek sengketa, pembelian tersebut
dalam akta jual beli diatasnamakan Hadi Soetjipto Terlawan II, karena Terlawan II adalah Warga Negara Indonesia sedangkan ayah U Lee Moy masih berstatus asing
dan Terlawan II adalah anak tertua.
71
A. Pitlo, Het Zakenrecht, naar het Nederlands Burgerlijk Wetboek, Tjeenk-Willink Zoon, Haarlem, 1949, hal. 175.
72
J. Satrio, Hukum Waris Tentang Pemisahan Boedel, Op. Cit., hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
Akta Jual beli tersebut dibuat di depan PPAT Drs. Kodiran Soerachman tanggal 10 April 1981 No. 39.ADIV-41981 yang berisi jual beli antara Ong Siong
Ing selaku kuasa dari Endang Soewarni Indriastoeti dengan Hadi Soetjipto dahulu bernama U Ek Tjoo.
Pasal 1905 KUH Perdata berbunyi : “Keterangan seorang saksi sahaja tanpa suatu alat bukti lain, di muka Pengadilan tidak boleh dipercaya.”
Pasal 1908 KUH Perdata berbunyi : “Dalam mempertimbangkan nilai sesuatu kesaksian, Hakim harus memberikan perhatian khusus pada persamaan-persamaan
kesaksian-kesaksian satu sama lain, pada persamaan antara kesaksian-kesaksian dengan apa yang diketahui dari lain sumber tentang hal yang menjadi perkara, pada
alasan-alasan yang kiranya telah mendorong para saksi untuk mengutarakan perkaranya secara begini atau secara begitu, pada cara hidup, kesusilaan dan
kedudukan para saksi, dan pada umumnya, pada segala apa saja yang mungkin ada pengaruhnya terhadap lebih atau kurang dapat dipercayanya para saksi itu.”
Dalam perlawanan tersebut para pelawan telah mengajukan saksi-saksi yaitu : 1.
Soejono, di bawah sumpah menerangkan pada pokoknya sebagai berikut : -
Bahwa saksi pernah menjadi saksi dalam jual-beli hak atas tanah dan bangunan yang berdiri di atasnya berupa Toko “Agung” antara Ong Song
Ing dengan U Lee Moy pada tahun 1981 seharga Rp. 12.000.000.- dua belas juta rupiah di hadapan PPAT kecamatan Mejayan dan hadir
pada waktu itu adalah Ong Song Ing, U Lee Moy, Soetarjo, Hadi Soetjipto dan saksi sendiri;
Universitas Sumatera Utara
- Bahwa oleh karena U Lee Moy pada saat itu statusnya masih Warga
Negara Asing maka akhirnya tanah yang telah dibeli oleh U Lee Moy tersebut diatasnamakan anaknya yaitu Hadi Soetjipto dan setelah dibeli,
bangunan toko “Agung” tersebut ditunggu oleh Hadi Soetjipto dengan seorang perempuan setengah tua yang bernama Tan Jong Nio;
- Bahwa pada saat terjadi jual-beli tanah tersebut telah bersertifikat dengan
luas 233 m
2
; -
Bahwa saksi mengetahui batas-batas tanah tersebut : Utara berbatasan dengan Jalan Raya jurusan Madiun-Surabaya;
Timur berbatasan dengan toko Ponorogo milik He Ming; Selatan berbatasan dengan tanah Maryono Anggota ABRI;
Barat berbatasan dengan tanah milik Pemda dahulu digunakan untuk bioskop sekarang digunakan untuk Apotik;
- Bahwa U Lee Moy mempunyai tiga anak yaitu Hadi Soetjipto dan dua
orang saudaranya yaitu satu laki-laki dan satu perempuan 2.
Soewito, di bawah janji menerangkan pada pokoknya sebagai berikut : -
Bahwa hubungan U Lee Moy dengan Tan Jong Nio adalah suami isteri dan mereka mempunyai tiga orang anak yaitu :
1. U Ek Tjoo
2. U Ie Hoo
3. U Ie Hwa
Universitas Sumatera Utara
- Bahwa anaknya yang bernama U Ie Hwa adalah perempuan sudah
meninggal dengan Tjiang Tjiang mempunyai seorang anak yang saksi tidak tahu namanya dan sekarang U Ie Hwa sudah meninggal dunia;
- Bahwa saksi mengetahui U Lee Moy membeli tanah dan rumah di atas
tanah tersebut di Caruban dari Kiem Hong yang nama Indonesianya Endang Soewarni Indriastoeti, karena saksi diperintah oleh Kiem
Hong untuk menyerahkan kunci rumah tersebut kepada U Lee Moy dan setelah dibeli diatasnamakan Hadi Soetjipto anaknya karena U
Lee Moy masih Warga Negara Asing; -
Bahwa tanah dan bangunan berupa toko “Agung” tersebut sejak dibeli hingga kini yang menjaga yaitu Hadi Soetjipto tetapi yang memasok
mengisi dagangan toko tersebut adalah U Lee Moy; -
Bahwa saksi mengetahui kalau U Lee Moy membeli tanah ketika U Lee Moy berbincang-bincang dengan isterinya dengan bahasa Hok Jay
dan saksi mengerti maksud pembicaraan mereka; -
Bahwa jual-beli tanah dan bangunan di atasnya tersebut seharga Rp. 12.000.000,- dua belas juta rupiah dan mengenai luas serta batas-
batasnya saksi tidak tahu; 3.
Endang Soewarni Indriastoeti, di bawah janji menerangkan yang pada pokoknya sebagai berikut :
- Bahwa saksi kenal dengan U Lee Moy dan Tan Jong Nio, mereka
yang membeli tanah saksi di Caruban;
Universitas Sumatera Utara
- Bahwa status tanah saksi adalah Hak Milik dan sudah bersertifikat;
- Bahwa yang membayar harga tanah saksi tersebut adalah U Lee Moy
dengan harga Rp. 12.000.000,- dua belas juta rupiah dan yang menerima bukan saksi, karena telah dikuasakan semuanya kepada
mertuanya yaitu Ong Song Ing untuk menyelesaikan jual-beli tersebut, jadi saksi menerima pembayaran tersebut dari mertuanya;
- Bahwa menurut mertua saksi tanah yang dibeli oleh U Lee Moy
diatasnamakan Hadi Soetjipto anaknya U Lee Moy karena U Lee Moy masih berstatus Warga Negara Asing maka diatasnamakan
anaknya yang sudah berstatus Warga Negara Indonesia; -
Bahwa batas-batas tanah yang dijual kepada U Lee Moy yaitu : Sebelah kanan dengan toko “Ponorogo”;
Sebelah kiri dengan Terminal; Sebelah depan dengan jalan raya jurusan Madiun-Surabaya;
Sebelah belakang dengan halaman kampung penduduk. Mengenai harta warisan, J. Satrio mengatakan bahwa :
Besarnya harta-keluarga, yang dengan meninggalnya si pewaris – seluruhnya atau
paling tidak sebagian – menjadi warisan, sedikit banyak ditentukan oleh hukum
harta perkawinan yang berlaku bagi si pewaris. Bukankah banyaknya kelompok harta yang terbentuk dalam suatu keluarga bergantung dari Hukum Harta
Perkawinan yang berlaku bagi pewaris? Bagi mereka yang tunduk pada KUH Perdata, berdasarkan Pasal 119
73
, berlaku asas, bahwa dalam satu keluarga hanya
73
Pasal 119 KUH Perdata: 1
Mulai saat perkawinan dilangsungkan, demi hukum berlakulah persatuan bulat antara harta- kekayaan suami dan isteri, sekedar mengenai itu dengan perjanjian kawin tidak diadakan
ketentuan lain.
Universitas Sumatera Utara
ada satu kelompok harta saja, yaitu harta persatuan, kecuali para suami-istri yang bersangkutan sebelum kawin, dengan suatu akta notariil, telah membuat
perjanjian-kawin Pasal 147
74
, yang isinya menyimpangi prinsip harta-persatuan ex Pasal 119 tersebut
75
. Mengenai harta perkawinan, KUH Perdata menganut asas yang berbeda
dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yaitu : 1.
Berdasarkan Pasal 119 KUH Perdata, pada asasnya semua harta suami dan istri, baik yang dibawa masuk ke dalam perkawinan maupun yang diperoleh
sepanjang perkawinan, masuk ke dalam harta persatuan. Sedangkan Pasal 31 ayat 2 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengatakan
bahwa seorang istri, sepanjang perkawinan tetap cakap untuk bertindak 2.
Menurut Pasal 124 KUH Perdata Pengelolaan atas harta persatuan dilakukan oleh suami sendiri, sedangkan. Pasal 35 ayat 2 Undang-undang No. 1 Tahun
1974 tentang perkawinan mengatakan bahwa harta bawaan istri dan suami, yang dibawa masuk ke dalam perkawinan, dengan sendirinya menjadi harta
pribadi masing-masing suamiistri yang membawanya ke dalam perkawinan.
2 Persatuan itu sepanjang perkawinan tak boleh ditiadakan atau diubah dengan sesuatu persetujuan
antara suami dan isteri.
74
Pasal 147 KUH Perdata : 1
Atas ancaman kebatalan, setiap perjanjian kawin harus dibuat dengan akta notaries sebelum perkawinan berlangsung.
2 Perjanjian mulai berlaku semenjak saat perkawinan dilangsungkan, lain saat untuk itu tak boleh
ditetapkannya.
75
J. Satrio, Hukum Waris Tentang Pemisahan Boedel, Op. Cit., hal. 9. Di samping itu masih ada perkecualian berdasarkan anak kalimat terakhir Pasal 120 KUH Perdata : “Sekedar
mengenai laba-labanya, persatuan itu meliputi harta kekayaan suami dan isteri, bergerak dan tak bergerak, baik yang sekarang, maupun yang kemudian, maupun pula, yang mereka peroleh dengan
cuma-cuma, kecuali dalam hal terakhir ini si yang mewariskan atau yang menghibahkan dengan tegas
menentukan sebaliknya.”
Universitas Sumatera Utara
Bercampurnya harta tersebut melalui perjanjian kawin justru merupakan perkecualian.
3. Menurut Pasal 105 ayat 3 KUH Perdata, pengurusan atas harta pribadi istri,
kalau ada, termasuk kalau ada hibah atau warisan yang jatuh pada si istri sepanjang perkawinan dan ditentukan tidak boleh masuk dalam harta
persatuan, dilakukan oleh suami. Sedangkan menurut Pasal 36 ayat 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengatakan bahwa
atas harta pribadi, masing-masing suamiistri berhak untuk mengambil tindakan hukum sendiri, tanpa kerjasamanya garwa yang lain suami atau
istrinya. Sedangkan tindakan atas harta bersama, suami harus mendapat persetujuan dari istri dan demikian pula sebaliknya
76
. Yang dimaksud dengan pemilikan bersama adalah adanya lebih dari seorang
pemilik atas sebuah sekelompok benda yang sama
77
. Dalam suatu pemilikan bersama yang belum dibagi kita katakan di sana ada
keadaan “pemilikan bersama yang tak terbagi” di antara para pemilik-serta atas suatu sekelompok benda milik-
bersama tertentu. Dalam pemilikan-bersama, masing-masing pemilik kita sebut sebagai pemilik-serta. Masing-masing pemilik-serta mempunyai hak-bagian yang tak-
terbagi
onverdeeld aandeel
dalam pemilikan-bersama
78
.
76
Ibid , hal. 12.
77
Karena pemilikan-bersama dalam suatu perseroan, sesudah pembubarannya menjadi suatu pemilikan bersama yang bebas, yang setiap waktu bisa dituntut pemisahannya, maka ada yang
mengatakan, bahwa “vrij, in deze terminologis, is dus de mede-eigendom waar men vrij is tot scheiding over te gaan
” seperti yang dikutip oleh J. Satrio, baca Pitlo, Zakenrecht, hal. 176.
78
J. Satrio, Hukum Waris Tentang Pemisahan Boedel, Op. Cit., hal. 20.
Universitas Sumatera Utara
Kebebasan pada pemilikan bersama terwujud pada bebas atau tidaknya para pemilik untuk setiap saat mengalihkan bagian tak terbagi yang dimiliki atas harta
benda bersama tersebut. Jelas pada pemilikan bersama yang terikat, para pemilik atas harta benda bersama tidak bebas untuk mengalihkan bagian tak terbaginya
kepada pihak lain, sehingga selama pemilikan bersama belum berakhir maka tindakan hukum atas benda milik bersama harus dilakukan oleh para pemiliknya
secara bersama-sama. sedangkan pada pemilikan bersama yang bebas, para pemilik atas harta benda bersama bebas untuk mengalihkan bagian tak terbaginya
kepada pihak lain. walaupun demikian sebaiknya untuk pengalihan bagian tak terbagi tersebut diketahui dan disetujui oleh pemilik lainnya
79
. Ada beberapa lembaga pemilikan-bersama yang disebutkan dalam KUH
Perdata, yang oleh doktrin diterima sebagai bentuk pemilikan bersama yang-terikat dan di dalam literatur biasa dikemukakan sebagai contoh, yaitu
80
: a.
Harta persatuan dalam suatu perkawinan, yang dimiliki bersama antara suami- istri.
81
b. Pemilikan bersama antara para pesero atas harta perseroan.
c. Pemilikan bersama atas harta kekayaan perkumpulan yang tidak mempunyai
status badan hukum. d.
Pemilikan bersama para ahli waris atas warisan yang belum terbagi. Bangunan toko “Agung tersebut dibeli pada saat U Lee Moy masih hidup dan
terikat perkawinan dengan Tan Jong Nio, maka harta tersebut merupakan harta bersama antara U Lee Moy dengan Tan Jong Nio, dan berdasarkan keterangan-
keterangan para saksi yang mengatakan bahwa tanah dan bangunan tersebut dibeli
79
http:romyjaya.org?p=35
,
diakses pada tanggal 5 Desember 2009.
80
J. Satrio, Hukum Waris Tentang Pemisahan Boedel, Op. Cit., hal. 23.
81
Menurut Surat M.A. No. M.A.Pemb.080775 tanggal 20-8-1975 untuk Hukum Harta Benda dalam perkawinan masih berlaku peraturan-peraturan yang lama.
Universitas Sumatera Utara
oleh U Lee Moy dan diatasnamakan anaknya karena U Lee Moy masih berstatus Warga Negara Asing, maka dapat dikatakan bahwa perbuatan tersebut merupakan
tindakan “topengan” atau “pinjam nama”.
Karena menurut Pasal 21 Undang-undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 menyebutkan bahwa :
1 Hanya warga Negara Indonesia dapat mempunyai hak milik
2 Oleh Pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang dapat mempunyai
hak milik dan syarat-syaratnya. 3
Orang asing yang sesudah berlakunya Undang-undang ini memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa waktu atau percampuran harta karena
perkawinan, demikian pula warga Negara Indonesia yang mempunyai hak milik
dan setelah
berlakunya undang-undang
ini kehilangan
kewarganegaraannya, wajib melepaskan hak itu di dalam jangka waktu satu
tahun sejak
diperolehnya hak
tersebut atau
kehilangan kewarganegaraannya itu. Jika sesudah jangka waktu tersebut lampau hak
milik itu tidak dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena hukum dan tanahnya jatuh pada Negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain
yang membebaninya tetap berlangsung. 4 Selama seseorang di samping kewarganegaraan Indonesianya mempunyai
kewarganegaraan asing maka ia tidak dapat mempunyai tanah dengan hak milik dan baginya berlaku ketentuan ayat 3 pasal ini.
Universitas Sumatera Utara
Oleh sebab itu U Lee Moy yang masih berstatus Warga Negara Asing tidak bisa memperoleh Hak Milik atas tanah di Indonesia, sedangkan anaknya sudah Warga
Negara Indonesia dan boleh memiliki hak milik, maka terpaksa hak milik dibuat atas nama anakya. Hal ini bisa dianggap sebagai penyelundupan hukum. Secara
de jure
, Hadi Soetjipto adalah pemiliknya, tetapi secara
de facto
dimiliki oleh U Lee Moy. Menurut Irwin Ashari :
“Hukum Indonesia secara tegas melarang kepemilikan hak atas tanah untuk orang asing, oleh karena itu orang asing yang meminjam nama seorang WNI untuk
mendapatkan hak milik atas tanah, yang dibiayai oleh orang asing merupakan bentuk penyelundupan hukum sehingga segala bentuk perjanjian mengenai pinjam nama
tersebut menjadi batal demi hukum karena sejak awal memang dilarang”
82
.
Penyelundupan hukum adalah suatu perbuatan yang bertujuan untuk menghindarkan menghindari berlakunya hukum nasional sehingga yang
bersangkutan memperoleh suatu keuntungan-keuntungan tertentu sesuai dengan keinginannya, sebab baginya berlaku hukum asing
83
. Sudargo Gautama berpendapat bahwa :
“ Untuk dapat menentukan bahwa ada tidaknya penyelundupan hukum maka kita harus berusaha mengetahui niat yang bersangkutan untuk menghindarkan atau
mengubah titik-titik taut tertentu dalam suatu peristiwa HPI tertentu. Apakah
82
http:notaris-indonesia.grouply.commessage6801 , diakses tanggal 7 Agustus 2010.
83
http:fatdavid.blog.friendster.com200810tugas-makalah-hukum-perdata-internasional- perspektif-hukum-perdata-internasional-mengenai-penyelundupan-hukum
Universitas Sumatera Utara
perbuatan itu dilakukan secara sungguh- sungguh atau tidak, yang mana antara lain dapat dikaji dari fakta-fakta dalam kehidupan sosial atau lingkungan sebenarnya.
”
84
Tujuan perbuatan penyelundupan hukum adalah untuk dapat menghindarkan suatu akibat hukum yang tidak dikehendaki. Jadi, di dalam setiap perbuatan
penyelundupan hukum selalu ada unsur subjektif, yakni dalam bentuk kehendak atau niat untuk menyelundupi sesuatu
85
. Kehendak adalah proses batin yang hanya diketahui oleh masing-masing
pihak. Untuk melahirkan kesepakatan, kehendak itu harus dinyatakan. Ketika pernyataan kehendak itu bertemali, dalam arti masing-masing menyatakan
kerelaannya untuk menerima kehendak pihak lain, maka lahirlah kesepakatan
86
. Menurut J. Satrio, pernyataan kehendak dapat dilakukan secara tegas dan
dapat pula dilakukan secara diam-diam. Pernyataan kehendak secara tegas bisa dilakukan secara tertulis, lisan, atau dengan tanda.
87
Jika terjadi perbedaan antara kehendak batin dengan pernyataannya, maka menurut Teori Kehendak
Wils Theorie
− yang dipegangi adalah kehendak batin, yakni kehendak yang sesungguhnya seperti yang terbetik di dalam hati pihak
yang bersangkutan. Tetapi menurut Teori Kepercayaan
Vertrouwens Theorie
, yang dipegangi adalah pernyataan eksternal pihak bersangkutan karena kehendak
batin hanya bisa diketahui melalui manifestasi eksternal yang dinyatakannya.
88
84
Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Cet.I, Bina Cipta, Bandung, 1977.
85
http:fatdavid.blog.friendster.com200810tugas-makalah-hukum-perdata-internasional- perspektif-hukum-perdata-internasional-mengenai-penyelundupan-hukum
86
eprints.sunan-ampel.ac.id211Mukarram- Prinsip2B.doc, diakses pada tanggal 6 Mei 2010.
87
J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 183
88
Al-Sanhuri, Na za}riyyat al- ‘Aqd, Beirut: Dar al-Fikr, t.t., h. 167
Universitas Sumatera Utara
Teori kepercayaan
vertrouwenstheorie
mengajarkan bahwa kesepakatan itu terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima oleh pihak yang
menawarkan
89
. Tidak dikatakan bahwa tanah dan bangunan tersebut dibelikan untuk Hadi
Soetjipto anaknya, hanya memakaipinjam nama dan kewarganegaraan anaknya saja agar dapat membeli tanah dan bangunan tersebut, juga menurut keterangan saksi
tanah tersebut dibeli oleh U Lee Moy. Sertifikat tanah tersebut juga disimpandipegang oleh U Lee Moy. Oleh sebab itu tanah dan bangunan tersebut
adalah milik U Lee Moy. Menurut Syuhada, Anggota Tehnis Hukum Balai Harta Peninggalan Medan :
“Tanah tersebut bukan merupakan harta bersama lagi, setelah U Lee Moy meninggal dunia, maka menjadi harta warisan dari U Lee Moy.”
90
Menurut Muhammad Yamin Lubis dan
Abd. Rahim Lubis
: Sertifikat adalah surat tanda bukti hak, oleh karena itu telah kelihatan
berfungsinya, bahwa sertifikat itu ber guna sebagai “alat bukti”. Alat bukti yang
menyatakan tanah ini telah diadministrasi oleh Negara. Dengan dilakukan administrasinya lalu diberikan buktinya kepada orang yang mengadministrasi
tersebut. Bukti atau sertifikat adalah milik seseorang sesuai dengan yang tertera dalam tulisan di dalam sertifikat tadi. Jadi bagi si pemilik tanah, sertifikat tadi
adalah merupakan pegangan yang kuat dalam hal pembuktian hak miliknya, sebab dikeluarkan oleh instansi yang sah dan berwenang secara hukum. Hukum
89
Mariam Darus Badrulzaman, Sutan Remy Sjahdeni, Heru Soepraptomo, Faturrahman Djamil, dan Tryana Soenandar, Kompilasi Hukum Perikatan Dalam Rangka Memperingati Memasuki
Masa Purna Bakti Usia 70 Tahun , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 74.
90
Wawancara dengan Syuhada, Anggota Tehnis Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 13 Juli 2010.
Universitas Sumatera Utara
melindungi pemegang sertifikat tersebut dan lebih kokoh lagi bila pemegang sertifikat tersebut itu adalah namanya yang tersebut dalam sertifikat
91
. Dalam sistem pendaftaran tanah, Indonesia menganut sistem Publikasi
Negatif, maksudnya adalah Negara tidak menjamin kebenaran data yang disajikan dalam sertifikat, oleh karena itu belum tentu seseorang yang tertulis namanya pada
sertifikat adalah mutlak sebagai pemilik
92
.
Kelemahan dari stelsel negatif antara lain :
- Buku Tanah tidak memberikan jaminan yang mutlak;
- Peranan yang pasif dari pejabat balik nama;
- Mekanisme yang sulit dan sukar dimengerti oleh orang-orang biasa.
Sedang keuntungan yang mendasar dalam stelsel negatif adalah adanya
perlindungan pada pemilik yang sebenarnya
93
. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda
94
. Dapat dikatakan bahwa Hadi Soetjipto telah diberi kepercayaan fidusia oleh
ayahnya U Lee Moy, seharusnya ia menjaga kepercayaan yang telah diberikan ayahnya tersebut kepadanya, bukannya melakukan tindakan-tindakan sendiri atas
objek tersebut tanpa sepengetahuan orang tuanya pemilik sebenarnya. Secara
91
Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Maju, Bandung, 2008, hal. 204.
92
Ibid , hal. 172.
93
Ibid , hal. 173.
94
Pasal 1 angka 1 UU No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Universitas Sumatera Utara
hukum perbuatan membagi tanah tersebut yang dilakukan oleh Hadi Soetjipto adalah sah, tetapi secara moral tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan, dan telah melanggar
kepercayaan yang diberikan oleh orang tuanya tersebut. Jadi dengan kata lain pemilik sebenarnya tanah dan bangunan tersebut adalah
Tn. U Lee Moy dengan Ny. Tan Jong Nio, tetapi menurut hukum Tn. U Lee Moy tidak bisa memiliki tanah di Indonesia, karena berstatus Warga Negara Asing.
Menurut hukum pemiliknya adalah Hadi Soetjipto, karena namanya yang tercantum dalam sertifikat tanah tersebut.
Menurut Syuhada : “ Pemilik harta tersebut adalah Ahli waris sesuai Surat
Keterangan Waris yang dibuat oleh Notaris Abdullah Rosid tersebut, Hadi Soetjipto Cuma pemegang kuasa saja. Seharusnya U Lee Moy jangan mengatasnamakan salah
satu anak saja, lebih baik mengatasnamakan semua anaknya, atau dibuat wasiat saja.”
95
Berdasarkan pendapat dari Syuhada yang mengatakan bahwa lebih baik kalau sertifikat diatasnamakan semua anak maka lebih susah kalau mau proses balik nama.
Lebih baik kalau sebelumnya dibuat surat pernyataan atau pengakuan dari Hadi Soetjipto kalau tanah tersebut sebenarnya adalah milik dari U Lee Moy, dan ketika
setelah U Lee Moy berstatus WNI, maka sertifikat tanah tersebut dibaliknamakan atas nama U Lee Moy.
95
Wawancara dengan Syuhada, Anggota Tehnis Balai Harta Peninggalan Medan, pada tanggal 13 Juli 2010.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mendapatkan jawaban yang lebih pasti mengenai siapakah pemilik yang sah atas tanah dan bangunan tersebut dan apakah perbuatan membagi tanah
tersebut sah? , maka peneliti telah melakukan wawancara dengan para Notaris dan jawaban dari para Notaris adalah sebagai berikut :
1. Notaris Soedjono Sosilo menjawab : “Perbuatan Hadi Soetjipto membagi tanah
dan bangunan tersebut secara hukum adalah sah. Kalau ada pernyataan dari Hadi Soetjipto, maka pemiliknya adalah orang tuanya. Sepanjang tidak dituntut
maka maka sah, kalau dituntut maka lihat putusan pengadilan”.
96
2. Notaris Tjong Deddy Iskandar menjawab “Nama yang tercantum dalam
sertifikat berhak membagi objek tersebut kepada orang lain sepanjang ia mau dan disetujui oleh istrinya. Serta perjanjian membagi tersebut adalah sah”.
97
3. Notaris Cipto Soenaryo menjawab “Secara hukum Hadi Soetjipto berhak untuk
membagi tanah dan bangunan toko “Agung” tersebut, karena sertifikat atas nama dia. Walaupun di akta perjanjian membagi separuh bagian tanah dan
bangunan kepada U I Hwa disebutkan bahwa tanah tersebut berasal dari orang tuanya, namun U Lee Moy secara hukum tidak dapat memiliki tanah di
Indonesia karena berstatus WNA”
98
4. Notaris Yusrizal menjawab : “Pemilik tanah yang sah adalah Hadi Soetjipto
dan perbuatan membagi tanah tersebut sah.”
99
96
Wawancara dengan Notaris Sudjono Sosilo, pada tanggal 5 Juli 2010.
97
Wawancara dengan Notaris Tjong Deddy Iskandar, tanggal 5 Juli 2010.
98
Wawancara dengan Notaris Cipto Soenaryo, pada tanggal 5 Juli 2010.
99
Wawancara dengan Notaris Yusrizal, pada tanggal 6 Juli 2010.
Universitas Sumatera Utara
5. Notaris Indra S. Tarigan menjawab : “Bisa dibuat akta perjanjian membagi
harta tersebut, tak perduli dari mana asalnya barang tersebut, tanah tersebut tetap milik anak Hadi Soetjipto, secara hukum ayahnya U Lee Moy WNA
bagaimana pun tetap tidak bisa memiliki tanah di Indonesi a”
100
. 6.
Notaris Lili Suryati menjawab : “Anak tersebut Hadi Soetjipto adalah pemilik yang sah, Kalau ada pengakuan bahwa tanah tersebut adalah milik orang
tuanya, maka tidak bisa dibagi, kalau tidak ada pengakuan maka bisa dibagi.”
101
7. Notaris Rubianto Tarigan menjawab : “Nama yang ada di sertifikat adalah
pemilik yang sah, dan perjanjian membagi itu sah.”
102
8. Notaris Ny. Jasmi Rivai menjawab : “Pemilik sah adalah anaknya, perbuatan
membagi itu sah. Tanah tersebut bukan harta bersama, karena bukan terdaftar atas nama suami istri tersebut. Kalau terdaftar atas nama Tan Jong Nio baru
merupakan harta bersama. Di dalam akta perjanjian diterangkan bahwa tanah berasal dari orang tua. Artinya mungkin saja merupakan pemberian orang
tuanya atau dibeli dari uang orang tuanya. Bukan berarti merupakan harta bersama orang tuanya. Kecuali disebutkan merupakan harta gono gini orang
100
Wawancara dengan Notaris Indra S. Tarigan, pada tanggal 12 Juli 2010.
101
Wawancara dengan Notaris Lili Suryati, tanggal 12 Juli 2010.
102
Wawancara dengan Notaris Rubianto Tarigan, tanggal 12 Juli 2010.
Universitas Sumatera Utara
tuanya atau ada surat pernyataanpengakuan dari anak tersebut sebelumnya bahwa tanah tersebut adalah milik orang tuanya.”
103
9. Notaris Ferry Susanto Limbong menjawab : “Pemilik sah adalah nama yang
tercantum di dalam Sertifikat, dan perbuatan membagi tersebut sah.”
104
10. Notaris Syamsurizul A. Bispo menjawab : “Secara hukum siapa yang tertera di
akta adalah pemilik asli, sepanjang tidak ada pernyataan dari dia bahwa tanah tersebut adalah milik orang tuanya.”
105
TABEL 1
Siapakah pemilik sah atas tanah tersebut ? n=10
No. Nama
Jumlah Responden
Persentase 1
Hadi Soetjipto 10 orang
100 2
U Lee Moy 0 orang
Total 10 orang
100 Sumber : Data pengolahan
TABEL 2
Apakah perbuatan Hadi Soetjipto membuat perjanjian untuk membagi tanah tersebut sah ?
n=10 No.
Nama Jumlah
Responden Persentase
103
Wawancara dengan Notaris Ny. Jasmi Rivai, tanggal 12 Juli 2010.
104
Wawancara dengan Notaris Ferry Susanto Limbong, tanggal 13 Juli 2010.
105
Wawancara dengan Notaris Syamsurizul A. Bispo, tanggal 13 Juli 2010.
Universitas Sumatera Utara
1 Sah
10 orang 100
2 Tidak Sah
0 orang Total
10 orang 100
Sumber : Data pengolahan Berdasarkan jawaban tersebut di atas, yaitu 10 orang responden menjawab
pemilik sah tersebut adalah Hadi Soetjipto nama yang tercantum di dalam Sertifikat dan perbuatan membagi tanah tersebut kepada U I Hwa adalah sah. Yaitu 100
seratus persen. Pendapat para Notaris tersebut secara normatif adalah benar, karena nama
yang tercantum di dalam sertifikat adalah dianggap sebagai pemilik yang sah, tetapi secara etika dan moral tindakan Hadi Soetjipto tersebut tidak benar.
Perbuatan Liliana Handoyo, Notaris di Madiun yang membuat akta perjanjian membagi harta antara Hadi Soetjipto dengan U I Hwa sebenarnya juga
tidak dapat disalahkan, karena walaupun ada disebutkan bahwa objek berasal dari orang tuanya, itu mungkin saja artinya dibeli dari uang orang tuanya atau merupakan
pemberian orang tuanya seperti yang dikatakan Notaris Jasmi Rivai, apalagi sertifikat tanah tersebut atas nama Hadi Soetjipto, maka secara hukum Hadi Soetjipto
berhak untuk melakukan tindakan hukum terhadap miliknya tersebut. Jika saja di dalam akta perjanjian yang dibuat Hadi Soetjipto dengan U I Hwa
tidak dicantumkan bahwa tanah tersebut berasal dari orang tuanya, maka ibunya dan Hadianto pasti tidak bisa menggugat, tetapi karena ada disebutkan dalam perjanjian
Universitas Sumatera Utara
tersebut, maka ibunya dan Hadianto Utomo mempunyai bukti untuk menggugat. Berdasarkan pengakuannya sendiri bahwa tanah tersebut adalah berasal dari orang
tuanya, berarti dia mengakui bahwa tanah tersebut adalah milik orang tuanya. Pasal 1891 KUH Perdata berbunyi : “Akta-akta pengakuan membebaskan
dari kewajiban untuk mempertunjukkan alas hak yang asli, asal dari akta-akta itu cukup ternyata akan isinya alas hak tersebut.”
Yang menjadi dasar bagi para penggugat untuk menggugat adalah karena adanya surat perkawinan antara U Lee Moy dengan Tan Jong Nio, serta tanah
tersebut dibeli di masa perkawinan U Lee Moy dengan Tan Jong Nio, sehingga merupakan harta bersama mereka, sertifikat tanah tersebut dipegang oleh U Lee Moy.
Serta berdasarkan Surat Keterangan Hak Waris yang dibuat oleh Notaris Abdullah Rosid, yang menyatakan bahwa ahli waris dari U Lee Moy adalah Tan Jong Nio,
Hadi Soetjipto serta Hadianto Utomo. Akte perjanjian membagi harta antara Hadianto Utomo dengan U I Hwa
dibuat pada tahun 1986, sedangkan U Lee Moy pada tahun 1983 telah memperoleh Kewarganegaraan Indonesia, seharusnya setelah ia mendapatkan kewarganegaraan
Indonesia ia mengadakan proses balik nama atas tanah tersebut menjadi namanya.
B. Sejarah Etnis Tionghoa Diterima Sebagai Subjek Hukum di Indonesia