Defenisi Kubah Sejarah Kubah

8 Semiotika sangat dikaitkan dalam ilmu arsitektur dan ilmu bahasa, dikarenakan dalam konteks arsitektur, objek yakni ruang, tempat atau alat-alat yang digunakan oleh manusia merupakan suatu sarana komunukasi yang cukup luas Dharma, 2006. Ilmu semiotika mulai digunakan pada dunia arsitektur sejak era post-modern yaitu pada era tersebut para arsitek mulai menyadari adanya kesenjangan sosial antar pembuat desain arsitek dengan pemakai desain penghuni. Para arsitek melihat bahwa masyarakat tidak memahami terhadap desain yang mereka ciptakan. Untuk itu para arsitek berkeinginan untuk mengajak masyarakat agar mereka dapat memahami karya-karya arsitektur dengan sebuah bentuk komunikasi, tanda ataupun simbol. Sehingga diperlukannya pemahaman terhadap pemikiran mengenai semiotika yakni ilmu tentang tanda yang mana terdapat suatu makna dalam setiap unsur tanda tersebut Dharma, 2006

2.2 Defenisi Kubah

Bentuk kubah telah dikembangkan selama ratusan tahun oleh banyak kelompok masyarakat di berbagai belahan dunia. Sejarah mengenai perkembangan dari bentuk kubah beserta fungsinya sangat luas dan kaya akan makna bahkan telah menjadi simbol semiotik yang khas bagi berbagai agama, budaya dan peradaban tertentu. Kubah adalah atap melingkar dengan bentuk setengah lingkaran setengah bola yang banyak digunakan di wilayah Mediterania pada bangunan-bangunan besar. Kubah sering digunakan karena dengan alasan konstruksi kubah bisa mengatasi ruang yang cukup lebar tanpa kolom Indraswara, 2008 Universitas Sumatera Utara 9 Kubah merupakan salah satu unsur arsitektur yang mendasar sebagai bentuk bangunan dan selalu digunakan di tempat tertinggi di atas bangunan sebagai penutup atap. Bentuk dari kubah tidak hanya memiliki permukaan bagian luarnya saja, tetapi juga memiliki bagian ruang dalam dan organisasi ruang dimana arsitektur berada pada potensi yang paling tinggi Wahid dan Alamsyah, 2013

2.3 Sejarah Kubah

Menurut Sopandi, 2013 dalam buku sejarah arsitektur, perkembangan arsitektur di Eropa Timur dan di Timur Tengah banyak mewarisi berbagai inovasi yang dikembangkan pada masa kejayaan Romawi. Selain karena perkembangan teknologi membangunnya, bangsa Romawi sangat berpengaruh karena kekuasaan politiknya yang luas, mencakup daratan yang mengelilingi laut Mediterania. Pada puncak kejayaannya, mulai dari abad 4 SM sampai dengan 400 M, Roma sempat mengembangkan infrastruktur kota yang canggih di daerah-daerah kekuasaannya. Perkembangan arsitektur islam juga tidak lepas dari berbagai pengaruh arsitektur peradaban-peradaban yang mendahuluinya. Islam berkembang menjadi sebuah kekuatan politik yang cukup penting dan peradaban besar sejak abad ke-7. Bangsa Arab mengasimilasi berbagai kebudayaan dan mewarisi keahlian berbagai suku bangsa lain, ilmu hitung dan matematika dari India, keahlian membangun dari Persia, keahlian membangun kubah dari Bizantium, dan keahlian pembuatan dinding dari Armenia. Selain itu kebudayaan islam juga mengadopsi berbagai bentukan ruang dan elemen arsitektur. Tidak jarang arsitektur islam mewarisi Universitas Sumatera Utara 10 bangunan-bangunan keagamaan dan situs-situs pra-islam yang dialihfungsikan menjadi bangunan ibadah yakni masjid Sopandi, 2013. Zaman Bizantium merupakan zaman perkembangan arsitektur yang berpengaruh besar dalam arsitektur masjid, dimana Konstantinopel sekarang Istanbul di bangun sebuah gereja sangat besar pada waktu itu yang disebut Hagia Sophia. Pada gereja inilah dibuat kubah, kemudian penggunaan kubah menjadi ciri dari arsitektur Bizantium. Pada zaman Bizantium banyak pula di bangun gereja dengan bentuk kubah sebagai mahkota di bagian atas pada bangunan. Tidak sedikit gereja lain yang sejaman memaka i “kubah palsu” bahkan memodifikasi menjadi bentuk bawang, yaitu kubah yang runcing di atas, menggelembung di tengah seperti bawang onion dome . Bahkan bentuk kubah tidak sedikit hanya dipakai sebagai hiasan dan hanya berbentuk kecil, misalnya pada amortizement dan puncak dari sebuah minaret, misalnya pada banyak mesjid dan makam muslim kuno di India. Pada masjid-masjid kuno dan baru di Arab, Mesir dan lain-lain. Kubah selain menjadi penghias juga menjadi tanda memperkuat arah kiblat, diletakkan di depan di atas dari mihrab. Keberadaan kubah pada masjid seperti adanya kolom dalam haram dan menjadi polemik yang berkepanjangan dan kini ada yang memandang kubah sebagai simbol atau identitas dari bangunan masjid. Menurut Sumalyo, 2006 dalam buku arsitektur masjid, masjid dapat diartikan sebagai tempat dimana saja orang untuk bersembahyang bagi umat Universitas Sumatera Utara 11 muslim. Kata masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali di dalam al-quran, yang berasal dari kata Sajada-Sujud,yang berarti patuh, taat, serta tunduk penuh hormat dan takzim. Sujud dalam syariat adalah berlutut, meletakkan dahi, kedua tangan ke tanah adalah bentuk yang nyata dari arti kata tersebut di atas. Oleh karena itu bangunan yang dibuat khusus untuk shalat disebut masjid yang artinya tempat untuk bersujud. Menurut Huthudi Subekti, 2004 perkembangan kubah berkaitan erat dengan perkembangan bahan ataupun material. Pada abad ke-19 terjadi suatu revolusi industri yang memberikan hasil yang luar biasa, khususnya untuk bidang pembangunan. Revolusi industri terjadi karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maju. Hasil revolusi industri ini membawa serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berupa bahan bangunan. Dengan hasil ini maka bahan bangunan yang telah ada seperti bahan alami seperti batu, kayu, bata dan beton ditambah dengan bahan bangunan baru yaitu besi dan baja.

2.4 Defenisi Struktur kubah