AKIBAT HUKUM PEMBATALANPENCABUTAN BERITA ACARA

BAB III AKIBAT HUKUM PEMBATALANPENCABUTAN BERITA ACARA

MUSYAWARAH DAN SURAT PERNYATAAN TERHADAP SERTIFIKASI TANAH EKS HUTAN TANAMAN INDUSTRI A. PembatalanPencabutan Berita Acara Musyawarah dan Surat Pernyataan Menyikapi Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 433Menhut- VII2006 tanggal 17 Juli 2006 tentang Penyelesaian atas Penguasaan Tanah Seluas 340,70 Ha di Lokasi Buntu Turunan, Kabupaten Simalungun, sebagai tanggapan atas Surat Ny. Sarintan Br. Purba tanggal 7 Pebruari 2006, Perihal: Kekeliruan, alternatif penyelesaian pada poin kelima SK Menhut Nomor 433 Tahun 2006 tersebut adalah dengan menempuh jalan musyawarah untuk menyelesaikan masalah tersebut bersama-sama Bupati Simalungun dan para pihak yang tidak setuju. Apabila tidak diperoleh kesepakatan, maka Bupati Simalungun dapat menempuh jalur penyelesaian secara hukum. Sebagai tindak lanjut dari SK Menhut tersebut di atas, maka tanggal 6 Juni 2007 dilaksanakan musyawarah antara masyarakat Nagori Buntu Bayu dengan Ny. Sarintan Br. Purba yang difasilitasi oleh Yayasan Bina Insani. 125 Musyawarah tersebut dihadiri sebanyak 87 orang lihat Lampiran, dan dihasilkan kesepakatan, yaitu: 1. Bahwa Ny. Sarintan tidak berkeberatan atas tanah seluas 340,70 Ha yang terletak di Nagori Buntu Bayu, Kecamatan Hatonduhan, untuk disertifikatkan dan dibagikan kepada masyarakat Nagori Buntu Bayu yang berhak sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.53Menhut-II2005 tanggal 23 Pebruari 2005 tentang Pelepasan Sebagian Kawasan Hutan Seluas 340,70 Ha 125 Berita Acara Musyawarah tanggal 6 Juni 2007. 63 Universitas Sumatera Utara Tiga Ratus Empat Puluh, Tujuh Puluh Perseratus Hektar, Terletak di Kawasan Hutan Buntu Turunan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, untuk Hak atas Tanah atas Nama Masyarakat Dusun I, Desa Buntu Turunan, Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. 2. Bahwa Ny. Sarintan Br. Purba menjamin bahwa segala surat-surat keberatan yang ditujukan kepada instansi yang terkait sehubungan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.53Menhut-II2005 tanggal 23 Pebruari 2005 tentang Pelepasan Sebagian Kawasan Hutan Seluas 340,70 Ha Tiga Ratus Empat Puluh, Tujuh Puluh Perseratus Hektar, Terletak di Kawasan Hutan Buntu Turunan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, untuk Hak atas Tanah atas Nama Masyarakat Dusun I, Desa Buntu Turunan, Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, dinyatakan tidak berlaku lagi sejak ditandatanganinya Berita Acara Musyawarah ini. 126 Berita Acara Musyawarah tersebut kemudian ditandatangani oleh: 1. Apel Sitorus, sebagai Ketua Panitia Pengembalian Lahan Eks HTI. 2. Tunggul Tampubolon, sebagai Sekretaris Panitia Pengembalian Lahan Eks HTI. 3. Liaksabuana Sinaga, sebagai Bendahara Panitia Pengembalian Lahan Eks HTI. 4. Dariaman Sinurat, sebagai Anggota Panitia Pengembalian Lahan Eks HTI. 5. Mespol Siburian, sebagai Anggota Panitia Pengembalian Lahan Eks HTI. 6. Ely Arnold Panjaitan, sebagai Anggota Panitia Pengembalian Lahan Eks HTI. 7. Ny. Sarintan Br. Purba, sebagai pihak yang tidak setuju. 8. Agus Marpaung, Direktur Eksekutif Yayasan Bina Insani. 9. Januar Sinaga, Pangulu Buntu Bayu. Dengan adanya Berita Acara Musyawarah tanggal 6 Juni 2007, maka Ny. Sarintan membuat Surat Pernyataan tanggal 8 Juni 2007 yang menyatakan tidak keberatan atas tanah seluas 340,70 Ha yang terletak di Nagori Buntu Bayu, Kecamatan Hatonduhan, untuk disertifikatkan dan dibagikan kepada masyarakat 126 Ibid. Universitas Sumatera Utara Nagori Buntu Bayu yang berhak dan menjamin segala surat keberatan yang ditujukan kepada instansi yang terkait sehubungan dengan SK Menhut Nomor: SK.53Menhut- II2005 dinyatakan tidak berlaku lagi sejak ditandatanganinya Berita Acara Musyawarah. Namun pada tanggal 4 Pebruari 2008, Ny. Sarintan Br. Purba melakukan pembatalanpencabutan Berita Acara Hasil Musyawarah tanggal 6 Juni 2007 dan Surat Pernyataannya tanggal 8 Juni 2007. Pembatalanpencabutan tersebut dilakukan karena Ny. Sarintan Br. Purba memperhatikan bahwa Panitia Pembagian Tanah melanggar kesepakatan dalam Berita Acara Musyawarah tanggal 6 Juni 2007. Dengan melihat adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Panitia Pembagian Tanah, Ny. Sarintan Br. Purba meminta Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun untuk menghentikan pensertifikatan atas tanah sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.53Menhut-II2005. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun kemudian mengirimkan surat kepada Camat Hatonduhan dan Kepala Desa Buntu Bayu terkait dengan keberatan pensertifikatan tanah 340 Ha di Dusun I, Desa Buntu Turunan. 127 Sebelumnya juga telah ada Surat PD TOPPAN-RI Kabupaten Simalungun Nomor: 08PD.TOPPAN RISimalIII06 tanggal 29 Maret 2006, Perihal: Keberatan Pensertifikatan Tanah 340 Ha di Dusun I, Desa Buntu Turunan, Kecamatan Tanah Jawa saat ini Hatonduhan. 127 Surat Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun Nomor: 5705085-06 tanggal 31 Mei 2006, Perihal: Keberatan Pensertifikatan Tanah 340 Ha di Dusun I, Desa Buntu Turunan, Kecamatan Tanah Jawa saat ini Hatonduhan . Universitas Sumatera Utara Kemudian, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun mengirimkan surat kepada Kakanwil BPN Provinsi Sumatera Utara yang meminta petunjuk penyelesaian terkait dengan permohonan Ny. Sarintan Br. Purba yang meminta agar proses sertifikasi tanah dibatalkan. Sehubungan dengan surat itu, maka Kakanwil BPN Provinsi Sumatera Utara meminta Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun agar dalam memproses penerbitan sertifikasi tanah dimaksud supaya memperhatikan ketentuan Diktum Keempat dan Keenam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.53Menhut-II2005. 128 Diktum Keempat SK Menhut Nomor: SK.53Menhut-II2005 berbunyi: Pemerintah Kabupaten Simalungun diwajibkan untuk: a. Menyelesaikan biaya proses sertifikasi tanah selambat-lambatnya 1 satu tahun sejak diterbitkannya Surat Perintah Pembayaran dari Badan Pertanahan Nasional. b. Memperhatikan usaha konservasi dengan mempertahankan hutan di tepi mata air dengan radius sekurang-kurangnya 200 meter, daerah kiri kanan sungai sekurang-kurangnya 100 meter, daerah kiri kanan anak sungai kurang lebih 50 meter, daerah kiri kanan sungai dan anak sungai pada daerah rawa sekurang-kurangnya selebar 2 dua kali kedalaman jurang. c. Bertanggung jawab atas terjadinya kebakaran hutan di dalam kawasan hutan yang dilepaskan sebagaimana tersebut pada Diktum Pertama. Diktum Keenam SK Menhut Nomor: SK.53Menhut-II2005 berbunyi: Apabila Pemerintah Kabupaten Simalungun tidak memanfaatkan kawasan hutan sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada Diktum Pertama dan atau menyalahgunakan pemanfaatannya dan atau tidak menyelesaikan pengurusan sertifikasi dalam waktu 1 satu tahun sejak diterbitkannya keputusan ini, maka pelepasan kawasan hutan ini batal dengan sendirinya dan areal tersebut kembali dalam penguasaan Departemen Kehutanan. 128 Surat Kakanwil BPN Provinsi Sumatera Utara Nomor: 57.1300 tanggal 25 Agustus 2006, Perihal: Penyelesaian atas Pengukuran Tanah Seluas 340,70 Ha di Desa Buntu Turunan, Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara Pembatalan pada dasarnya adalah suatu perbuatan yang bermaksud memutuskan, menghentikan atau menghapuskan sesuatu hubungan hukum. 129 Menurut ketentuan Pasal 1 angka 12 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1999 jo. Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan pembatalan hak atas tanah adalah pembatalan keputusan pemberian suatu hak atas tanah atau sertifikat hak atas tanah karena keputusan mengandung cacat hukum administrasi dalam penerbitannya atau untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam UUPA, pembatalan hak atas tanah merupakan salah satu sebab hapusnya hak atas tanah tersebut. Apabila telah diterbitkan keputusan pembatalan hak atas tanah, baik karena adanya cacat hukum administrasi maupun untuk melaksanakan putusan pengadilan, maka haknya demi hukum hapus dan status tanahnya menjadi tanah yang dikuasai oleh negara. Di dalam hukum peraturan dikenal ajaran kebatalan nietigheid, nulliteit, yaitu yang membedakan antara pengertian: 1. Kebatalan mutlak dari suatu perbuatan atau juga disebut kebatalan demi hukum, yaitu suatu perbuatan harus dianggap batal meskipun tidak diminta oleh sesuatu pihak atau tidak perlu dituntut secara tegas, disebut absolute nietigheid. 129 Ibid. Universitas Sumatera Utara 2. Kebatalan nisbi adalah suatu kebatalan perbuatan yang terjadi apabila diminta oleh orang tertentu. Jadi, ada syarat bagi orang tersebut untuk memohonmenuntut secara tegas, disebut relatief nietigheid. Pembatalan nisbi ini terbagi menjadi 2 dua macam: 1. Batas atas kekuatan sendiri nietig van rechtswege, di mana kepada hakim dimintakan agar menyatakan batal nietig verklaard. Misalnya, perbuatan tersebut di kemudian hari ternyata mengandung cacad. 2. Dapat dibatalkan vernietigbaar dimana hakim akan membatalkan, apabila terbukti perbuatan tersebut mengandung hal-hal yang menyebabkan batal. Misalnya, paksaan, kekeliruan, penipuan, dan lain-lain. PembatalanPencabutan Berita Acara Musyawarah Tanggal 6 Juni 2007 dan Surat Pernyataan Tanggal 8 Juni 2007 yang dilakukan oleh Ny. Sarintan Br. Purba disebabkan karena adanya pelanggaran kesepakatan dalam Berita Acara Musyawarah di lapangan, yang dilakukan oleh Panitia. Pelanggaran yang dilakukan adalah: 1. Panitia tidak transparan kepada siapa saja dibagikan tanah tersebut. 2. Panitia mengulur-ulur waktu untuk pengkaplingan tanah, sehingga saat ini masyarakat tidak dapat mengelola dan memiliki lahan tersebut. 3. Panitia telah mengusulkan pensertifikatan tanah atas beberapa nama masyarakat ke Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun adalah sebagai tindakan pendiskriminasian, sehingga dapat menimbulkan konflik di tengah- tengah masyarakat. 4. Panitia membuat daftar masyarakat yang akan mendapat tanah tersebut berkisar 200 orang dan ada yang tumpang tindih, sementara rencana Panitia, lahan tersebut dibuat 310 kapling. 130 Tindakan Panitia dan Pemkab Simalungun tersebut bertentangan dengan beberapa peraturan sebagai berikut: 130 Surat Ny. Sarintan Br. Purba tanggal 4 Pebruari 2008, Perihal: PembatalanPencabutan Berita Acara Hasil Musyawarah Tanggal 6 Juni 2007 dan Surat Pernyataan Tanggal 8 Juni 2007 . Universitas Sumatera Utara 1. UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang BersihBebas KKN. 2. UU No. 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi, yaitu pasal 41 ayat 1. 3. UU No. 22 Tahun 1999 jo. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu pasal 20 tentang Kepastian Hukum, Tertib Penyelenggaraan Negara yang Baik, Kepentingan Umum, Transparansi, Proporsionalitas dan Efektivitas. 131 Akibat dikeluarkannya SK Menhut Nomor: SK.53Menhut-II2005, dua desa yang bertetangga, yaitu Dusun Sipol-pol, Desa Tonduhan dan Dusun I, Buntu Turunan menjadi bermasalah. Hal itu disebabkan karena adanya pemancangan Patok Tata Batas Desa yang ditentukan oleh Muspika, yang diduga telah menyalahi peraturan yang sudah ada, yaitu SK Bupati tanggal 23 Maret 1983. Pemancangan Patok Tata Batas tersebut di atas merugikan warga Dusun Sipol-pol, Desa Tonduhan. Ketentuan kata eks HTI yang digunakan Panitia Kabupaten, maka PanitiaPangulu mengklaim bahwa eks HTI termasuk areal Desa Hatonduhan yang ditanami jabonjati putih, mahoni, dan tanaman lainnya. Padahal, sebelum adanya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.53Menhut-II2005, sudah ada ketetapan dari Bupati Simalungun tanggal 24 Maret 1983 tentang Batas Desa Tonduhan dan Desa Buntu Turunan, Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Terhadap permohonan masyarakat melalui Farpem Forum Aksi Reformasi Pemberdayaan Masyarakat dalam Suratnya Nomor: 011M-Farpem98 tanggal 7 Juli 131 Surat LSM Aliansi Ketahanan Nasional Wilayah Siantar-Simalungun Nomor: 006AT- SSV2010 tanggal 5 Mei 2010, Perihal: Penerbitan SK Menhut Nomor 53 Tahun 2005 Mohon Ditinjau Ulang . Universitas Sumatera Utara 1998 tentang Pengajuan Permohonan untuk Memperoleh Hak atas Tanah Seluas 340,70 Ha tersebut, Meteri Kehutanan tidak melampirkan Peta letak tanah 340,70 Ha dan juga tidak melampirkan SK Bupati Simalungun tanggal 24 Maret 1983 tentang Penentuan Tata Batas Desa antara Desa Tonduhan dengan Desa Buntu Bayu, Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun. Tidak dilampirkannya SK Bupati tersebut menyebabkan terjadinya kesalahan data di lapangan dan telah menimbulkan permasalahan antara dua desa tersebut di atas. Apabila SK Bupati tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi, maka seharusnya ada surat pembatalan dari instansi yang berwenang.

B. Akibat Hukum PembatalanPencabutan Berita Acara Musyawarah dan Surat Pernyataan