Aspek-aspek Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

menjadi dua macam yaitu, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. 38 Dalam pengertian kegiatan pembelajaran, motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang yang erat hubungannya dengan tujuan belajar. Sementara motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri individu dan tidak berkaitan dengan tujuan belajar. 4 Apersepsi Yaitu bersatunya memori lama dengan baru pada saat tertentu. Apersepsi itu penting dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui. Tujuannya agar anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru, sekaligus untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan pengetahuan dan keterampilan siswa. 5 Korelasi dan konsentrasi Yang dimaksud korelasi ialah konsep belajar yang membuat hubungan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan mata pelajaran lain untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran. Dengan konsep ini, konsentrasi siswa akan terbentuk dan hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Sehubungan dengan itu, guru dituntut menerapkan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

c. Aspek-aspek Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

1 Tajwid 38 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, Cet. 2 h. 77 Tajwid secara bahasa berasal dari kata jawwada, yujawwidu, tajwidan yang artinya membaguskan atau membuat jadi bagus. Dalam pengertian lain membaguskan menurut lughah, tajwid dapat pula diartikan sebagai: _` ﺏ 0Y Segala sesuatu yang mendatangkan kebajikan . Sedangkan pengertian tajwid menurut istilah adalah: ﻡ Pﻡ. ﺡ a] ﺡ :b ﺏ ] ی U 75Pﻥ. 2M c d e. S._ . fMg Ilmu yang memberikan segala pengertian tentang huruf, baik hak-hak huruf haqqul harf maupun hukum-hukum baru yang timbul setelah hak-hak huruf mustahaqqul harf dipenuhi, yang terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum-hukum madd, dan lain sebagainya. Sebagai contoh adalah tarqiq, tafkhim, dan yang semisalnya. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, ruang lingkup Ilmu Tajwid secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua bagian: a Haqqulharf , yaitu segala sesuatu yang wajib ada lazimati pada setiap huruf. Hak huruf meliputi sifat-sifat huruf shifatul harf dan tempat-tempat keluarnya huruf makharijul harf. Apabila hak huruf ditiadakan, maka semua suara yang diucapkan tidak mungkin mengandung makna karena bunyinya menjadi tidak jelas. Begitu pun lambang suara tidak mungkin diwujudkan dalam bentuk tulisan. Contohnya ialah suara-suara alam yang sukar dipahami. b Mustahaqqul harf , yaitu hukum-hukum baru aridlah yang timbul oleh sebab-sebab tertentu setelah hak- hak huruf melekat pada setiap huruf. Hukum-hukum ini berguna untuk menjaga hak-hak huruf tersebut, makna-makna yang terkandung di dalamnya serta makna-makna yang dikehendaki oleh setiap rangkaian huruf lafazh. Mustahaqqul harf meliputi hukum-hukum seperti Izhhar, Ikhfa, Iqlab, Idgham, Qalqalah, Ghunnati, Tafkhfm, Tarqiq, madd, waqaf, dan lain-lain. Al-Quran merupakan firman Allah yang agung, yang dijadikan pedoman hidup oleh seluruh kaum Muslimin. Membacanya bernilai ibadah dan mengamalkannya merupakan kewajiban yang diperintahkan dalam agama. Seorang muslim harus mampu membaca ayat-ayat al-Quran dengan baik sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah saw.. Inilah salah satu tujuan mempelajari Ilmu Tajwid, sebagaimana diterangkan oleh Syekh Muhammad al-Mahmud rahimahullah: 0 ﻡ hM 0 I Dی[ i5 ﺏ یe 5 یe +. DPgIY Dی5 CP ﻡ V I :b2 Tujuan mempelajari Ilmu Tajwid ialah agar dapat membaca ayat-ayat al-Qur’an secara betul fasih sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi saw., Dengan kata lain ,agar dapat memelihara lisan dari kesalahan-kesalahan ketika membaca kibat Allah Ta’ala . Hukum mempelajari Ilmu Tajwid sebagai disiplin ilmu adalah fardu kifayah atau merupakan kewajiban kolektif. Ini artinya, mempelajari Ilmu Tajwid secara mendalam tidak diharuskan bagi setiap orang, tetapi cukup diwakili oleh beberapa orang saja. Namun, jika dalam satu kaum tidak ada seorang pun yang mempelajari Ilmu Tajwid, berdosalah kaum itu. Adapun hukum membaca al-Quran dengan memakai aturan-aturan tajwid adalah fardu ain atau merupakan kewajiban pribadi. Membaca al-Quran sebagai sebuah ibadah haruslah dilaksanakan sesuai ketentuan. Ketentuan itulah yang terangkum dalam Ilmu Tajwid. Dengan demikian, memakai Ilmu Tajwid dalam membaca al-Quran hukumnya wajib bagi setiap orang, tidak bisa diwakili oleh orang lain. Apabila seseorang membaca al- Quran dengan tidak memakai tajwid, hukumnya berdosa. 39 2 Qiraat Ilmu Qiraat adalah ilmu yang membahas bermacam-macam bacaan qiraat yang diterima dari Nabi saw. dan menjelaskan sanad serta penerimaannya dari Nabi saw.. Dalam ilmu ini, diungkapkan qiraat yang sahih dan yang tidak sahih seraya menisbatkan setiap wajah bacaannya kepada seorang Imam Qiraat. Asal muasal terjadinya perbedaan ini adalah karena bangsa Arab dahulu mempunyai berbagai dialek bahasa latyati yang berbeda antara satu kabilah dengan kabilah lainnya. Dan al-Quran yang ditu-runkan Allah swt. kepada rasul-Nya saw. menjadi semakin sempurna kemukjizatannya karena ia dapat menampung berbagai macam dialek tersebut sehingga tiap kabilah dapat membaca, menghafal, dan mema-hami wahyu Allah. Qiraat yang bermacam-macam ini telah mantap pada masa Rasulullah saw. dan beliau mengajarkannya kepada para shahabat r.a. sebagaimana beliau menerimanya dari Jibril a.s.. Kemudian pada masa shahabat muncul para ahli bacaan al-Quran yang menjadi panutan masyarakat. Yang termasyhur di antara mereka antara lain Ubay bin Kab, Utsman bin Wfan, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Masud, Zaid bin Tsabit, dan Abu Musa al-Asyari. Mereka inilah yang menjadi sumber bacaan bagi sebagian besar shahabat dan tabi’in . Namun dalam perkembangan selanjutnya, perbedaan qiraat ini menghadapi masalah yang serius karena munculnya banyak versi 39 Acep Iim Abdurrahim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, Bandung: Diponegoro, 2003, h. 3-6 bacaan yang semuanya mengaku bersumber dari Nabi saw.. Untuk itu dilakukanlah penelitian dan pengujian oleh para pakar qiraat dengan menggunakan kaidah dan kriteria dari segi sanad, Rasm Utsmani, dan tata bahasa Arab. Setelah melalui upaya yang keras serta penelitian dan pengujian yang mendalam terhadap berbagai qiraat al-Qur’an yang banyak bereda tersebut, ternyata yang memenuhi syarat mutawatir, menurut kesepakatan para ulama, ada tujuh qiraat. Tujuh qiraat ini selanjutnya dikenal dengan sebutan Qiraat Sabab bacaan yang tujuh. Qiraat Satfah ini masing-masing dibawa dan dipopulerkan oleh seorang imam qiraat, sehingga seluruhnya berjumlah tujuh orang imam qiraat. Sebagai penghargaan dan agar mudah diingat, nama-nama mereka selanjutnya diabadikan pada qiraatnya masing- masing. Contohnya: qiraat Ashim, qiraat Naff, qiraat Ibnu Katsir, dan seterusnya. Tetapi patut dipahami, hal ini bukan berarti bahwa merekalah yang menciptakan qiraatnya sendiri. Qiraat yang mereka anut dan gunakan tetap bersumber dari Rasulullah saw. yang diperolehnya secara talaqqi U dari generasi-generasi sebelumnya. 40 3 Makhraj Huruf Makhraj ditinjau dari morfologi berasal dari fi’il madli: yang artinya keluar. Lalu,dijadikan ber-wazan yang ber-sighat isim makan, maka menjadi . Bentuk jamaknya adalah: . Karena itu, makha-rijul huruf yang diindonesiakan menjadi makhraj huruf, artinya: tempat-tempat keluar huruf. Secara bahasa, makhraj artinya: j. 2 k 5ﻡ Tempat keluar . Sedangkan menurut istilah makhraj adalah: ] P ﻡ FX ی l= P U- 57 40 Ibid., h. 9-10 Suatu nama tempat, yang padanya huruf dibentuk atau diucapkan. Dengan demikian, makhraj huruf adalah tempat keluarnya huruf pada waktu huruf tersebut dibunyikan. Ketika membaca al-Quran, setiap huruf harus dibunyikan sesuai makhraj hurufnya: Kesalahan dalam pengucapan huruf atau makhraj huruf, dapat menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan arti pada bacaan yang tengah dibaca. Dalam kondisi tertentu, kesalahan ini bahkan dapat menyebabkan kekafiran manakala seseorang melakukannya dengan sengaja dan sadar. Contoh kesalahan dalam pengucapan makhraj huruf adalah pada ayat segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Jika lafazh dibaca huruf ain berubah menjadi hamzati , maka artinya menjadi: segala puji bagi Allah rajanya segaja penyakit. Contoh lainnya, lafazh ی pada potongan ayat: ی Tiada yang dapat memberi syafaat dibaca ی suara syin berubah menjadi sin, maka artinya menjadi: tiada yang dapat memberikan tempelengan. Demikian pula bila kata ﺵ bersyukur dibaca ﺱ, artinya berubah menjadi mabuk. Cara Mengetahui Makhraj Huruf Untuk mengetahui makhraj suatu huruf, hendaklah huruf tersebut disukunkan atau ditasydidkan, kemudian tambahkan satu huruf hidup di belakangnya, lalu bacalah Tatkala suara tertahan, maka tampaklah makhraj huruf dari huruf yang bersangkutan. Kaidah menerangkan: 5 A7 _0. 3S_X0 . ] P m0 ? 2ﻡ f5g kb ﻥ nPI og0 ﺙ Hendaklah kamu menyukunkan huruf atau mentasydidkannya, lalu masukkan hamzah al-washal alif berharakat. Kemudian ucapkan dan dengarkan . Saat suara tertahan, maka di sanalah letak makhrajnya . 41 Contoh: huruf ba’ menjadi dibaca : ab atau dibaca: abb huruf sin menjadi - dibaca : ab atau dibaca: abb huruf qaf menjad . dibaca : ab atau dibaca: abb 4 Metode Imla dikte Metode imla atau dikte adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan menyuruh peserta didik apa-apa yang dikatakan guru. Alat penyajian bahan yang digunakan guru dalam metode ini adalah bahasa lisan. Sedangkan alat peserta didik yang terutama dalam menyalin bahan pelajaran ialah berupa alat tulis dengan perhatian mendengarkan guru. Manfaatnya: a Membenarkan dan memperbaiki bacaan siswa sebelum mereka menghafal b Memantapkan lisan ketika melafalkan ayat-ayat al-Qur’an secara benar dan tartil. 42

d. Macam-Macam Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran