paruh dantungkai berwarna hitam sedang jari dan telapak kaki berwarna kuning. Panjang paruh yang dimiliki individu dewasa berkisar antara 10 – 15 cm. Pada
musim berbiak terdapat jambul atau bulu yang berbentuk pita di bagian tengkuk dan leher. Selain itu bulu pada dada dan punggung menjadi lebih halus, panjang
dan terkulai. Paruh dan kaki tidak mengalami perubahan warna, beberapa peneliti Elfidasari, 2008.
Kuntul kecil sekilas sangat mirip dengan Kuntul Kerbau kecuali paruh dan kakinya yang berwarna hitam, ukuran lebih besar 60 cm dan lebih ramping
ramping. Kemiripan ini yang sering terlewatkan sehingga dianggap jarang tercatat. Warna jari kuning, menunjukkan dia adalah pendatang. Di Taman
Nasional Baluran, Kuntul kecil lebih sering mengunjungi areal bekas kolam tambak yang masih sedikit tergenang air. Populasinya masih jauh di bawah
saudaranya Kuntul Kerbau yang lebih banyak tersebar di areal persawahan. Burung ini cenderung pendiam, lebih sering terlihat menyendiri bahkan sering
“berselisih” dengan kuntul lain ketika ikut bergabung dalam satu kolam tambak. Dia juga lebih sensitif terhadap manusia dibadingkan Kuntul Kerbau Winnasis, et
al., 2009.
2.2. Tipe Perkembangan Burung
Secara umum strategi pasca menetas pada burung dapat dibagi menjadi precocial, semiprecocial, semiatricial dan altricial, yaitu:
1. Precocial. Burung yang termasuk kategori ini menetas dengan keadaan mata
terbuka, dan tubuh sudah ditumbuhi bulu-bulu halus. Burung pada kelompok ini tidak mengerami telurnya. Telur burung dari kelompok ini diletakkan
dalam sebuah lubang yang ditutupi dengan ranting-ranting atau dedaunan kering. Setelah menetas anak burung akan keluar tanpa bantuan dari induknya.
Contoh burung dari kelompok ini adalah burung maleo. 2.
Semiprecocial. Kelompok burung ini menetas dengan kedaan mata terbuka, tubuh ditutupi dengan bulu halus, bisa berjalan atau berenang setelah menetas
akan tetapi anak burung akan tetap berada di dekat induknya. Contoh spesies dari kelompok ini adalah ayam atau bebek.
3. Semialtricial. Burung pada kelompok ini menetas dengan tubuh tertutup bulu
halus. Individu yang baru menetas tidak dapat meninggalkan sarang. Contoh burung dari kelompok ini adalah jenis elang dan bangau.
4. Altricial. Kelompok burung ini menetas dengan kondisi mata tertutup, tubuh
telanjang tidak ditutupi bulu halus dan tidak berdaya. Contoh burung dalam kelompok ini adalah burung pecuk.
Gambar 1. Sketsa anakan pecuk di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Februari-Juni 2001 Jumilawaty, 2004.
Anakan Pecuk termasuk tipe Altricial, waktu menetas matanya tertutup, belum memiliki bulu, sangat lemah sehingga tidak dapat meninggalkan sarang
dan memerlukan pemeliharaan oleh induknya. Proses penetasan dimulai saat anakan dalam telur membuat lubang kecil di dinding telur. berbeda dengan anakan
semi altricial, anakan pecuk pada saat menetas tidak memiliki bulu, matanya tertutup, bulu natal baru mulai tumbuh pada saat anakan berumur 11 hari
sedangkan Kuntul dan Bluwok saat menetas anakan telah memiliki bulu natal dan matanya terbuka. Persamaannya anakan masih sangat lemah dan memerlukan
perawatan dan perhatian dari induknya. Perkembangan selanjutnya sama dengan anakan kuntul dan Bluwok yaitu bulu lebih dahulu tumbuh pada bagian Humeral
dan Scapular, diikuti bagian sayap primer dan sekunder serta bulu ekor dan bagian ventral Jumilawaty, 2004.
Pemilihan strategi altricial dan precocial ini didasarkan pada kemampuan induk dalam mengumpulkan makanan. Pada kelompok hewan precorcial induk dapat
mengumpulkan makanan yang mempunyai protein tinggi sebelum melakukan proses bertelur. Telur yang dihasilkan berukuran besar dan mengandung banyak
protein. Kandungan protein ini akan digunakan sebagai makanan oleh embrio. Berlawanan dengan kelompok precocial, kelompok altricial tidak perlu
mengumpulkan banyak protein sebelum bertelur. Sehingga mereka menghasilkan telur dengan ukuran kecil.
Selain dipengaruhi oleh kemampuan mengumpulkan makanan, pemilihan strategi articial atau precocial juga dipengaruhi oleh tingkat predasi. Burung yang
mampu membuat sarang ditempat yang tinggi tentu tidak terlalu khawatir anaknya akan dimangsa oleh predator. Bandingkan dengan ayam atau maleo yang
membuat sarang pada tempat yang masih bisa dijangkau oleh predator, tentu predator akan dengan mudah memangsa individu muda. Mereka diharuskan dapat
bertahan hidup dari serangan predator. Perkembangan burung dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu dari dua
jenis utama: precocial dan altricial. Burung precocial, seperti ayam, bebek, dan burung hantu, menetasdengan penutup hangat bulu bawah. Seekor betina
precocial dapat menjaga tubuhnya cukup hangat dalam kurangnya suhu dengan pengeraman dari induknya. Beberapa anak ayam precocial bisa makan sendiri
segera setelah menetas. Seekor Scaupitik Lesser bisa berenang, menyelam dan menangkap ikan hanya tigahari setelah menetas. Lainnya, seperti burung camar
dan terns, tergantung pada orang tua mereka memberikan makanan Dunn, 1975.
2.3.Karakteristik Habitat
Berdasarkan habitatnya, burung dikelompokkan menjadi dua yaitu burung tanah dan burung air. Selanjutnya, berdasarkan tipe habitatnya burung air
dikelompokkan menjadi tiga yaitu burung rawa, burung laut dan burung pantai. Burung rawa secara ekologis bergantung perairan rawa untuk mencari makan dan
berbiak, burung laut secara ekologis bergantung pada laut lepas untuk mencari makan dan burung pantai secara ekologis bergantung pada pantai untuk mencari
makan dan atau berbiak Mackinnon, 1993.
Burung tidak hanya menggunakan pohon untuk bertengger saja tapi juga sebagai tempat untuk berlindung, bersarang, dan mencari makan, karena pohon
menyediakan buah, ulat serangga dan nektar sebagai makanan burung sehingga pilihan penghijauan menjadi sangat penting untuk kelangsungan kehidupan
burung. Tanaman mangove merupakan tumbuhan yang memiliki peranan menonjol bagi burung karena dapat digunakan untuk berlindung, membangun
sarang dan menyediakan berbagai makanan bagi burung Wibowo, 2004. Sebagian besar jenis kuntul menghuni daerah tropis dan subtropis.
Biasanya mereka menjadikan daerah perairan atau lahan basah dan sekitarnya sebagai habitat. Seluruh aktivitas hidupnya bergantung pada keberadaan daerah
tersebut. Hal ini berkaitan dengan fungsi daerah tersebut sebagai penunjang aktivitas hidup yang menyediakan tenggeran dan makanan yang melimpah bagi
makhluk hidup di sekitarnya Davies et al, 1996 .
Perilaku sosial Social behaviour, yang didefinisikan secara luas adalah setiap jenis interaksi antara dua hewan atau lebih, umumnya dari spesies yang sama.
Meskipun sebagian besar spesies yang bereproduksi secara seksual harus bersosialisasi pada siklus hidup mereka dengan tujuan untuk bereproduksi, beberapa
spesies menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam hubungan yang dekat dengan spesies sejenisnya. Interaksi sosial telah lama menjadi suatu fokus penelitian bagi
scientis yang mempelajari perilaku Campbell, 2002. Semua spesies burung merupakan subyek predasi, menunjukkan adaptasi
perilaku yang berguna yntuk ketahanan diri. Perilaku ini ditujukan untuk perlindungan diri sendiri maupun kerabatnya, seperti: anggota yang lebih muda dan
kelompoknya. Burung bereaksi terhapap stimuli bahaya melalui pendengaran dan penglihatan Rukmi, 2002.
Untuk menghindari musuh burung melakukan gerakan mengancam seperti misalnya merentangkan sayap lebar-lebar dan menegakkan kepala sehingga
terlihat lebih besar dari ukuran sebenarnya. Burung-burung yang menjaga sarang atau memiliki anak yang masih kecil selain menakut-nakuti juga langsung
menyerang pengganggunya. Selain semua bentuk pertahanan diri yang telah disebutkan sebelumnya, burung juga memiliki kecenderungan untuk
berkelompok, terutama ketika musim biak. Pola ini berkaitan dengan habitat yang mendukungnya dan senantiasa berubah-ubah sesuai dengan musim berkembang
biak, selain itu faktor angin juga dapat mempengaruhi perubahan penyebaran burung tersebut Susanti, 2007.
Salah satu penyebab kemelimpahan burung pada suatu lokasi adalah ketersedian bahan makanan. Bahkan beberapa kelompok burung dapat hidup
lestari hingga saat ini disebabkan telah berhasil menciptakan relung yang khusus bagi dirinya sendiri untuk mengurangi kompetisi atas kebutuhan sumber daya dan
sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi lingkungan. Egretta garzetta, E. sacra, dan Ardea cinerea merupakan burung air yang biasa mencari mangsa di daerah
pesisir pantai atau muara sungai yang berlumpur Elfidasari Junardi, 2006. Signifikasi adaptif dari waktu homeothermy tergantung pada kondisi
alamiah. Setiap induk membangun lingkungan sarang yang efektif agar seimbang selama masa pertumbuhan anakan burung yang bermanfaat untuk mengerami
anakan, sehingga membebaskan kedua induk pada tahap awal untuk menyediakan makanan, atau mengurangi risiko induk yang diserang oleh predator. Tentu saja,
keuntungan apapun harus dipertimbangkan dalam hal peningkatan reproduksi dalam jangka panjang yang cukup menghabiskan waktu, tenaga, atau risiko yang
terlibat dalam membuat modifikasi lingkungan sarang. Seleksi termogulator terhadap kebiasaan anakan harus dipertimbangkan dengan cara yang sama Dunn,
1975.
2.4 Faktor Keberhasilan Dalam Perkembangbiakan