Hadis-Hadis Tentang Sirkumsisi Perempuan dan Kualitasnya

48

BAB III HADIS SIRKUMSISI PEREMPUAN DAN PENOLAKAN AHLI

KESEHATAN WHO WORD HEALTH ORGANIZAZION

A. Hadis-Hadis Tentang Sirkumsisi Perempuan dan Kualitasnya

Walaupun tidak ditemukan hadis tentang cara sirkumsisi perempuan, namun terdapat satu atau dua hadis yang mengisyaratkan cara khitan perempuan. Diantaranya hadis Ummu Atiyyah yang diriwayatkan dengan dua versi. 1. Hadis pertama : : ، . : ، . 154 Artinya: “Dari Ummu ‘Athiyah r.a, beliau berkata bahwa ada seorang juru sirkumsisi para wanita Madinah, Rasul SAW mendatanginya dan bersabda kepadanya:”Jangan berlebihan, karena hal itu adalah bagian kenikmatan perempuan dan kecintaan suami.” Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW. bersabda: “Potong ujungnya saja karena hal itu membuat wajah perempuan berseri dan bagian kenikmatan suami.” a. Periwayat dan Sanad Hadis: Hadis di atas diriwayatkan oleh Abû Dâ’ûd dari Sulaiman ibn Abd al-Rahman dan Abd al-Wahhab dari Marwan dari Muhammad ibn Hassan dari Abd al-Malik ibn Umayir dari Ummu Atiyyah . sebagai hadis daif dengan beberapa alasan: Pertama, Muhammad ibn Hassan adalah perawi yang tidak dikenal, dan diriwayatkan melalui jalan lain yang mursal dan tidak kuat. Kesimpulannya, hadis ini adalah daif? 154 Hadis ini dikeluarkan oleh Abû Dâ’ûd, Sunan Abû Dâ’ûd, nomor hadis 5271. Dari media program CD, al-Maktabah al-Alfiyah li al-Sunnah al-Nabawiyah. Lihat Abû Dâ’ûd, Sunan, hadis no. 4587 49 2. Hadis kedua ، ، ، ، ، al-Dahhak diceritakan bahwa di kota Madinah terdapat seorang perempuan tukang sunatyang bernama Ummu A-tiyyah, lalu Rasulullah saw memperingatkannya dengan bersabda: Wahai Ummu Atiyyah, sunatilah, tapi jangan berlebihan ketika memotong, karena sesungguhnya hal itu kbih mencerahkan wajah dan kbih disukai oleh suami. Hadis ini sama dengan yang pertama di atas, diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak, al-Baihaqi dalam Sunan al-kubra dan al-saghir, Abu Nuaim dalam al-Marifah, al-Tabarani dalam al-Mujam al-Kabir dan Ibn Adiy dalam al- Kamil. Kesemuanya melalui yang disifatkan daif. Ibn Hajar al-Asqallani yang mengupas panjang jalur periwayatan hadis ini menyimpulkan keda’ifan. 155 Hadis ini diriwayatkan juga oleh al-Tabarani dalam al-Mujam al-aivsat dan al-saghir dari Anas melalui Ahmad ibn Yahya, dari Muhammad ibn Sallam al-Jumahi, dari Zaidah ibn Abi al-Ruqqad, dari Tsabi al-Bunani dari Anas dengan lafaz yang hampir sama. Al-Haitsami mengatakan bahwa sanad ini hasan. 156 Al-Tabarani sendiri mengatakan bahwa, tidak ada yang meriwayatkan hadis ini dari Anas kecuali Tsabit, dari Tsabit kecuali Zaidah dan dari Zaiidah kecuali Muhammad ibn Sallam. Melalui jalur yang sama al-Baihaqi dan al-Khatib dalam Tarikh Baghdad. 157 Menurut penulis, sanad al-Tabarani dari Anas ini juga daif, Zaidah dikatakan oleh al-Bukhari, al-Nasaî dan Ibn Hajar sebagai munkar al-hadis. Ibn Hajar juga mengisyaratkan kedazfennya dengan menukil pendapat al-Bukhari, Ibn Adiy dan al-Tabarani ker ena ke,munkamn sendiriantunggal jalur periwayatan 155 al-Hakim, al-Mustadrak, jil. 3,. 524-525; al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, jil. 8,. 324 dan al-Sunan al-Saghir, jil. 2,. 281-282, hadis no. 3712;. Lihat kajian lengkapnya dalam Ibn Hajar, Talkhis al-Habir, jil. 4,. 1408, hadis no. 1806 yang dinukil juga oleh al-Syaukani dalam Nailal- Autar, jil. 1,. 137-139. 156 al-Tabarani, al-Mujam al-Ausat, jil. 3, hal. 133, hadis no 2274; al-Tabarani, al-Mujam al-saghir, jil. 1,. 47-48; Al-Haytsami, Mama al-Zawaid, jil. 5, 175 157 al-Khatib, Tarikh Baghdad, jil. 5,. 327. 50 ini, dan dilakukan oleh mereka yang tidak kuat jika meriwayatkan senditian seperti Zaidah dan Muhammad ibn Sallam. 158 Selain itu, riwayat ini bertentangan dengan riwayat Abû Dâ’ûd sebelumnya, di mana pada riwayat ini tukang sunatnya adalah Ummu Atiyyah, sedangkan riwayat Abâ Dâûud, tukang sunatnya adalah orang lain. Kesimpulannya, hadis Ummu Atiyyah dengan dua versinya adalah daif. 3. Hadis ketiga yang diriwayatkan dari Ibn Umar yaitu ، ، ، ، Dari ibn umar Rasululiah saw bersabda: Wahai kaum perempuan Ansar, gunakan pacar pemerah kuku dan tangan dengan cara mencelupnya, dan sedikit sajalah dalam mengkhitan, jangan sampai berlebihan. Karena hal itu akan lebih disenangi suami-suami kalian. Dan janganlah kalian sampai menjjngkari kebaikan yang telah kalian terima. a. Periwayat dan Sanad Hadis Hadis diriwayatkan oleh al-Bazzar dari Nafi dari Ibn Umar melalui Mindal Ibn Ali sebagaimana dikatakan oleh al-Haitsami dan Ibn Hajar. Keduanya berkata, Mindal perawi yang daif? 159 Hadis diriwayatkan oleh Ibn Adiy dari Salim dari Ibn Umar melalui Khalid ibn Amru al-Qurasyi. Ibn Adiy berkata: bahwa hadis ini buatan Khalid. Ibn Hajar mengutip kondite Khalid yang disifatkan oleh Ibn Main sebagai pendusta dan oleh Saleh Jazarah sebagai pemalsu hadis. 160 b. Fiqh Hadis Jika hadis ini akan digunakan, maka jelas sekali terdapat perbedaan cara pelaksanaan khitan antara laki-laki dan perempuan. Dan jelas sekali 158 Lihat biografi Zaidah dan Muhammad ibn Sallam dalam kitab-kitab al-Tarikh al- Kabir, jil. 3,. 433; al-Kamil, jil. 4,. 195; Mizan al I’tidal jil, 3,. 95 dan jil. 6,. 170-1 71; al- Majruhin, jil. 1, 308; al-kasyif, jil. 1,. 402; Taqrib al-Tahzib,. 213. 159 Al-Haitsami,Majmaal-Zaivaid, jil. 5,. 174-175;Ibn Hajar dalam kitabnya: Talkhis al- Habir, jil. 4, hadis no. 1806; dan Taqrib al-Tahzib,. 545. 160 Ibn Adiy, al-Kamil, jil. 3. 457; Lihat juga biografi Khalid dalam Ibn Hibban, al- Majruhin, jil. 1, hal. 283; al-Zahabi, Mizan al-I’tidal, jil. 2,. 419-420; Ibn Hajar, Taqrib al-Tahzib,. 189. 51 Rasulullah saw hanya memperbolehkan pemotongan itu dilakukan dengan syarat tidak berlebihan, sehingga tidak mengurangi fungsi seksual dan dampak psikis. 4. Hadis Apakah Perempuan itu benar-benar disirkumsisi Pembuktian adanya kebiasaan khitan perempuan di zaman Rasulullah saw agak sulit. Tidak atau belum ditemukan teles yang secara tegas menunjukkan perempuan dikhitan di zaman Rasulullah saw kecuali hadis tentang Ummu Atiyyah sebagaimana yang sudah dijelaskan. Berbeda dengan laki-laki yang riwayat dan ceritanya lengkap, banyak dan jelas, antara lain cerita praktek Rasulullah Saw terhadap cucu beliau, Hasan dan Husein, kisah khitannya cucu perempuan beliau, yaitu Ruqoyah dan Hafsah, tidak ditemukan sama sekali. Lalu, tidak ditemukannya kisah khitannya cucu perempuan Rasulullah saw berdampak pada perbedaan ulama tentang status hukum sirkumsisi perempuan dan pembedaan pendapat menurut beberapa ulama fiqh. Sedangkan anak-anak perempuan Rasulullah saw seperti Fatimah, Ruqoyah, Zainab dan Ummi Kultsum, meski tidak terekam kisah-kisah sirkumsisi mereka, namun tidak dapat dijadikan dalil karena mereka semua adalah anak dari istri nabi pertama yaitu Khadijah. Sedangkan beliau wafat di Makkah tahun ke-5 Kenabian. Ini berarti putri-putri Rasulullah saw semua lahir di Makkah dan pada saat di Makkah, banyak syariat yang belum diperintahkan. Jika ingin mengatakan bahwa ada kemungkinan syariat khitan belum turun di Makkah, karena putri-putri Rasulullah saw tidak disirkumsisi, maka analisa ini tidak dapat dibenarkan untuk diterapkan kepada cucu perempuan baginda. Sebab, semua cucu perempuan beliau lahir dan besar di Madinah. Mengenai dikhitannya Hasan dan Husen dapat dilihat dalam hadis berikut ini : Dari Aisyah beliau berkata: Hasan dan Husen dikhitan pada hari ke-7 dari kelahiran kedaanya. 161 161 Hadis Riwayat al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, Jil. 8, hal. 324. Lihat juga al-Hakim, al- Mustadrak, jil. 4,. 327. 52 Dari Jabir Rasulullah saw bersabda: Aqikahkanlah untuk Hasan dan Husen, dan khitani kedua-duanya pada hari ke tujuh 162 Disamping kisah di atas, beberapa hadis yang secara tekstual menunjukkan bahwa perempuan itu dikhitan, seperti lafaz : َن ﺎ ﺘ ﺨ ﻟ ا ًن ﺎ ﺘ ﺨ ﻟ ا ن ﺎ ﻧ ﺎ ﺘ ﺨ ﻟ ا dua yang dikhitan atau yang dikhitan dengan yang dikhitan dapat dianalisis, apakah itu bahasa kias atau bukan. Adapun satu contoh hadis yang terdapat kata khitan: : ﳋ ﺎ ﺑ Hurairah, Rasulullah saw bersabda: Jika sudah bersatu keempat paha, dan bersentuhan dua barang yang dikhitan, maka sudah jatuh keivajiban mandi. Lafaz ini -adalah riwayat Abû Dâ’ûd? 163 a. Riwayat dan sanad Hadis Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Abû Dâ’ûd, Ahmad, al-Darimi dan Iain-lain dari Abû Hurayrah dengan lafaz yang berbeda, ada yang secara ringkas ada yang seperti di atas, perinciannya: Lafaz al-Bukharî: 164 , Lafaz Muslim: 165, Lafaz Abû Dâ’ûd: 166 , Lafaz al-Nasai: 167 , Lafaz Ibn Majah: 168 , Lafaz Ahmad: 169 , Lafaz al-Darimi: 170 , Lafaz riwayat Aisyah. Dalam Sunan al-Tirmizi: 171 , Dalam Sahih Muslim: 172 , Dalam Sunan Ibn Majah: 173 , Lafaz Malik dalam Muwatta 174 162 Hadis al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra ,jil. 8,. 324. 163 al-Khitan sendiri seperti telah dijelaskan di atas, secara bahasa berasal dari kata-kata Khatana, yang berarti tempat dipotong baik pada laki-laki maupun perempuan. 164 Al-Bukhari, al-Sahih, hadis no. 282. 165 Muslim, al-Sahih, hadis no. 525 dan 526. 166 Abû Dâ’ûd, al-Sunan, hadis no. 186. 167 Al-Nasai, al-Sunan, hadis no. 191 dan 192. 168 Ibn Majah, al-Sunan, hadis no. 602. 169 Ahmad, al-Musnad, hadis no. 6900, 8220, 8744, 9702, 10324, 10326,23673. 170 Al-Darimi, al-Sunan, hadis no. 754. 171 Al-Tirmizi, al-Sunan, hadis no. 101. 172 Muslim, al-Sabih, hadis no. 527. 173 Ibn Majah, al-Sunan, hadis no. 600. 53 b. Fiqh Hadis Jika hadis di atas lafaz Abû Dâ’ûd dari Abu Hurairah dan al- Tirmizi dari Aisyah diartikan secara harfiah, maka hal itu menunjukkan bahwa perempuan-perempuan muslimah adalah disunat. Namun jika hadis yang sama dengan riwayat lain, maka kata dua barang yang dikhitan adalah bahasa kiasan pengganti zakarpenis dan farjvagina. Riwayat yang lain, menunjukkan bahwa kata khitanan adalah kinayahkebiasan yang boleh jadi bukan bahasa Rasulullah saw.

B. Pemahaman Ulama Terhadap Hadis Sirkumsisi