Gambar 2.2 Bagan Alir Proses Pengoperasian RDS Versi 5.01
II.3.1.1. Beban Lalu Lintas
Data lalu lintas yang digunakan diambil dari hasil perhitungan lalu lintas pada ruas jalan yang akan dilakukan lapis tambah. Kalau data tersebut tidak bisa
didapatkan, maka data LHR BIPRAN yang paling akhir harus digunakan, dan diproyeksikan ke saat ini dengan menggunakan tingkat pertumbuhan lalu lintas.
Pembebanan gandar disain untuk masing-masing ruas jalan dalam bentuk jumlah Ekivalen Standar Gandar 8,2 ton ESA.
3
Asumsi data lalu lintas dihitung dengan menggunakan sub-paket program RDS ESA. Pada RDS beban lalu lintas diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu :
- M + B + T
= Mobil, bus dan truk -
Heavy Bus = Bus besar
- Medium Truck
= Truk sedang -
Heavy Truck TT = Truk berat dan Truk Tandem
Dalam program ini juga dipertimbangkan Sensitivity, yaitu angka sensitivity terhadap perubahan tingkat pertumbuhan Growth Rate Change lalu lintas yang ada.
Pada umumnya nilai sensitivity ≥ 1,0.
II.3.1.2. Lendutan
Kehomogenan data hasil pengukuran lendutan digunakan sebagai dasar pembagian segmen jalan. Semakin pendek pembagian segmen tersebut maka
penggunaan biaya akan semakin ekonomis. Akan tetapi pembagian segmen tersebut harus tetap berisi pengukuran lendutan yang statistik dari nilai yang mewakili.
Biasanya, paling sedikit 10 titik data harus termasuk dalam setiap segmen, jika koefisien variasi dari pembacaan pengukuran ternyata tinggi maka diperlukan titik
yang lebih banyak. Pedoman tentang perkiraan jumlah minimum titik yang diperlukan, diberikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.2 Jumlah Minimum Titik Data Dalam Segmen Koefisien Variasi dari
Data Pengukuran Perkerasan Jumlah Minimum Titik
Data Dalam Segmen 20
40 60
80 5
10 25
40
Sumber: bipran designmonitoring and administration project
II.3.1.3. Tebal Lapis Tambah
Tebal lapis tambah merupakan tebal yang dibutuhkan untuk mengurangi lendutan yang terjadi selama umur rencana sampai batas yang dizinkan t ditambah
tebal lapisan yang dibutuhkan untuk membentuk kembali permukaan perkerasan ke bentuk yang dikehendaki T, sehingga tebal lapis tambah = t + T.
Tebal lapisan yang dibutuhkan untuk mengurangi lendutan yang terjadi dapat dihitung dengan mengunakan rumus :
t = 0,013logL
0,08 logL
0,4081 2,303logD
− −
−
dimana : D
= Lendutan balik segmen atau lendutan balik rencana mm L
= Total lalu lintas selama umur rencana juta, equivalent 8,2 ton
Sedangkan tebal lapisan yang dibutuhkan untuk membentuk kembali permukaan perkerasan yang telah aus atau rusak dihitung dengan mempergunakan
rumus dibawah ini. T = 0,001 9 – RCI
4,5
+ Pd . CAM 4 + Tmin dimana :
Pd = lebar perkerasan m
CAM = Perubahan kemiringan melintang yang dibutuhkan untuk menghasilkan kemiringan melintang yang direncanakan 2
Tmin = Tebal minimum berdasarkan ukuran agregat minimum yang dipergunakan.
Ketebalan aspal dengan keawetan tinggi atau pelapisan komposit aspalagregat base diperlukan untuk mengurangi lendutan perkerasan sampai tingkat
yang disyaratkan pada umur rencana. Penggunaan hubungan HRODI yang disederhanakan ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.3 Grafik Desain HRODI untuk Kadar Bitumen Efektif 6,8
Sumber: optomising pavement overlay design in Indonesia
II.3.2. METODA ASPHALT INSTITUTE MS-17