Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 27.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori adalah susunan konsep, defenisi, yang dalam, yang menyajikan pandangan yang sistematis tentang fenomena, dengan menunjukkan hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain, dengan maksud untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. 28 Teori merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris, sehingga teori tentang ilmu merupakan penjelasan rasional yang sesuai dengan objek penelitian dijelaskannya dan untuk mendapat verifikasi, maka harus didukung oleh data empiris yang membantu dalam mengungkapkan kebenaran. 29 Keberadaan teori dalam dunia ilmu sangat penting karena teori merupakan konsep yang akan menjawab suatu masalah. Teori oleh kebanyakan ahli dianggap sebagai sarana yang memberikan rangkuman bagaimana memahami suatu masalah dalam setiap bidang ilmu pengetahuan. 30 Beberapa pakar ilmu pengetahuan memberikan definisi tentang teori sebagai berikut: 1. Fred N. Kerlinger menguraikan teori adalah sekumpulan kontruksi konsep, definisi, dan dalil yang saling terkait, yang menghadirkan suatu pandangan secara sistematis tentang fenomena dengan menetapkan hubungan di antara beberapa variabel, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena. 2. Braithwaite mengemukakan bahwa teori adalah sekumpulan hipotesis yang membentuk suatu sistem deduktif, yaitu yang disusun sedemikian rupa, sehingga dari beberapa hipotesis yang menjadi dasar pikiran beberapa hipotesis, semua hipotesis lain secara logis mengikutinya. 28 Sofyan Syafri Harahap, Tips Menulis Skripsi dan Menghadapi Ujian Komprehensi, Pustaka Quantum, Jakarta, hal. 40. 29

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 27.

30 Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 113. Universitas Sumatera Utara 3. Menurut Jack Gibbs, teori adalah sekumpulan pernyataan yang saling berkaitan secara logis dalam bentuk penegasan empiris mengenai sifat-sifat dari kelas-kelas yang tak terbatas dari berbagai kejadian atau benda. 4. S. Nasution mengemukakan teori adalah susunan fakta-fakta yang saling berhubungan dalam bentuk sistematis, sehingga dapat dipahami. Fungsi dan peranan teori dalam penelitian ilmiah adalah mengarahkan, merangkum pengetahuan dalam sistem tertentu, serta meramalkan fakta. 5. Kartini Kartono menyatakan bahwa teori adalah suatu prinsip umum yang dirumuskan untuk menerangkan sekelompok gejala-gejala yang saling berkaitan. 31 Agar kerangka teori meyakinkan, maka harus memenuhi syarat 32 : Pertama, teori yang digunakan dalam membangun kerangka berpikir harus merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan- perkembangan terbaru. Kedua, analisis filsafat dari teori-teori keilmuan dengan cara berpikir keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut dengan pembahasan secara eksplisit mengenai postulat, asumsi, dan prinsip yang mendasarinya. Ketiga, mampu mengidentifikasikan masalah yang timbul sekitar disiplin keilmuan tersebut. Teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah. 33 Kerangka teori utama yang digunakan dalam menganalisis permasalahan sertifikasi tanah eks Hutan Tanaman Industri di Desa Buntu Turunan, Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun adalah pokok-pokok pikiran dari Teori Kepastian Hukum. Dalam sejarah perkembangan ilmu hukum, dikenal 3 tiga jenis 31 Ibid, hal. 113-114. 32 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal. 318-321. 33 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006, hal. 26. Universitas Sumatera Utara aliran konvensional tentang tujuan hukum, salah satu di antaranya adalah aliran normatif-dogmatik. Aliran ini menganggap bahwa pada asasnya hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum. 34 Salah satu penganut aliran ini adalah John Austin dan van Kant, yang bersumber dari pemikiran positivistis yang lebih melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom atau hukum dalam bentuk peraturan tertulis. Artinya, karena hukum itu otonom, sehingga tujuan hukum semata-mata untuk kepastian hukum dalam melegalkan kepastian hak dan kewajiban seseorang. Van Kant berpendapat bahwa tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak diganggu dan terjamin kepastiannya. 35 Utrecht menyatakan bahwa tujuan hukum adalah demi adanya kepastian hukum. 36 Beliau secara tegas menghendaki agar tujuan hukum hendaknya diarahkan untuk adanya kepastian hukum. Kepastian hukum, artinya hukum dimungkinkan sebesar-besarnya untuk adanya peraturan umum yang berlaku bagi setiap orang, tanpa melihat latar belakang dan status sosial. 37 Dalam kepastian hukum, maka hukum dalam pengertian yuridis tertulis sangat diagung-agungkan. Dalam sejarah dan teori maupun mazhab hukum, paham kepastian hukum merupakan pengejawantahan dari 34 Ibid, hal. 74. 35 Ibid. 36 Waluyadi, Pengantar Ilmu Hukum dalam Perspektif Hukum Positif, Djambatan, Jakarta, 2001, hal. 44. 37 Ibid, hal. 46. Universitas Sumatera Utara aliran ”legisme”, yang tidak mengakui adanya hukum yang tidak tertulis. 38 Konsekuensinya, faktor-faktor non-yuridis belum mendapat prioritas di dalamnya. Apabila kepastian hukum menjadi tujuan utama dari hukum, maka yang terjadi justru ketidakadilan. Dengan kata lain, tujuan hukum yang hanya memfokuskan pada kepastian hukum akan menyempitkan rasa keadilan tumbuh yang seharusnya menjadi sendi adanya hukum. Tanah eks Hutan Tanaman Industri wajib didaftarkan. Hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 19 UUPA, yang menyebutkan: ”Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.” Tugas untuk melakukan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia dibebankan kepada Pemerintah yang oleh Pasal 19 ayat 1 UUPA ditentukan bertujuan tunggal, yaitu untuk menjamin kepastian hukum. 39 Menurut Penjelasan UUPA, pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah merupakan kewajiban dari Pemerintah bertujuan menjamin kepastian hukum yang bersifat rechtscadaster. Rechtscadaster artinya, untuk kepentingan pendaftaran tanah saja dan hanya mempermasalahkan haknya apa dan siapa pemiliknya, bukan untuk kepentingan lain seperti perpajakan. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi agar pendaftaran tanah dapat menjamin kepastian hukum adalah: 38 Ibid, hal. 47. 39 Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, CV. Mandar Maju, Bandung, 2008, hal. 167. Universitas Sumatera Utara 1. Tersedianya peta bidang tanah yang merupakan hasil pengukuran secara kadastral, yang dapat dipakai untuk rekonstruksi batas di lapangan dan batas- batasnya merupakan batas yang sah menurut hukum. 2. Tersedianya daftar umum bidang-bidang tanah yang dapat membuktikan pemegang hak yang terdaftar sebagai pemegang hak yang sah menurut hukum. 3. Terpeliharanya daftar umum pendaftaran tanah yang selalu mutakhir, yakni setiap perubahan data mengenai hak atas tanah, seperti peralihan hak tercatat dalam daftar umum. Dalam rangka untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum, maka kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah, sedangkan untuk melaksanakan fungsi informasi, data yang berkaitan dengan aspek fisik dan yuridis dari bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar, dinyatakan terbukti untuk umum asas publisitas, sementara dalam hal mencapai tujuan tertib administrasi pertanahan, maka setiap bidang tanah termasuk peralihan, pembebanan dan hapusnya hak atas tanah, dan wajib didaftar. 40 Sebagai teori pendukung digunakan Teori Hukum Rasional menurut pandangan Max Weber, teori mengenai perjanjian dan teori kekuatan mengikat perjanjian sesuai asas-asas perjanjian. Teori perbuatan melawan hukum juga digunakan karena perbuatan melawan hukum mengakibatkan pembatalanpencabutan Berita Acara Musyawarah dan Surat Pernyataan. Pasal 1365 KUH Perdata menyebutkan: ”Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” Sesuai Pasal 1365 KUH Perdata tersebut, perbuatan melawan hukum onrechtmatige daad diartikan secara sempit, yaitu hanya mengenai perbuatan yang langsung melanggar suatu peraturan hukum, namun telah diperluas bahwa perbuatan melawan hukum diartikan sebagai berbuat atau tidak berbuat yang memperkosa hak 40 Ibid, hal. 169. Universitas Sumatera Utara orang lain atau yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pembuat, atau yang bertentangan dengan kesusilaan atau dengan kepatutan dalam masyarakat terhadap diri atau benda orang lain. Untuk menganalisis perlindungan terhadap para pihak yang bersengketa dengan diharuskannya para pihak melaksanakan perjanjian dengan itikad baik, digunakan teori pendukung berdasarkan asas itikad baik. Menurut Ridwan Khairandy, walaupun itikad baik sangat penting dalam hukum kontrak, tapi sampai sekarang permasalahan definisi itikad baik tetap abstrak, tidak universal. 41 Itikad baik dalam konteks Pasal 1338 KUH Perdata harus didasarkan pada kerasionalan dan kepatutan. Itikad baik pra kontrak tetap mengacu pada itikad baik yang bersifat subjektif, yang digantungkan pada kejujuran para pihak. Dalam proses negosiasi, pihak Pemerintah memiliki kewajiban menjelaskan fakta materiil yang berkaitan dengan pokok yang dinegosiasikan, sedangkan pihak yang bersengketa berkewajiban meneliti fakta materiil tersebut. Dalam penelitian ini, apa yang telah dibuat dan disepakati di dalam Berita Acara Musyawarah yang dibuat pada tanggal 6 Juni 2007 yang merupakan musyawarah antara masyarakat Nagori Buntu Bayu dengan Ny. Sarintan Br. Purba yang difasilitasi oleh Yayasan Bina Insani serta Surat Pernyataan yang dibuat oleh Ny. Sarintan Br. Purba pada tanggal 8 Juni 2007 seharusnya dilaksanakan oleh para 41 Ridwan Khairandy, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, Program Pasca Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 347. Universitas Sumatera Utara pihak dengan itikad baik karena apa yang telah disepakati mengikat bagi para pihak yang membuatnya.

2. Konsepsi