Perkembangan Anakan Kedua Spesies Kuntul

2000, sedangkan pada pengukuran dilapangan suhu berada dibawah 24ºC hal ini yang menjadi penyebab adanya telur busuk sehingga gagal menetas.

4.5.4. Perkembangan Anakan Kedua Spesies Kuntul

Anakan Kuntul termasuk tipe semi altricial, dimana waktu menetas mata sudah terbuka, sudah memiliki bulu natal yang jarang, tetapi pergerakannya masih sangat lemah sehingga tidak dapat meinggalkan sarang dan memerlukan pemeliharaan oleh induknya. Proses penetasan telur Kuntul dimulai saat anakan dalam telur membuat lubang kecil pada dinding telur, keesokan harinya lubang ini akan membesar dan akan membentuk retakan yang melingkari hampir seluruh cangkang telur, proses ini membutuhkan waktu sampai satu hari baru anakan terbebas dari cangkang. Waktu penetasan biasanya terjadi pada sore hari hingga dini hari. Pada beberapa anakan proses penetasan ini ada yang tidak berhasil, anakan hanya mampu membuat lubang kecil dan setelah itu selanjutnya tidak berjalan lancar sehingga perlu bantuan dari induknya. Karakteristik perkembangan tubuh anakan kuntul dapat dilihat pada Tabel 10. Kedua anakan dari kedua jenis Kuntul ini pada hari ke 18-24 hari sudah sulit untuk dijangkau, perbedaan antara anakan Kuntul besar dan Kuntul kecil diringkas pada Tabel 11. Data pertambahan berat dan pertumbuhan rata-rata dari paruh culmen, sayap ulnar dan kaki tarsometatarsus terdapat pada lampiran 8 dan lampiran 9. Data rata-rata dari hasil pengukuran terhadap 13 anakan Kuntul besar dan 14 anankan Kuntul kecil Gambar 5, gambar 6 dan gambar 7. Umur anakan diketahui dengan mengetahui tanggal penetasannya saat menetas = 0 hari, tetapi ada yang diduga umurnya berdasarakan karakteristik tubuh yang dicocokkan dengan data yang sudah ada. Anakan Kuntul besar yang baru menetas memiliki berat 22,20 g h=0, sedangkan anakan Kuntul kecil yang baru menetas memiliki berat 14,72 g h=0. Data berat dan ukuran tubuh yang diperoleh bagi anakan yang baru menetas hanya satu, hal ini untuk menghindari agar anakan tidak stres dan dapat terhindar dari kematian. Berikut dapat dilihat karakteristik perkembangan tubuh anakan kedua kuntul Tabel 10. Tabel 10. Karakteristik Perkembangan Tubuh Anakan Kuntul besarEgretta alba dan Kuntul kecilEgretta garzetta di Kawasan Tambak Desa Tanjung Rejo. Usia ke Keterangan Mata Terbuka, bulu natal jarang dan seluruhnya berwarna putih, warna tubuh merah tua sampai coklat muda, kulit transparan, cakar pendek berwarna putih transparan, belum ada pergerakan lemah 3 Dapat berpindah-pindah tempat dalam sarang sudah dapat duduk dengan sayap sebagai penyangga, leher mulai kuat dan perut mulai buncit. 6 Papila pertama dari bulu-bulu juvenal mulai tumbuh pada bagian humeral dan scapular bahu, diikuti dengan papila pada bagian ventral. Kulit kehijauan, pangkal dan ujung paruh mulai menghitam Kuntul kecil dan kuning Kuntul besar. 9 Sudah bisa berdiri di atas kakinya, suara lebih nyaring. Papila dibagian caudal ekor mulai tumbuh, sedangkan ujung-ujung bulu dibagian scapular dan humeral mulai keluar dari selubungnya. 13 Mulai berjalan keluar dari sarang dan betengger-tengger di ranting- ranting pohon sekitar sarang berada dan kembali ke sarang pada saat diberi makan. Ujung-ujung bulu primer dan sekunder mulai keluar dari selubungnya. 18 Bulu-bulu juvenil hampir menutupi diseluruh badan dan sayap, kecuali bagian kepala. Di bagian ekor, ujung-ujung bulu mulai keluar dari selubungnya 21 Sudah dapat meninggalkan sarang dan bergerak melompat dari satu ranting ke ranting berikutnya tetapi belum dapat terbang 30 Meninggalkan sarang, mulai belajar terbang pada jarak-jarak yang pendek dan terdekat saja. Catatan: Perkembangan Anakan Tidak Jauh Berbeda, hanya setelah umur 18 hari Kuntul besar sudah sulit untuk ditangkap. Dari Tabel 10 dapat dilihat karakteristik dari Perkembangan kedua anakan Kuntul besar dan Kecil tidak berbeda jauh, keduanya cenderung memiliki kesamaan dalam pertumbahan baik itu culmen, ulnar, tarsometatarsus atau berat tidak berbeda jauh, yang membedakan keduanya hanya pada morfologinya mengikuti morfologi masing-masing induk. Setelah menetas, burung mengalami berbagai tahapan pertumbuhan dan perkembangan organ untuk menunjang proses kedewasaannya. Salah satu organ yang khas dari burung adalah bulu. Hampir seluruh tubuh burung ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya keluar menutupi epidermis sehingga terbentuklah bulu penutup tubuh plumae. Menurut Suprijatna 2005, berbagai variasi pada bulu tergantung umur, spesies, dan jenis kelamin aves. Pada kebanyakan species burung, bulu tidak tumbuh di semua permukaan kulit. Bulu tumbuh secara teratur di daerah tertentu yang disebut feather tract atau pterylae. Terdapat 10 pterylae, yaitu pada kepala, sayap, leher, perut, bahu, paha, dada, kaki, punggung dan ekor. Menurut Sari et al. 2013, bulu yang tumbuh pada tubuh seekor unggas memiliki kegunaan yang berbeda dan tergantung pada tempat tumbuhnya di tubuh. Bulu-bulu pada kepala, tubuh dan sayap melindungi burung dari kelembaban dan dingin. Perbedaan morfologi anakan Kuntul besar dan Kuntul kecil dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Perbedaan Anakan Kuntul besar Egretta alba dan Kuntul kecilEgretta garzetta di Kawasan Tambak Desa Tanjung Rejo. Egretta alba Egretta garzetta Warna Kulit Hijau kehitaman setelah remaja kehijauan Abu-abu Kehitaman Paruh Kuning dan runcing, ujungnya berwarna kehitaman Hitam keabu-abuan dan sedikit tumpul Bulu Putih Bersih Putih Gerakan Lebih lincah dan sedikit sulit ditangkap Lebih lambat Berat saat menetas 22,20 g 14,72 g Dari Tabel 11 dapat dilihat jelas adanya perbedaan secara morfologi dari kedua anakan Kuntul. Perbedaaan yang jelas terlihat pada paruh, anakan Kuntul besar memilki paruh kuning sedangkan anakan Kuntul kecil memiliki paruh hitam keabu-abuan. Menurut Sulistiani 1991, paruh Kuntul kecil berwarna kuning kemerahan saat baru menetas, dan mulai menghitam pada umur 5 hari, dimulai secara bersamaan dari pangkal dan ujung paruh. Kecepatan menghitam paruh bervariasi diantara anakan Kuntul kecil. Saat baru menetas, umumnya kaki berwarna kuning kemerahan secara keseluruhan, pada pertumbuhannya warna kaki anakan Kuntul kecil ini akan berubah menjadi hijau dan akhirnya hitam. A. Perkembangan Ketiga Anakan Kuntul besar Dalam Satu Sarang Gambar 9 A. Grafik Perkembangan Anakan Pertama Kuntul besarEgretta alba pada sarang No. 4 Besar di Kawasan Tambak Desa Tanjung Rejo. Gambar 9 B. Grafik Perkembangan Anakan Kedua Kuntul besar Egretta alba pada sarang No. 4 Besar di Kawasan Tambak Desa Tanjung Rejo. 50 100 150 200 250 300 350 400 3 6 9 13 18 21 P er tum b uha n m m d an b er at g usia anakan pertama hari berat g culmen mm tarsus mm ulnar mm 50 100 150 200 250 300 350 400 3 6 10 12 16 21 P er tum b uha n m m d an b er at g usia anakan kedua hari berat g culmen mm tarsus mm ulnar mm Gambar 9 C. Grafik Perkembangan Anakan Ketiga Kuntul besar Egretta alba pada sarang No. 4 Besar di Kawasan Tambak Desa Tanjung Rejo. Dari Gambar 9 A, B dan C terlihat bahwa pertambahan berat badan meningkat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ulnar, tarsometatarsus, dan culmen, ini disebabkan oleh kemampuan induk memperoleh makanan setiap harinya. Banyaknya makanan yang dikonsumsi anakan tiap harinya akan mempengaruhi peningkatan berat anakan yang diikuti dengan pertumbuhan tarsometatarsus yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ulnar dan culmen. Sedangkan pertumbuhan culmen dan ulnar terlihat meningkat secara perlahan sesuai dengan pertambahan usia anakan. Pada masing-masing gambar terlihat bahwa anakan pertama mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan anakan kedua dan ketiga, bahkan pada gambar 9 C terlihat bahwa anakan ketiga mati pada usia 15 hari. Hal ini disebabkan anakan pertama lebih mempunyai pembagian makanan yang lebih besar dibandingkan anakan kedua dan ketiga sehingga pertumbuhan dan pertambahan berat badan anakan pertama lebih cepat. Menurut Jumilawaty 2004, pada sarang yang berisi tiga anak burung, seringkali ditemukan anak ketiga mati akibat kelaparan dan sakit. Perbedaan umur dan ukuran diantara anakan dalam sebuah sarang menimbulkan kompetisi yang tidak seimbang dalam hal memperoleh makanan dari induknya, akibatnya yang termuda seringkali kalah dan kelaparan, pertumbuhannya lambat, lemah dan tidak sehat. 50 100 150 200 250 5 8 12 15 P er tum b uha n m m d an b er at g usia anakan ketiga hari berat g culmen mm tarsus mm ulnar mm B. Perkembangan Anakan Kuntul kecil Dalam Satu Sarang Gambar 10A. Grafik Perkembangan Anakan Pertama Kuntul kecil Egretta garzetta pada sarang No. 1 Besar di Kawasan Tambak Desa Tanjung Rejo. Gambar 10B. Grafik Perkembangan Anakan Kedua Kuntul kecil Egretta garzetta pada sarang No. 1 Besar di Kawasan Tambak Desa Tanjung Rejo. 50 100 150 200 250 3 6 9 12 15 20 P er tum b uha n m m d an b er at g usia anakan pertama hari 50 100 150 200 250 2 4 7 10 13 18 P er tum b uha n m m d an b er at g usia anakan kedua hari berat g culmen mm tarsus mm ulnar mm Dari Gambar 10A dan 10B terlihat hal yang sama antara Kuntul besar dan Kuntul kecil, bahwa pertambahan berat badan meningkat lebih cepatdibandingkan pertumbuhan ulnar, tarsometatarsus, dan culmen, ini disebabkan oleh kemampuan induk memperoleh makanan setiap harinya. Banyaknyamakanan yang dikonsumsi anakan tiap harinya akan mempengaruhi peningkatan berat anakan yang diikuti dengan pertumbuhan tarsometatarsus yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ulnar dan culmen. Sedangkan pertumbuhan culmen dan ulnar terlihat meningkat secara perlahan sesuai dengan pertambahan usia anakan. Dari gambar 10 A dan B tidak terlihat adanya persaingan dalam memperoleh makanan. Kedua anakan mengalami pertumbuhan yang baik, keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk bertahan hidup hingga sampai pengamatan terakhir keduanya terlihat sehat dan bergerak lincah. Hal ini disebabkan tidak adanya kompetisi antara kedua anakan dalam memperoleh makanan dari induknya, keduanya mendapatkan makanan yang adil. Menurut Jumilawaty 2004, pada sarang yang berisi dua anak burung, umumnya kedua anakan tumbuh dengan baik dan kecepatan pertumbuhan tidak berbeda jauh. Anakan Kuntul besar pada saat berumur 0 hari memiliki berat dengan rata- rata 24,34 ± 4,06 g n= 5 dan terus mengalami penambahan berat badan yang pesat dan berat mencapai maksimum 22 hari dengan berat 350 g Lampiran 8. Sedangkan anakan Kuntul kecil pada saat berumur 0 hari memiliki berat 14,46 ± 0,37 g n=2 dan terus mengalami penambahan berat badan hingga mencapai maksimum 21 hari dengan berat 250 g Lampiran 12. Sedangkan untuk pertumbuhan ulnar, culmen, tarsus pada masing-masing kedua kuntul terus mengalami pertumbuhan. Dimana pertumbuhan tarsus dan ulnar pertumbuhannya tidak berbeda jauh. Menurut Sulistiani 1991, persentase ukuran culmen dan tarsus anakan yang baru menetas terhadap ukuran culmen dan tarsus burung dewasa, lebih besar dibandingkan persentase ukuran ulnar, karena paruh dan kaki segera berfungsi di awal pertumbuhannya, yaitu untuk menerima makanan dari induknya. Pada pengamatan yang dilakukan dalam pertumbuhannya, tarsus dan ulnar lebih cepat dibandingkan culmen lampiran 8 dan 9. Hal ini berhubungan dengan fungsi kaki dan sayap yang sangat penting untuk mempertahankan diri dari predator maupun mencari makan saat meninggalkan sarang. Anakan hari ke 0 Anakan hari ke 9 Anakan hari ke 21 Gambar 11A. Gambar Perkembangan Anakan Kuntul besar di Kawasan Tambak Desa Tanjung Rejo, Anakan hari ke 0 Anakan hari ke 9 Anakan hari ke 21 Gambar 11B. Gambar Perkembangan Anakan Kuntul besar di Kawasan Tambak Desa Tanjung Rejo,

4.5.5. Perilaku Makan dan Makanan

Dokumen yang terkait

Perilaku Harian Kuntul Besar ( Egretta alba ) Di Kawasan Pantai Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

4 55 51

Karakteristik Sarang dan Keberhasilan Berbiak Kuntul Besar (Egretta alba) dan Cangak Abu (Ardea Cinerea) Di Areal Breeding Site Desa Tanjung Rejo

2 52 70

Perilaku dan Kompetisi Interspesifik Kuntul besar (Egretta alba Linnaeus 1766) dan Cangak merah (Ardea purpurea Linnaeus 1766) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut Jakarta

1 36 330

Perilaku Harian Anakan Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis L.) di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Sumatera Utara

0 0 4

Perilaku Harian Anakan Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis L.) di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Sumatera Utara

1 1 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Karakteristik Sarang dan Keberhasilan Berbiak Kuntul Besar (Egretta alba) dan Cangak Abu (Ardea Cinerea) Di Areal Breeding Site Desa Tanjung Rejo

0 0 7

KARAKTERISTIK SARANG DAN KEBERHASILAN BERBIAK KUNTUL BESAR (Egretta alba) DAN CANGAK ABU (Ardea cinerea) DI AREAL BREEDING SITE DESA TANJUNG REJO

0 0 13

Karakteristik Perkembangan Anakan Kuntul Besar (Egretta alba) dan Kuntul Kecil (Egretta garzetta) Di Kawasan Tambak Tanjung Rejo Sumatera Utara

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kuntul 2.1.1 Klasifikasi Burung Kuntul - Karakteristik Perkembangan Anakan Kuntul Besar (Egretta alba) dan Kuntul Kecil (Egretta garzetta) Di Kawasan Tambak Tanjung Rejo Sumatera Utara

1 4 7

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAKAN KUNTUL BESAR (Egretta alba) DAN KUNTUL KECIL (Egretta garzetta) DI KAWASAN TAMBAK TANJUNG REJO SUMATERA UTARA

0 1 14