mengawasi kondisi keuangan sehingga penggunaan uang tidak sesuai dengan keperluan, akibatnya perusahaan kekurangan uang untuk membayar gaji,
membeli bahan baku dan membayar hutang. Perusahaan yang tidak dapat keluar dari kesulitan keuangan akan
memberikan dampak negatif pada perusahaan itu sendiri. Akibat yang ditimbulkan dari kesulitan keuangan ini akan sangat mempengaruhi operasi
perusahaan. Berikut adalah akibat dari kesulitan keuangan bagi perusahaan: 1. Perusahaan akan kekurangan dana untuk membayar utang perusahaan
pada saat jatuh tempo dan untuk membeli kebutuhan bahan baku produksi.
2. Hubungan perusahaan dengan karyawan perusahaan akan rusak karena untuk mengurangi pengeluaran perusahaan harus melakukan
pengurangan karyawan. 3. Bagi perusahaan yang go public, harga sahamnya akan terus menerus
mengalami penurunan harga. 4. Kesulitan dalam memperoleh pinjaman, karena kreditor khawatir
perusahaan tidak sanggup membayar cicilan utang beserta bunganya.
2.1.4 Analisis Metode Altman’s Z-Score
Metode Altman’sZ-Score merupakan salah satu metode yang paling populer digunakan dalam memprediksi kesulitan keuangan financial
distress dan potensi kebangkrutan suatu perusahaan. Metode ini pertama
kali dikembangkan oleh Edward Altman pada tahun 1968. Altman’s Z-Score merupakan sebuah rumus formula multivariate yang dapat digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengukur kesehatan keuangan suatu perusahaan dan untuk menganalisis kemungkinan bahwa suatu perusahaan akan mengalami kebangkrutan dalam
periode waktu dua tahun berikutnya Hayes et all, 2010:124. Dalam metode ini Altman menggunakan lima rasio keuangan dalam
menentukan Z-Score dan kemudian memasukkan kelima rasio ini kedalam rumus formula yang telah ditetapkannya. Pada awal penelitiannya Altman
menggunakan 66 perusahaan manufaktur sebagai sampel kemudian membaginya menjadi 2 kelompok perusahaan, yaitu perusahaan yang
bangkrut dan yang tidak. Dalam tiap kelompok terdapat 33 perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa 95 metode ini akurat dalam memprediksi
kebangkrutan. Rumus formula yang pertama kali dikembangkan oleh Altman
adalah sebagai berikut:
Z = 1,2X
1
+ 1,4X
2
+ 3,3X
3
+ 0,6X
4
+ 1,0X
5
Dimana X1 = working capital total assets
X2 = retained earnings total assets X3 = earnings before interest and taxes total assets
X4 = market value of equity book value of debt X5 = sales total assets
Altman menggunakan rasio X
1
karena rasio ini bertujuan untuk mengukur besarnya aktiva likuid bersih net liquid asset perusahaan relatif
Universitas Sumatera Utara
terhadap ukuran perusahaan. Rasio ini lebih efektif digunakan dalam memprediksi kebangkrutan bila dibandingkan dengan rasio lancar current
ratio dan rasio cepat acid test ratio.Rasio X
2
bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Tingkat kegagalan suatu
perusahaan sangat berhubungan dengan rasio ini. Rasio X
3
berguna untuk mengukur profitabilitas suatu bisnis. Rasio X
4
menunjukkan seberapa besar aktiva perusahaan mengalami penurunan nilai diukur dengan harga pasar
ekuitas ditambah utang sebelum utang perusahaan melebihi aktivanya dan perusahaan tidak sanggup membayar utangnya. Rasio X
5
biasanya digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi suatu bisnis dalam mamanfaatkan aset yang
dimiliki untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba. Setelah melakukan perhitungan menggunakan model ini maka akan
diperolehlah hasilnya berupa Z-Score. Z-Score yang telah diperoleh ini kemudian bandingkan dengan skor yang telah ditetapkan Altman
sebelumnya. Untuk perusahaan manufaktur skor tersebut dikelompokkan kedalam 3 kategori, yaitu:
1. Untuk nilai Z-Score lebih besar dari 2,99 Z-Score 2,99, maka perusahaan dapat dikatakan sehat dan bebas dari kesulitan keuangan
sehingga memiliki potensi yang kecil untuk mengalami kebangkrutan. 2. Untuk nilai Z-Score antara 1,8 sampai 2,99 1,8 Z-Score 2,99,
maka perusahaan berada dalam area abu-abu grey area. Pada area abu-abu ini perusahaan tidak dapat diprediksi apakah akan mengalami
Universitas Sumatera Utara
kebangkrutan dikemudian harinya atau tidak. Hal ini sangat bergantung pada perusahaan itu sendiri.
3. Untuk nilai Z-Score yang lebih kecil dari 1,8 Z-Score 1,8, maka perusahaan dikategorikan mengalami kesulitan keuangan financial
distress dan memiliki potensi yang besar untuk mengalami
kebangkrutan.
Seiring berjalanya waktu Altman juga merevisi modelnya agar dapat diterapkan pada semua jenis perusahaan, seperti perusahaan yang tidak go
public dan perusahaan non-manufaktur. Untuk perusahaan yang tidak go
public Altman melakukan modifikasi pada rumus Z-Score-nya. Modifikasi
tersebut berupa perubahan pada koefisien yang digunakan dalam rumus dan juga klasifikasi kategori Z-Score-nya. Altman juga mengubah market value
of equity menjadi book value of equity pada rasio X
4
. Hasil dari modifikasi tersebut terlihat seperti berikut ini:
Z’ = 0,717X
1
+ 0.847X
2
+ 3,107X
3
+ 0,420X
4
+ 0.998X
5
Dengan kategori sebagai berikut: 1. Untuk nilai Z-Score lebih besar dari 2,90 Z-Score 2,90, maka
perusahaan dianggap sehat. 2. Untuk nilai Z-Score 1,23 sampai 2,90 1,23 Z-Score 2,90, maka
perusahaan berada pada area abu-abu grey area.
Universitas Sumatera Utara
3. untuk nilai Z-Score kurang dari 1,23 Z-Score 1,23, maka perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan berpotensi mengalami
kebangkrutan. Untuk perusahaan non-manufaktur Altman juga melakukan modifikasi
pada koefisien dalam rumus dan pengelompokan kategori Z-Score-nya. Selain itu rasio X
5
dalam rumus tersebut dihilangkan karena rasio ini lebih tinggi pada perusahaan ritel dan jasa bila dibandingkan dengan perusahaan
manufaktur. Jika X
5
ini tidak dihapus dalam rumus maka Z-Score yang akan diperoleh nantinya akan salah dalam memberikan prediksi underpredict
Hayes et all, 2010:125. Untuk perusahaan non-manufaktur ini Altman menggunkan book value of equity dalam rasio X
4
. Berikut ini adalah rumus
yang digunakan untuk perushaan non-manufaktur:
Z” = 6,56X
1
+ 3,26X
2
+ 6,72X
3
+ 1,05X
4
Dengan kategori sebagai berikut: 1. untuk nilai Z-Score lebih besar dari 2,60 Z-Score 2,6, maka
perusahaan dianggap sehat. 2. Untuk nilai Z-Score 1,10 sampai 2,60 1,10 Z-Score 2,60, maka
perusahaan berada dalam area abu-abu grey area. 3. Untuk nilai Z-Score kurang dari 1,10 Z-Score 1,10, maka
perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan berpotensi besar akan mengalami kebangkrutan.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian Terdahulu