c. ����� ����� ℎ���� ������� =
������� ����� ��� ������ ��ℎ�� ����� ℎ���� ����� ��� ������ ��ℎ�� �����
� 100
2.1.3 Kesulitan Keuangan Perusahaan
Setiap perusahaan mempunyai peluang untuk mengalami kesulitan keuangan dan bahkan kebangkrutan jika tidak dapat megelola perusahaan
dengan baik. Menurut Bringham dan Daves dalam Fachrudin, 2008:2 kesulitan keuangan dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal
pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya.
Pengurangan yang bersifat berubah-ubah dalam arus kas dari operasi berjalan adalah sinyal dari serangan kesulitan keuangan. Tingkatan kesulitan
berikutnya mungkin ditandai dengan pengurangan pembayaran deviden, kegagalan pinjaman secara teknikal, kegagalan hutang dan restrukturisasi
hutang bermasalah. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan memiliki potensi
besar akan mengalami kegagalan bisnis. Menurut Dun dan Bradstreet dalam Fachrudin, 2008:9 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
penyebab utama kegagalan bisnis adalah faktor ekonomi 37,1 dan faktor keuangan 47,3, selain itu disebabkan oleh kelalaian neglect
malapetaka disaster dan kecurangan fraud sebanyak 14, serta faktor faktor lain yang tidak dirinci yaitu sebayak 1,6. Faktor ekonomi
meliputi kelemahan industri dan lokasi yang buruk. Faktor keuangan meliputi hutang yang terlalu banyak dan modal yang tidak memadai.
Penyebab lain kegagalan perusahaan yang dikemukakan oleh Mackey dalam Fachrudin, 2008:12 adalah tidak adanya atau kurangnya upaya
Universitas Sumatera Utara
mengawasi kondisi keuangan sehingga penggunaan uang tidak sesuai dengan keperluan, akibatnya perusahaan kekurangan uang untuk membayar gaji,
membeli bahan baku dan membayar hutang. Perusahaan yang tidak dapat keluar dari kesulitan keuangan akan
memberikan dampak negatif pada perusahaan itu sendiri. Akibat yang ditimbulkan dari kesulitan keuangan ini akan sangat mempengaruhi operasi
perusahaan. Berikut adalah akibat dari kesulitan keuangan bagi perusahaan: 1. Perusahaan akan kekurangan dana untuk membayar utang perusahaan
pada saat jatuh tempo dan untuk membeli kebutuhan bahan baku produksi.
2. Hubungan perusahaan dengan karyawan perusahaan akan rusak karena untuk mengurangi pengeluaran perusahaan harus melakukan
pengurangan karyawan. 3. Bagi perusahaan yang go public, harga sahamnya akan terus menerus
mengalami penurunan harga. 4. Kesulitan dalam memperoleh pinjaman, karena kreditor khawatir
perusahaan tidak sanggup membayar cicilan utang beserta bunganya.
2.1.4 Analisis Metode Altman’s Z-Score