9 dilakukan di manapun oleh tenaga kesehatan, termasuk rumah sakit. Karena,
berdasar pada etika kesehatan yang menyatakan, bahwa mutilasi pada organ tubuh manusia yang tidak perlu, tidak boleh di lakukan oleh tenaga medis.
Melihat fenomena praktek sirkumsisi perempuan di Indonesia yang semakin marak, bukan hanya dilakukan oleh dukun tradisional namun juga sudah
menjalar ke rumah sakit yang pelakunya melibatkan dokter, bidan dan tenaga medis. Ternyata, menggugah Departemen Kesehatan Republik Indonesia depkes
RI pada tahun 2006 untuk menerbitkan surat edaran yang berisi pelarangan tindakan medikalisasi sirkumsisi perempuan. Depkes menggugat tatanan budaya
dan tradisi yang memberikan jalan berlangsungnya praktek sirkumsisi yang dinilai merugikan organ seksualitas kaum perempuan karena tidak sesuai dengan etika
medis. Namun anjuran depkes atau tenaga kesehatan yang melarang tindakan
medikalisasi sirkumsisi perempuan pada tahun 2006 lalu, tidak hanya
mengejutkan masyarakat namun, juga menyulut kontroversi antara tokoh agama khususnya MUI dan kalangan kesehatan. Apakah benar ritual sirkumsisi
perempuan berdasar dari nash-nash agama? atau hanya suatu budaya pra-Islam yang akhirnya dikategorikan sebagai bagian dari ajaran Islam? dan mengapa ahli
kesehatan melarang tindakan medikalisasi sirkumsisi perempuan? apakah titik sentral yang menjadi polemik dan perdebatan antara tokoh agama dan kesehatan?
Berangkat dari narasi dan pertanyaan di atas penulis tertarik mengangkat
tema tersebut kedalam sebuah skripsi dengan judul “Sirkumsisi Perempuan Perspektif Hadis dan Ahli Kesehatan WHO”
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa hal yang dijadikan dasar pelakasanaan penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana hadis tentang sirkumsisi perempuan?
2. Bagaimana kualitas hadis sierkumsisi perempuan?
3. Mengapa sirkumsisi merupakan anjuran dari para ulama?
4. Bagaimana pendapat ulama kontemporer?
10 5.
Bagaimanakah status sirkumsisi perempuan menurut hadis? 6.
Kenapa sirkumsisi perempuan dilarang oleh ahli kesehatanWHO? 7.
kenapa masih banyak praktek prosedur sirkumsisi? 8.
Apa yang menjadi perdebatan sirkumsisi perempuan antara muhaddisin dan ahli kesehatan WHO?
9. Apakah yang menjadikan ahli kesehatan WHO melarang sirkumsisi
perempuan? Melihat banayknya pertanyaan-pertanyaan tentang sirkumsisi penulis
membatasi pada pembahasan ini yaitu menelusuri status sirkumsisi perempuan persfektif hadisargumentasi ulama, mencari titik pelarangan sirkumsisi
perempuan menurut ahli kesehatan WHO, bagaimana sejarah sirkumsisi perempuan prosedurnya. Pembatasan ini adalah untuk tidak meluasnya
pembahasan tentang sirkumsisi perempuan. Agar lebih sfesifik lagi, penulis merumuskan pembahasan:
1. Apa status sirkmsisi perempuan perspektif hadis dan argumentasi ulama? 2. Dimana letak kontroversi yang diperdebatkan antara Ulama hadis dengan
Ahli kesehatan WHO word health organizazion?
C. Kajian Pustaka
Melalui penelusuran kepustakaan kebeberapa tempat, penulis mendapati
penelitian tentang, Khitan dalam Perspektif Hadis. Zakiyah, Khitan dalam
Perspektif Hadis. Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syahida Jakarta 2005 Dalam skripsi tersebut di ungkap
hal-hal yang menjelaskan Khitan dalam hadis-hadis Rasulullah dan membahas hadis-hadis yang berbicara tentang Khitan perspektif hadis, disini berbeda dengan
penulis yasng ingin jelaskan tentang kontropersi menurut hadis dan kesehatan. Fiqh khitan perempuan. Dr Ahmad Lutfi Fathullah, Fiqh khitan
perempuan al-Mughni pres. Cet ke-2 Jakarta 2006 Di dalam buku ini menjelaskan tentang pendapat ulama kontemporer dan
juga pendapat ulama fiqh 4 mazhab, serta bagaimana hukum khitan perempuan dalam pandangan Islam.
11 Khitan perempuan. Jamaluddin, Khitan Perempuan, skripsi, Sekolah
Tinggi Agama Islam Darunnajah, dibawah bimbingan Dr.Ibu Huzaimah, tahun 2001, skripsi ini menjelaskan tentang hukum sirkumsisi perempuan.
Oleh karena itu, penulis mengambil tema mengenai sirkumsisi perempuan, studi
analisis kritis sirkumsisi perempuan perspektif hadis dan ahli kesehatan who, pembahasan yang dikaji tentunya berbeda dari fokus karya-karya di atas. Disini
menulis akan menganalisa kenapa sirkumsisi dilarang oleh ahli kesehtan who, di lain sisi menurut hadis ulama tidak ada pelarangan sirkumsisi bagi perempuan.
D. Metode Penelitian