15
Dahulu sebelum menggunakan pada ujung masjid berupa kubah kecil, masyarakat Jawa pada umumnya menggunakan atap yang dibuat dari tanah liat
yang bakar atau benda lainnya yang memberi tekanan pada keruncingan, atau disebut dengan mustaka. Pada masjid-masjid di desa, penggunaan kubah pada
umumnya hanya pada bagian puncak atau ujung pada masjid saja, sedangkan pada atapnya masih menggunakan bentuk tumpang. Gambar 2.5. Hal ini yang
membuat bentuk masjid dengan penggunaan atap maupun puncak berbentuk kubah semakin berkembang. Rochim, 1983
Gambar 2.5 Masjid yang menggunakan kubah kecil pada bagian ujung atapnya Sumber : http:divanikaligrafi.com
2.7 Penampilan awal penggunaan kubah masjid di Sumatera
Menurut Kurniawan Kusumawardhani, 2012 bahwa kubah pertama digunakan di masjid Hindia Belanda yang ditemukan di pulau Penyengat, Riau
yang dibangun oleh keturunan Bugis Kesultanan Riau. Masjid ini dirancang oleh seorang arsitek India dari Singapura yang ditugaskan oleh Sultan Abdurrahman
yang dipertuan muda Riau VII pada tahun 1832 dan selesai pada masa pemerintahan saudaranya, Raja Ali 1844-1857. Letaknya dekat pantai timur
Universitas Sumatera Utara
16
menghadap kota Tanjung Pinang, yang menurut Matheson adalah untuk berdiri sebagai tantangan islam dengan kafir di air. Rencana masjid Penyengat
mencerminkan dari pengaruh kuil India, yang diperkaya dengan empat menara bergaya Ottoman dan motif budaya melayu Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Kubah masjid di Pulau penyegat, Riau Sumber : Kurniawan Kusumawardhani, 2012
Kubah terdiri dari empat sisi heksagonal dan segi delapan dan kubah terbuat dari pasir, kerikil dan semen. Sementara kubah utamanya didukung oleh
empat kolom. Menurut sumber-sumber lokal, campuran bahan putih telur dan kapur ditambahkan untuk memperkuat struktur kubah.
Masjid kubah yang kedua yaitu masjid Al-Oesmani di Labuhan Deli 1870-1872, yang dirancang oleh arsitek Jerman GD Langereis, rasa Eropa untuk
menafsirkan dan pencampuran budaya Islam Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Kubah masjid Deli pada tahun 1870 Sumber : Kurniawan Kusumawardhani, 2012
Universitas Sumatera Utara
17
Langeries menerapkan struktur kubah dengan bentuk segi delapan dengan bahan tembaga pada bagian atapnya. Pada bagian eksterior menunjukkan
campuran gaya arsitektur Moor dan arsitektur Mughal. Ada lima kubah dengan bahan tembaga pada bagian atap. Ruang utama masjid ditutupi dengan kubah
utama yang cukup besar dengan bahan tembaga dengan bentuk segi delapan oktagoal. Berat kubah pada masjid ini diyakini lebih dari 2,5 ton. Langit-langit
pada masjid ini dibuat dengan bahan kayu dengan bentuk melengkung mengikuti bentuk kubah. Meskipun struktur kubah tidak bisa dilihat, informasi dari
manajemen masjid mengatakan bahwa frame atau struktur besi yang digunakan adalah sebagai struktur utama pada kubah.
Masjid kubah ketiga yaitu masjid Baiturrahman di Aceh 1879-1881. Masjid Baiturrahman yang terletak di jantung Kutaraja Banda Aceh. Pada
bagian Barat dan sisi Utara dari masjid ini yang selamat dari serangan tsunami pada tahun 2004, yang secara langsung berdekatan dengan pasar Aceh pasar
tradisional Aceh. Perbatasan pada sisi Selatan adalah daerah taman Sari. Di bagian sisi Timur di mana terletak pintu masuk utama yang memiliki gerbang dan
menara yang terletak secara simetris. Masjid ini memiliki tujuh kubah dan dengan empat menara, telah mengalami beberapa perubahan dan renovasi sebelum
mencapai bentuk kubah masjid yang sekarang Gambar 2.8.
Universitas Sumatera Utara
18
Gambar 2.8 Kubah masjid Baiturahman pada tahun 1879 Sumber : Kurniawan Kusumawardhani, 2012
Masjid baru Baiturrahman mengingatkan gaya arsitektur Arab, Eropa klasik dan gaya arsitektur Moorish. Gaya arsitektur Moorish yang jelas di
tunjukkan dari pintu interior dan dari bagian depan. Penggunaan bentuk geometris sebagai unsur utama dari ornamen dekoratif termasuk motif Arab yang natural
dan rencana bentuk masjid adalah bentuk salib terbalik. Pada bagian atap di tutupi oleh kubah utama dengan karakteristik
arsitektur Mughal. Bentuk kubah dasar tampak seperti tambur yang berbentuk segi delapan. Kubah terbuat dari struktur kayu dengan satu kolom besar ditengah
sebagai kolom utama yang digunakan untuk mendukung membentuk kubah bawang nya. Struktur ini di tutupi oleh papan kayu yang di panaskan untuk
mendapatkan bentuk yang melengkung. Akhirnya, kubah ditutupi oleh atap sirap kayu yang cukup keras.
Universitas Sumatera Utara
19
2.8 Tipologi penggunaan awal kubah masjid di Sumatera