Sumber Pendanaan PERKEMBANGAN ORGANISASI PENDIDIKAN JAMAIYAH

40 1922 diadakan sebuah diskusi yang membahas akan masalah kekurangan gedung. Dicetuskanlah untuk membangun sebuah gedung yang memiliki lebih banyak lagi lokalnya, sehingga diharapkan dapat menampung lebih banyak lagi jumlah murid. Dalam keputusan itu pihak Sultan menyetujui untuk mendirikan sebuah gedung baru. Pembangunan gedung baru ini mengambil dana dari wakaf para anggota dan dermawan yang ingin menyumbang guna pembangunan gedung baru ini. setelah dilakukan pengumpulan dana maka terkumpulah dana sejumlah F.36.812. Dengan jumlah dana ini maka pengurus menyerahkan dana tersebut kepada Sultan dengan harapan bahwa Sultan mau untuk menambahi jumlah kekurangannya. Dengan penyerahan dana tersebut maka pada tahun 1923 segeralah dibangun sebuah gedung baru bertingkat dua yang memiliki jumlah 12 lokal. Pada mulanya jumlah lokal yang ada di gedung baru ini berjumlah 6 lokal di lantai bawah, akan tetapi pada lokal di lantai dua yang berjumlah 6 lokal dapat dibagi lagi dan menjadi 12 lokal kecil untuk menampung pelajar yang berasal dari luar kota. Gedung ini dimanfaatkan untuk tempat belajar dan ruang asrama. Gedung ini juga memiliki sebuah aula yang berukuran 10x10 M sebagai tempat beristirahat dan belajar bagi murid yang menginap di asrama. Pembangunan gedung ini memakan biaya sebesar F. 45.000 yang berarti Sultan harus menambahi dana tersebut sebesar F. 8.200, sehingga jelas pula bahwa gedung baru ini merupakan wakaf dari banyak orang.

3.2 Sumber Pendanaan

Setiap lembaga pendidikan harus memiliki sumber pendanaan tidak terkecuali dengan Organisasi pendidikan Jamaiyah ini. sebagai suatu lembaga pendidikan yang Universitas Sumatera Utara 41 pertama berdiri maka mengharuskan pengelola untuk memperoleh pendanaan setiap bulannya demi kelancaran belajar. Hal ini telah diantisipasi oleh kesultanan Langkat, dimana pihak Sultan memberikan sejumlah sumber pendanaan yang menunjang kegiatan belajar-mengajar. Dari tahun ketahun organisasi pendidikan ini mengalami kemajuan yang sangat pesat sehingga membutuhkan pendanaan yang sangat besar. Inilah yang menjadi kendala bagi perkembangan organisasi pendidikan yang berasaskan Islam ini. Sultan memberikan gaji atau honor setiap bulannya dan alat-alat yang diperlukan bagi madrasah ini. disamping itu juga Sultan Abdul Aziz telah memikirkan sumber pendanaan kedepannya dimana ia telah mewakafkan 2 pintu kedai yang terletak di pekan Tanjung Pura. Dengan adanya pemberian 2 unit kedai ini dirasa kurang memadai sehingga Sultan memberikan wakaf yang terakhir diketahui sebanyak 18 kedai sebagai sumber pendanaan organisasi pendidikan yang berasaskan Islam ini. Dari sejumlah kedai yang terdapat di Tanjung Pura bernomor gran raja No 67, 80, 84, 184, 186, 188,190, 217, 219, 229, 285, 287, 315 dan 317. selain kedai yang ada di Tanjung Pura Sultan juga memberikan sejumlah kedai yang berada di Binjai dengan gran No.156 dan 77. 18 Pihak Sultan juga mewakafkan sejumlah perkebunan yang berada yang berada di kampung Dalam, yaitu tanah yang berada disekitar istana lamanya, luasnya mencapai 4,3 Ha, tanah ini dimanfaatkan dengan cara menanami tanaman palawija seperti ubi, kelapa, dan macam jenis lainnya untuk 18 Fahruddin Ray.,Ibid . hlm 5. Universitas Sumatera Utara 42 kebutuhan para muridnya, sisa dari tanaman ini dijual kepasar Tanjung Pura guna kebutuhan oprasional Jamaiyah. Sementara itu dikutip juga iuran sekolah secara sukarela dari para murid yang mengenyam pendidikan di organisasi Jamaiyah ini. Bagi setiap anggota atau murid Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairyah diwajibkan untuk membayar iuran semampunya, tidak ada paksaan untuk membayar mengingat telah adanya sumber pendanaan yang diberikan oleh Sultan. 19 3.3 Keadaan Guru Pada Awal Berdirinya Organisasi Pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah Kemajuan sebuah lembaga pendidikan tidak akan terlepas dari keberadaan seorang tenaga pengajar atau yang biasa disebut dengan guru. Guru merupakan tenaga pendidik yang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya agar menjadi cerdas. Sebagai tenaga pengajar guru juga harus diberikan berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan belajar agar kegiatan belajar-mengajar menjadi lancar. Sebagai salah satu organisasi terkemuka di Sumatera Timur, seperti Jamaiyah tentu saja harus memiliki tenaga pengajar yang sangat handal dan berkompeten dalam bidangnya. Tenaga pengajar banyak yang berasal dari ulama dan guru agama yang telah memahami seluk beluk agama Islam secara mendalam. Disamping itu juga Sultan memberikan beasiswa bagi yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan di Mesir, universitas Al Azhar yang merupakan universitas dimana menerima murid dari organisasi ini. Ada ke istimewaan yang diterima oleh Organisasi pendidikan 19 Wawancara dengan Bapak Zainal Arifin AKA pada tanggal 12 Oktober 2009 di Museum Tanjung Pura. Langkat Universitas Sumatera Utara 43 Jamaiyah dari universitas Al Azhar yaitu setiap siswa yang berasal dari Jamaiyah lulus tanpa seleksi. Kebanyakan para siswa yang telah menamatkan belajar di Al Azhar kembali ke Langkat untuk mengajar di Jamaiyah sebagai guru. Inilah yang membuat organisasi ini semakin maju dan terpercaya sebagai lembaga pendidikan yang berasaskan Islam yang berhasil mendidik para siswanya menjadi orang yang berguna bagi bangsa khususnya bagi Kesultanan Langkat. Setiap pengajar yang diangkat menjadi guru tidaklah sembarangan sebab harus memahami secara mendalam agama Islam secara keseluruhan. Dengan semakin berkembangnnya organisasi Jamaiyah ini maka kekurangan tenaga pengajar semakin terasa, sehingga untuk mensiasatinya adalah dengan mengangkat tenaga pengajar dari tingkatan tertinggi untuk mengajar ditingkatan terendah. Walaupun demikian pengangkatan tenaga pengajar ini tidaklah sembarangan, dimana dipilihlah murid terpandai untuk mengajar. Akhirnya pada tahun 1922 dikirimlah 2 orang guru muda dan disusul lagi oleh seorang guru muda untuk belajar di Mesir. Ketiga orang ini bernama H. Abdullah Affifuddin, H. Abd.Hamid Zahid, H. Abdul Rahim Abdullah. Peran ketiga guru muda ini sangat penting bagi perkembangan Jamaiyah Mahmudiyah maupun bangsa Indonesia Ketiga guru ini pernah menjadi anggota konstituante RI. Ketiga mahasiswa ini belajar di Al Azhar Mesir selama 6 tahun lebih. Pada tahun berikutnya dikirim lagi pelajar ke Mekkah dan Mesir yaitu H. Ibrahim Abd. Halim dan H. O.K. Salamuddin eks Gubernur Muda Sumatera Timur Universitas Sumatera Utara 44 Nama-nama murid yang dikirim ke Mesir dan Cairo untuk menuntut ilmu agama Islam. 20 1. H. Abdullah Affifuddin, di Al Azhar 2. H. Abd.Hamid Zahid, di Al Azhar 3. H.Abdul Rahim Abdullah. di Al Azhar 4. H. Ibrahim Abd. Halim di Al Azhar dan dilanjutkan di Darul Ulum 5. H. O.K. Salamuddin di Al Azhar dan dilanjutkan di Darul Ulum 6. H. Salim Fakhry di Darul Ulum Pada tahun 1935 ke 6 murid ini telah kembali dan mengabdikan ilmu yang mereka dapat untuk organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairyah. sehingga pada tahun-tahun selanjutnya perkembangan pendidikan agama Islam kian bertambah maju dan pesat, dimana guru-guru tersebut dapat menyumbangkan tenaga, pikiran dan ilmunya untuk perkembangan perguruan khususnya dan perkembangan penyiaran agama Islam di Langkat dan di tanah air pada umumnya. Dengan perkembangan dan pertumbuhan murid yang sangat pesat menyebabkan kedua gedung yang sangat megah tidak lagi mampu untuk menampung jumlah murid yang banyak. Secara umum tugas seorang guru yang mengajar di organisasi pendidikan Jamaiyah ini meliputi empat hal yaitu tugas profesi, keagamaan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan. Dengan keempat tugas ini diharapkan dapat memajukan pendidikan di kesultanan Langkat. 20 Wawancara dengan Bapak Fahruddin Ray pada tanggal 11 Januari 2010 di komples Pemda, Stabat. Universitas Sumatera Utara 45

4.4 Keadaan Murid