Deskripsi Telur Clutch Sizedan Masa Pengeraman Kedua Spesies Kuntul

4.5. Breeding Season Musim Berbiak dan Clutch Size Kedua Spesies

Kuntul 4.5.1. Musim Berbiak Musim berbiak Kuntul besar dan Kuntul kecil di Kawasan Tambak Desa Tanjung Rejo terjadi pada bulan sama Breeding synchrony bersamaan dengan musim hujan, hanya awal berbiak berbeda. Awal musim berbiak Kuntul besar diperkirakan terjadi bulan September saat dilakukan studi pendahuluan dan mencapai puncaknya pada Oktober-Desember, dan untuk Kuntul kecil musim berbiak terjadi pada bulan Oktober dan puncaknya November-Desember. Ditandai dengan semakin banyak burung yang membangun sarang pada lokasi penelitian. Musim berbiakdiduga dimulai bertepatan dengan kelimpahan jumlah pakan ikan dan krustacea di daerah mencari makan yang terjadi pada musim penghujan. Pada musim penghujan daerah persawahan mulai diolah sehingga menyediakan dataran lumpur mudflat yang cukup luas sebagai daerah feeding gound, begitu pula daerah rawa yang ada akan terisi air sehingga menyediakan ikan yang cukup banyak sebagai pakan selama musim berbiak Imanuddin Mardiastuti, 2001.

4.5.2. Deskripsi Telur

Telur Kuntul Berbentuk simetris, yaitu bentuknya lebar-oval, hampir bulat yang simetris, dimana diketahui perbandingan panjang dan lebar rata-rata Kuntul besar adalah 45,28 x 34,34 mm 1 : 1,32 n=13 dan Kuntul kecil 41,30 x 33,14 mm atau 1 : 1,25 n=14 Tabel 9. Kulit telur licin, warna kusam tidak bercahaya dan dilapisi kapur. Telur yang baru berwarna biru muda-kehijauan, tetapi lama kelamaan warna berubah sampai akhir pengeraman menjadi putih kecoklatan. Perubahan warna cangkang telur ini disebabkan induk membawa kotoran atau lumpur yang terbawa pada saat mencari makan atau mencari bahan sarang pada kakinya akan terbawa dan melekat pada telur yang sedang dierami, atau bisa juga kotoran dari induk burung itu sendiri sehingga melekat atau mengering pada kulit telur. A B Gambar 5. Telur Kuntul A. Kuntul besar, B. Kuntul kecil di Kawasan Tambak Desa Tanjung Rejo Tabel 9. Berat dan Ukuran Rata-Rata Telur Kuntul besar Egretta alba dan Kuntul kecil Egretta garzetta di Kawasan Tambak Desa Tanjung Rejo berdasarkan Clutch Size. Spesies Clutch size Panjang mm Lebar mm Berat g Rasio P x L Kuntul besar N= 13 2 45,78 ± 0,81 32,85 ± 0,85 28,30 ± 0,14 1 : 1,39 2 44,08 ± 0,81 35,03 ± 0,60 28,04 ± 0,65 1 : 1,26 3 46,80 ± 0,83 34,94 ± 1,46 31,46 ± 2,44 1 : 1,34 3 45,45 ± 1,30 33,78 ± 1,09 29,64 ± 1,89 1 : 1,35 3 44,30 ± 0,43 35,08 ± 0,38 28,19 ± 0,61 1 : 1,26 Rata-rata 45,28 ± 0,84 34,34 ± 0,88 29,13 ± 0,97 1 : 1,32 Kuntul kecil N = 14 3 44,02 ± 3,58 34,20 ± 2,31 24,94 ± 5,75 1 : 1,29 2 45,20 ± 0,85 31,35 ± 0,00 23,84 ± 0,28 1 : 1,44 3 48,08 ± 1,95 35,87 ± 0,42 25,93 ± 0,68 1 : 1,34 3 42,50 ± 1,30 30,92 ± 0,24 22,59 ± 0,65 1 : 1,37 3 43,25 ± 5,12 33,37 ± 3,36 22,46 ± 7,25 1 : 1,30 Rata-rata 41,30 ± 2,56 33,14 ± 1,27 23,35 ± 3,31 1 : 1,25

4.5.3. Clutch Sizedan Masa Pengeraman Kedua Spesies Kuntul

Clutch size pada saat pengamatan tidak terlalu bervariasi, mengingat kondisi lapangan yang terbatas dan daya jangkau untuk masing-masing pohon sarang juga terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk bergerak bebas karena harus menggunakan alat transportasi yaitu sampan kecil. Clutch size sarang yang diamati hanya terdiri dari 2-3 telur saja. Sedangkan untuk rata-rata berat telur Kuntul besar28,53 ± 1,15 g n=13 dan Kuntul kecil23,95 ± 3,31 g n=14. Adanya perbedaan berat pada masing-masing telur, menunjukkan adanya perbedaan kondisi induk burung yang disebabkan adanya perbedaan tingkat ketersediaan dan kelimpahan makanan di kawasan tambak tersebut pada saat pengamatan berlangsung Jumilawaty, 2004. Perbedaan ukuran telur terjadi karena adanya perbedaan strategi reproduksi antara individu. Kemampuan suatu individu dapat diukur dari jumlah anak yang dihasilkan individu tersebut dalam satu populasi. Ukuran telur erat hubungannya dengan kemampuan hidup, anak yang berasal dari telur yang berukuran besar lebih mampu bertahan hidup pada keadaan yang ekstrem Perrins, 1996. Clutch size Kuntul besar 2-3 telur. Telur telur tersebut diletakkan secara berurutan dengan selang waktu antara 1-4 hari, 2 telur dengan interval peneluran 1 hari, 4 telur dengan interval peneluran 2 hari, 3 telur dengan interval peneluran 3 hari dan 1 telur dengan interval peneluran 1 hari. Menurut Rukmi 2002, sebagian besar Kuntul besar menghasilkan telur dengan selang waktu 2,25 ± 0,43 hari dan jarak peneluruan dominan 2 hari 75. Sedangkan Clutch size Kuntul kecil bekisar antara 2-3 telur. 3 telur dengan interval peneluran 1 hari, 5 telur dengan interval peneluran 2 hari dan 3 telur dengan interval peneluran 3 hari. Telur-telur diletakkan secara berurutan dengan selang waktu antara 1-3 hari Tabel 9 dan Gambar 5. Menurut Sulistiani 1991, sebagian besar Kuntul kecil menghasilkan telur dengan selang waktu rata-rata 2,1 ± 0,78 hari dan jarak peneluran dominan 2 hari 75 , tidak jauh berbeda dengan interval peneluran Kuntul besar. Telur pertama diletakkan saat sarang 90 telah selesai dibangun, dengan melihat ketebalan sarang dan hari pembuatan sarang. Interval waktu peneluran antara telur dari kedua kuntul disajikan pada Gambar6. Gambar 6. Interval Peneluran Telur Kuntul besar Egretta alba dan Kuntul kecil Egretta garzetta di Kawasan Tambak Desa Tanjung Rejo. Data yang diperoleh mengenai interval peneluran, masa pengeraman dan interval peneluran telur sangat sedikit, karena pengamatan yang dilakukan terhadap sarang-sarang terbatas mengingat pengamatan ini mengganggu induk burung. Pengaruh urutan peneluran terhadap ukuran dan berat telur bervariasi diantara jenis-jenis burung, pada penelitian ini kedua kuntul memiliki kesamaan dimana kedua jenis kuntul ini memperlihatkan ukuran dan berat yang semakin kecil berdasarkan urutan peneluran. Berdasarkan clutch size ukuran dan beratjuga tidak terlalu berbeda antara cultch size 2 dan 3 telur mempunyai berat yang hampir sama. Hal ini juga didukung dengan penelitian Sulistiani 1991 cluch size yang berisi 2-3 telur memliki rata-rata berat yang hampir sama yaitu 20,62 g untuk clutch size 2 dan 20,60 g untuk clutch size 3. Ukuran dan bentuk telur yang dihasilkan oleh induk sangat dipengaruhi oleh spesies burung disamping faktor fisiologis dari induk. Menurut Jumilawaty 2004, jumlah telur yang diletakkan dalam sebuah sarang oleh induk burung biasanya berkaitan erat dengan jumlah anak yang dapat dibesarkannya sesuai dengan kondisi lingkungan terutama suplai makanan. Kenyataannya suplai makanan kadang-kadang sangat bervariasi dan sulit untuk memprediksi ketersediaan makanan pada saat membesarkan anak-anaknya nanti. 2 4 3 1 3 5 3 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 J um la h T e lur Hari Kuntul besar kuntul kecil Gambar 7. Lama Pengeraman Telur Kuntul besar Egretta alba dan Kuntul kecil Egretta garzettadi Kawasan Tambak Desa Tanjung Rejo. Sama hal dengan jenis burung air lainnya Kuntul mengerami telurnya secara bergantian antara jantan dan betina. Setiap kali terjadi pergantian shift, si induk akan memberikan tanda seperti mengeluarkan suara. Selama mengerami Kuntul banyak melakukan aktivitas diantaranya: gaving display paruh, pointing melihat sekililing, panting menarik napas, bill raising menengadahkan paruh, menelisik dibagian perut, menggaruk leher dan kepala dengan menggunakan kaki. Gaving dan bill raising dilakukan bila cuaca bagus atau panas, sedangkan pointing dan raising dilakukan bila Kuntul merasakan adanya gangguan. Sesekali Kuntul menambah ranting atau bahan sarang lainnya ke sarangnya dengan mengambil ranting dari pohon tempat sarang diletakkan atau dibawa oleh pasangannya. Gambar 8. Interval Penetasan Telur Kuntul besar Egretta alba dan Kuntul kecil Egretta garzetta di Kawasan Tambak Desa Tanjung Rejo. 2 5 7 2 5 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 21 22 23 24 25 26 27 28 29 J um la h T e lur Hari kuntul kecil kuntul besar 13 1 10 2 1 2 4 6 8 10 12 14 1 2 3 J um la h T e lur Hari Kuntul kecil Kuntul besar Dari Gambar 7 dapat dilihat lama masa inkubasi Kuntul besar dan Kuntul kecil di Percut tidak berbeda dengan di Jakarta penelitian Sulistiani dan Rukmi yaitu lama inkubasi Kuntul besar 27 hari dan Kuntul kecil 21 hari, dimana masa inkubasi untuk masing-masing telur Kuntul besar dengan N=13 adalah 5 telur 38,46 masa inkubasi 27 hari, 4 telur 30,75 28 hari, dan 2 telur 15,38 26 29 hari. Sedangkan lama pengeraman untuk Kuntul kecil 21-23 hari, dimana masa inkubasi untuk masing-masing telur Kuntul kecil dengan N=14 adalah 7 telur 50,00 masa inkubasi 23 hari, 5 telur 35,71 masa inkubasi 22 hari, dan 2 telur 14,29 masa inkubasi 21 hari. Pengeraman dimulai pada saat telur pertama diletakkan sehingga telur-telur menetas pada waktu yang berbeda asynchronous hatching, yaitu rata-rata waktu penetasan antara 1-3 hari. Menurut Rukmi 2002, sebagian besar Kuntul besar memiliki masa pengeraman selama 27 hari. Menurut Sulistiani 1991, sebagian besar masa pengeraman Kuntul kecil antara 21 hari. Awal pengeraman berbeda-beda antara kelompok burung, tetapi normalnya pengeraman terjadi pada saat telur pertama diletakkan sehingga penetasan terjadi tidak bersamaan. Selama mengeram telur diapit diantara kaki dan bulu dada Johnsgard, 1993; dalam jumilawaty 2004. Umumnya anakan yang menetas dari telur yang besar memiliki kesempatan hidup lebih besar dari telur yang berukuran kecil. Ini dapat dilihat dari sarang yang berisi satu telur dan anak pertama dari sarang yang berisi dua atau tiga telur Jumilawaty, 2004 Perrins 1996, juga mengatakan ukuran anakan biasanya berhubungan erat dengan ukuran telur. Anakan yang menetas dari telur yang besar relatif memiliki keuntungan dibandingkan yang menetas dari telur yang lebih kecil. Suhu dan kelembapan sarang juga sangat mempengaruhi selama masa pengeraman. Pada pengamatan ini suhu rata-rata disekitar sarang sekitar 32ºC- 35ºC dengan kelembapan 42-55 persen. Sedangkan diluar sarang suhu bekisar antara 27ºC- 31ºC dengan kelembapan 50-55 persen. Suhu dan kelembapan sekitar sarang banyak dipengaruhi oleh kondisi vegetasi yang ada di sekitar sarang Manik 2008. Suhu yang diperlukan agar pertumbuhan embrio dapat berjalan dengan baik adalah 24ºC – 33ºC Yusuf, 2000, sedangkan pada pengukuran dilapangan suhu berada dibawah 24ºC hal ini yang menjadi penyebab adanya telur busuk sehingga gagal menetas.

4.5.4. Perkembangan Anakan Kedua Spesies Kuntul

Dokumen yang terkait

Perilaku Harian Kuntul Besar ( Egretta alba ) Di Kawasan Pantai Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

4 55 51

Karakteristik Sarang dan Keberhasilan Berbiak Kuntul Besar (Egretta alba) dan Cangak Abu (Ardea Cinerea) Di Areal Breeding Site Desa Tanjung Rejo

2 52 70

Perilaku dan Kompetisi Interspesifik Kuntul besar (Egretta alba Linnaeus 1766) dan Cangak merah (Ardea purpurea Linnaeus 1766) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut Jakarta

1 36 330

Perilaku Harian Anakan Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis L.) di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Sumatera Utara

0 0 4

Perilaku Harian Anakan Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis L.) di Kawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Sumatera Utara

1 1 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Karakteristik Sarang dan Keberhasilan Berbiak Kuntul Besar (Egretta alba) dan Cangak Abu (Ardea Cinerea) Di Areal Breeding Site Desa Tanjung Rejo

0 0 7

KARAKTERISTIK SARANG DAN KEBERHASILAN BERBIAK KUNTUL BESAR (Egretta alba) DAN CANGAK ABU (Ardea cinerea) DI AREAL BREEDING SITE DESA TANJUNG REJO

0 0 13

Karakteristik Perkembangan Anakan Kuntul Besar (Egretta alba) dan Kuntul Kecil (Egretta garzetta) Di Kawasan Tambak Tanjung Rejo Sumatera Utara

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kuntul 2.1.1 Klasifikasi Burung Kuntul - Karakteristik Perkembangan Anakan Kuntul Besar (Egretta alba) dan Kuntul Kecil (Egretta garzetta) Di Kawasan Tambak Tanjung Rejo Sumatera Utara

1 4 7

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAKAN KUNTUL BESAR (Egretta alba) DAN KUNTUL KECIL (Egretta garzetta) DI KAWASAN TAMBAK TANJUNG REJO SUMATERA UTARA

0 1 14