Tahun 2008: Tahun 2009: Beragam produk dengan skema variatif Transparan agar adil bagi kedua belah pihak Kompeten dalam keuangan danberetika IT system yang update dan user friendly Ahli investasi, keuaangan dan syariah

Gambar 4.1

4. Program Pengembangan Produk

a. Tahun 2008:

Produk perbankan syariah yang dikeluarkan masih relatif sama dengan tahun 2007, di tahun 2008 hanya menambah variasi produk yang ada sebelumnya, seperti: kartu pembiayaan syariah iB, produk investasi emas iB, tabungan iB untuk anak, pembiayaan iB dalam US dollar akad mudharabah atau musyarakah, pembiayaan iB yang dilakukan secara sindikasi on balance sheet akad mudharabah muqayadah 57

b. Tahun 2009:

Produk baru yang diberikan persetujuan oleh BI adalah produk pembiayaan musyarakah mutanaqisah iB dan produk Foreign Exchange FX Wa’ad iB jual beli mata uang asing Al- Sharf. Sedangkan produk produk yang telah ada sebelumnya yang disertai penambahan fitur misalnya tabungan wadiah mudharabah iB dengan fasilitas bebeas biaya administrasi , tabungan mudharabah iB Dollar dengan fasilitas safe 57 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008, h. 13 9 24 17 16 34 produk simpanan jangka pendek per segmen t erpaksa sesuai kebut uhan ikut arus pokoknya syariah pokoknya konvensional deposit box bagi nasabah, giro mudharabah iB untuk nasabah perseorangan yang diberikan tambahan fasilitas penarikan dengan ATM dan penambahab fitur layanan transfer cash to cash pada produk transfer antar negara. 58

c. Tahun 2010:

Produk baru yang diberikan persetujuan oleh Bank Indonesia adalah Produk Pembiayaan Mudharabah Musytarakah dan Produk Term Finance. Akad Mudharabah Musytarakah merupakan pengembangan produk yang sebelumnya telah ada di bank tersebut yaitu pembiayaan mudharabah mutlaqah. Apabila dalam produk mudharabah mutlaqah keseluruhan dana berasal dari bank shahibul maal, maka dalam pembiayaan mudharabah musytarakah terdapat bagian dana nasabah yang ditanamkan dalam suatu usahaproyek. Sedangkan Produk pembiayaan Term Finance adalah produk pembiayaan dengan akad IMBT dengan aset atas nama nasabah sejak awal masa pembiayaan. Pembiayaan ini terutama untuk pembiayaan untuk aset yang bersifat “registered asset’ seperti building, aircraft, dan kendaraan bermotor non HE heavy equipment. 59 58 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009, h. 27 59 DPbS BI, Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011, November 2010, h. 28 Tabel 4.4 Jaringan Kantor Perbankan Syariah Kelompok Bank 2007 2008 2009 2010 Bank Umum Syariah 3 5 6 10 Unit Usaha Syariah 26 27 25 23 Jumlah Kantor BUS UUS 597 822 998 1388 Jumlah Layanan Syariah 1195 1470 1792 1140 Sumber: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2011 Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan saling menguntungkan dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami. Sampai dengan triwulan III 2010 jumlah bank yang melakukan kegiatan usaha syariah meningkat seiring dengan munculnya pemain- pemain baru baik dalam bentuk Bank Umum Syariah BUS maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS. BUS yang pada akhir tahun 2009 berjumlah 6 BUS bertambah 4 BUS dimana 2 BUS merupakan hasil konversi Bank Umum Konvensional dan 2 BUS hasil spin off Unit Usaha Syariahnya UUS sehingga jumlah UUS di tahun 2010 ini berkurang menjadi 23 UUS. Peningkatan jaringan kantor BUS dan UUS sampai triwulan III 2010 meningkat sebanyak 387 kantor, peningkatan ini terutama dari pembukaan kantor cabang terutama kantor cabang pembantu. Sedangkan untuk layanan syariah mengalami penurunan sebanyak 652 menjadi 1140 pada triwulan III 2010. Penurunan ini dikarenakan adanya penutupan 2 UUS akibat spin off yang secara kelembagaan juga menutup layanan syariahnya. Namun demikian, penurunan jangkauan layanan syariah ini tidak akan menurunkan jangkauan layanan bank syariah kepada nasabah, mengingat penyebaran jaringan kantor bank syariah yang luas dan diperkirakan akan semakin bertambah di akhir tahun 2010 menyusul dikeluarkannya izin usaha PT. Bank Maybank Syariah pada Oktober 2010.

5. Program Peningkatan Layanan

Untuk meningkatkan kualitas layanan yang didukung oleh kualitas SDM yang kompeten Bank Indonesia mengadakan Technical Assistance untuk meningkatkan kompetensi SDM perbankan syariah. Pelaksanaan edukasi diarahkan untuk meningkatkan kemampuan personilSDM bank syariah dalam menganalisis dan memanfaatkan setiap peluang ekspansi pembiayaan serta kemampuan merancang dan menerapkan strategi pemasaran yang efektif. Kegiatan yang dilakukan meliputi serangkaian pelatihan analisis pembiayaan serta pelatihan strategic marketing iB Marketeers Club. Tujuan pembentukan club tersebut adalah memberikan technical assistance yang mendalam terhadap ilmu marketing modern yang diharapkan dapat membantu para iBankers untuk melakukan praktek pemasaran yang lebih inovatif. Berbeda dengan pelatihan lainnya, personil bank yang menjadi peserta pelatihan strategic marketing juga menjadi anggota marketeers club sehingga berkesempatan untuk bertukar pengalaman dan menambah wawasan dari praktisi dan pemerhati marketing yang bergerak di berbagai sektor usaha. Kegiatan Training of Trainers TOT pendidik, terutama dosen perguruan tinggi. Tujuan kegiatan TOT adalah untuk meningkatkan ketersediaan pengajar perbankan syariah. Selama tahun 2010 kegiatan TOT telah dilaksanakan di 7 kota, yaitu Yogyakarta, Palu, Surabaya, Banda Aceh, Ternate, Tasikmalaya dan Depok. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan TOT tersebut diupayakan secara terintegrasi dengan sosialisasi melalui event-event seperti Festival Nusantara ke-5, seminar dan pameran, sehingga proses komunikasi yang dilakukan berdampak lebih luas. Selain itu, sejalan dengan strategi komunikasi yang mengedepankan pengalaman langsung masyarakat berinteraksi dengan bank syariah, maka dalam setiap TOT disertakan wakil dari perbankan syariah. Secara umum antusiasme peserta terhadap kegiatan komunikasi terintegrasi ini cukup tinggi, termasuk di lokasi yang karena belum terdapat operasi bank syariah, maka untuk mendukung rangkaian kegiatan TOT penyelenggara mendatangkan bank syariah dari kota terdekat.

6. Program Sosialisasi dan Komunikasi

Dalam rangka mendorong pertumbuhan industri perbankan syariah, strategi komunikasi yang ditempuh Bank Indonesia melalui pelaksanaan berbagai aktivitas edukasi guna menciptakan dan memperbesar demand terhadap produk dan layanan perbankan syariah, yang tertuang dalam media plan program sosialisasi dan edukasi masyarakat iB Campaign tahun 2010. Penyelenggaraan “iB Expo” danatau partisipasi “iB Paviliun” di beberapa event-event nasional dan terkemuka, baik di Jakarta maupun di beberapa kota besar di Indonesia. Kegiatan ini merupakan refocusing dari kegiatan Festival Ekonomi Syariah FES yang telah dilaksanakan tahun 2008 dan 2009. Tujuan dari kegiatan ini iB ExpoiB Paviliun adalah untuk mendekatkan masyarakat interaksi langsung dengan produk-produk perbankan syariah sekaligus mendorong pengenalan produk serta mengakomodir aktivasi langsung masyarakat terhadap produk dan layanan perbankan syariah. Konsep iB Paviliun merupakan penyediaan tempat khusus pulau untuk stand-stand bank syariah di daerah sebagai salah satu bentuk kegiatan kampanye iB Campaign bersama perbankan syariah, terutama bank-bank syariah yang memiliki budget terbatas untuk kegiatan promosi dan komunikasi. Sepanjang tahun 2010 telah terselenggara beberapa kegiatan iB Paviliun antara lain: a. iB Paviliun di Mega Bazar Computer di Yogyakarta 3-7 Maret 2010, diikuti oleh seluruh bank syariah di wilayah kerja KBI Yogyakarta dengan pencapaian nilai transaksi perbankan syariah sebesar Rp. 7.1 Milyar. b. Rumah iB di Real Estate Indonesia REI Expo 1-9 Mei 2010 di Jakarta, yang diikuti oleh 9 bank syariah terkemuka berhasil membukukan transaksi pembiayaan KPR-iB sebesar Rp.249 Milyar. c. IB Showcase di Indonesia Internasional Motor Show IIMS 2010, diikuti oleh 9 bank syariah dengan nilai transaksi mecapai Rp.150 Milyar. d. iB Paviliun di Islamic and Halal Business Festival IHBF di Jakarta diikuti oleh 5 bank syariah terkemuka dan 12 stakeholder perbankan syariah antara lain: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah PKES, Masyarkat Ekonomi Syariah MES, IAEI, BWI, ASBISINDO, ABSINDO, Perempuan Ekonomi Syariah PES e. Real Estat Ekspo 2010 di Jakarta Oktober 2010 Franchise dan License Expo Indonesia FLEI 2010 di Jakarta November 2010 f. Bursa Properti iB di Surabaya Desember 2010 Sosialisasi perbankan syariah kepada masyakarat luas, dilakukan dengan strategi sosialisasi berbasis komunitas yaitu strategi komunikasi lebih terfokus terhadap segmen nasabah sesuai dengan grand strategy pengembangan pasar perbankan syariah 5 segmen nasabah : segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus, segmen sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya konvensional. Untuk tahun 2010 prioritas komunitas yang menjadi sasaran utama kegiatan sosialiasasi adalah: komunitas wanita dan pemuda women and youth, komunitas pengusaha entrepreneurs dan komunitas pengguna internet netizen. Pelaksanaan strategi pengembangan pasar melalui kegiatan komunikasi dan edukasi tidak terlepas dari sinergi dan kerjasama yang terus dikembangkan dengan berbagai institusi domestik seperti perguruan tinggi dan lembaga pelatihan, pemerintah daerah, Asosiasi Bank Syariah Indonesia ASBISINDO, Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah PKES, Masyarakat Ekonomi Syariah MES, serta media massa. Dalam konteks yang berbeda, Bank Indonesia juga menjalin kerjasama strategis dengan Dewan Syariah Nasional DSN – MUI dan Ikatan Akuntan Indonesia IAI. Kerjasama dimaksud dilaksanakan antara lain melalui program benchmarking ke otoritas dan perbankan internasional, diskusi fatwa standar akuntansi, dan pelatihan perbankan dan sertifikasi kepada DPS perbankan syariah. Melalui kerjasama tersebut, diharapkan koordinasi, kesepahaman dan sinergi yang terbentuk dapat secara efektif memberikan solusi dan mendorong berkembangnya produk perbankan syariah yang lebih variatif dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Disamping pengembangan aliansi domestik, Bank Indonesia juga secara aktif mengembangkan kerjasama dengan organisasiforum internasional seperti Islamic Financial Services Board IFSB, International Islamic Financial Market IIFM, Asia Middle East Dialogue AMED melalui perantaraan Departemen Luar Negeri RI, dan Asia Pacific Rural and Agricultural Credit Association APRACA. Sebagai salah satu pendiri, Bank Indonesia berpartisipasi dalam pengambilan keputusan strategis di IFSB dan IIFM. Selain itu, partisipasi dan kerjasama juga dilaksanakan melalui keanggotaan dalam sejumlah working group perumusan standar keuangan syariah internasional, serta penyelenggaraan seminar dan pertemuan regular di kedua lembaga internasional tersebut. Sementara itu kerjasama dengan AMED dan APRACA dilakukan melalui program pelatihan bagi negara-negara anggota. Pada tahun 2010 APRACA telah memberikan penghargaan Center of Excellence dan bersama AMED menjadikan Bank Indonesia sebagai pusat pelatihan perbankan syariah bagi negara-negara anggotanya Bentuk-bentuk kegiatan yang telah terlaksana sepanjang tahun 2010 antara lain: a. Sosialisasi mengenai produk-produk perbankan syariah product knowledge kepada masyarakat luas melalui media massa Above The Line dalam bentuk Iklan Layanan Masyarakat ILM di media cetak koran, majalah, tabloid, dll, media elektronik radio, TV, inflight vison, TV Bandara, TV Bandara, TV Kereta Api, Megatron dll dan media onlineinternet. b. Seminar, Workshop, gathering seperti: Workshop Mahasiswa, Blogshop pelatihan penulisan di media online, Workshop Wirausaha, gathering dengan komunitas wanita, komunitas pendengar radio, co- branding dengan kegiatan komunitas dan lain-lain akan dilaksanakan secara terintegrasi dengan beberapa kegiatan sosialisasi.Selain kegiatan yang diprakarsai langsung, Bank Indonesia secara aktif juga melakukan sosialisasi dan edukasi melalui dukungan penyelenggaraan berbagai kegiatan seminar dan pelatihan yang diselenggarakan oleh stakeholder dalam bentuk bantuan penyelenggaraan dan narasumber. Permintaan terhadap kegiatan-kegiatan tersebut juga cukup besar, sehingga memasuki triwulan terakhir telah dilaksanakan lebih dari 120 kegiatan sosialisasi.

B. Analisis Kesesuaian antara Implementasi dan Konsep Grand Strategy

Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia

1. Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010

Konsep yang tercantum dalam grand strategy Bank Indonesia dalam segi pencapaian aset pada tahun 2008 hingga 2010 masing- masing memiliki skenario yang cukup jelas yaitu konservatif, moderat maupun agresif seperti yang sudah dipaparkan pada bab kedua. Pada tahun 2008 konsep dari Grand Strategy pada skenario agresif ditargetkan pada tahun 2008 mencapai aset perbankan syariah sebesar 62 triliun rupiah dan pertumbuhan aset sebesar 81 , dalam skenario moderat nilai aset yang ditargetkan sebesar 50 triliun rupiah untuk pertumbuhan asetnya sebesar 44, sedangkan dalam skenario konservatif nilai aset yang di targetkan adalah sebesar 45 triliun dan untuk pertumbuhan asetnya sebesar 32. Dalam implementasinya di tahun 2008 nilai aset yang dicapai oleh perbankan syariah adalah sebesar 51 triliun rupiah. Jika disandingkan antara konsep dan implementasi maka skenario target dari grand strategy bank Indonesia yang tercapai adalah target moderat, karena nilai dari target moderat tersebut sebesar 50 triliun rupiah. Dan untuk pertumbuhan asetnya pada tahun 2008 pertumbuhan aset perbankan syariah lebih dari 44. Pada tahun 2009 target dari Grand strategy bank Indonesia juga memiliki skenario dengan pola yang sama seperti pada tahun 2008, yaitu skenario agresif, moderat, dan konservatif. pada skenario agresif nilai aset yang ditargetkan adalah sebesar 87 triliun, untuk pertumbuhan aset sebesar 75 , dalam skenario moderat nilai aset yang ingin dicapai adalah sebesar 68 triliun untuk pertumbuhan aset sebesar 37, dalam skenario konservatif target dalam pencapaian aset sebesar 57 triliun dan pertumbuhan aset sebesar 25. Tahun 2009, implementasi aset perbankan syariah yang tercapai adalah sebesar 68 triliun rupiah. Hal ini menandakan bahwa pada tahun 2009 target dari konsep grand strategy bank Indonesia yang tercapai pada tahun 2009 adalah dalam skenario moderat yaitu taerget dan implementasi aset perbankan syariah sebesar 68 triliun rupiah dengan tingkat pertumbuhan industri sebesar 37. Pada fase ketiga yaitu tahun 2010, dimana telah melalui dua fase sebelumnya yaitu tahun 2008 dan 2009, maka di tahu 2010 juga memiliki skenario yang sama yaitu agresif, moderat dan konservatif. pada skenario agresif nilai aset yang ditargetkan pada perbankan syariah adalah sebesar 124 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 81 , dalam skenario moderat nilai aset yang ditargetkan dalam konsep grand strategy adalah sebesar 97 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 43. Pada skenario berikutnya yaitu skenario konservatif nilai aset yang ditargetkan adalah sebesar 72 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 26. Dalam implementasinya di tahun 2010 pencapaian aset perbankan syariah adalah sebesar 100 triliun rupiah. Hal ini menandakan bahwa telah melampaui target moderat yaitu sebesar 97 triliun rupiah namun juga belum mencapai target agresif yaitu sebesar 124 triliun rupiah. Jadi pada tahun 2010 pencapaian target lebih dari moderat namun belum mencapai agresif. Dengan nilai aset sebesar 100 triliun rupiah maka pertumbuhan aset industri perbankan syariah sebesar 47. 60 Untuk lebih singkatnya dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 4.5 TARGET KONSEP  Tahun 2008; nilai aset 62 T  Tahun 2009; nilai aset 87 T  Tahun 2010; nilai aset 124 T IMPLEMENTASI  Tahun 2008 Nilai aset 51 T  Tahun 2009 Nilai aset 68 T  Tahun 2010 Nilai aset 100 T ANALISIS  Tahun 2008 tercapainya target Moderat yaitu dengan adanya pertumbuhan sebesar 44  Tahun 2009 tercapainya target Moderat yaitu dengan adanya pertumbuhan sebesar 37  Tahun 2010 melebihi moderat 97 T namun belum sampai ke target agresif 124 T 60 Choir, Data Pertumbuhan Industri Indonesia 2011, diakses 12 February 2011 http:zonaekis.comsearchdata-pertumbuhan-industri-indonesia-2011 Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia yaitu 202 juta jiwa, industri keuangan syariah sebenarnya berpotensi berkembang pesat di Indonesia. Namun, dibandingkan dengan banyak negara berpenduduk mayoritas Muslim lainnya, industri keuangan syariah Indonesia masih tertinggal cukup jauh sehingga belum mampu menempatkan Indonesia sebagai pemain utama di industri keuangan syariah global. Salah satunya adalah aspek perpajakan. Masalah netralisasi pengenaan pajak berganda atas transaksi murabahah di perbankan syariah baru diakomodasi saat UU No. 42 tahun 2009 tentang PPN berlaku saat 1 April 2010. Malaysia sudah mengakomodir hal ini sejak satu dekade yang lalu. Bahkan, di Singapura, Monetary Authority of Singapore juga melakukan revisi terkait pajak berganda di Industri keuangan syariah di negara tersebut pada tahun 2005. Perbankan syariah di Malaysia nilai aset tahun 2005 sebesar 12 persen, dan ditahun 2010 diperkirakan meningkat sebesar 20 persen. 61 Perbankan syariah Indonesia memiliki target untuk menjadikan perbankan syariah Indonesia menjadi perbankan syariah yang terkemuka di ASEAN. Pada tahun 2010 pertumbuhan perbankan syariah 61 “Industri Keuangan Syariah masih Tertinggal”, Kompas, 23 Agustus 2010, h. 21 Malaysia sebesar 20 62 , jika dilihat dari besarnya nilai aset perbankan syariah di Malaysia sebesar 337600000000 ringgit setara dengan 2500 rupiah berarti angka aset Perbankan Syariah Malaysia jika disetarakan dengan rupiah maka setara dengan 844.000.000.000.000 63 rupiah atau 844 triliun sedangkan perbankan syariah Indonesia hanya memiliki aset sebesar 100 triliun. Dari segi aset saja Indonesaia belum bisa menandingi Malaysia. Jadi target menjadi perbankan syariah yang terkemuka di ASEAN belum tercapai. 2. Program pencitraan baru perbankan syariah Program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding. Positioning dalam konsep grand strategy ini adalah perbankan yang saling menguntungkan di kedua belah pihak. Dimana antara nasabah dan bank sebagai pengelola dana- dana keduanya saling memberikan keuntungan daru usaha- usaha yang dijalankannya. Sehingga antara nasabah pemilik dana yang menitipkan dananya untuk dikelola oleh bank merasa diuntungkan dengan bank dapat amanah dalam menjaga dananya. Dan dari segi bank maka bank merasa mendapatkan tanggung jawab dari dana- dana di amanatkan oleh nasabah 62 Menilik Perbankan Syariah di 2011. Diakses 2 April 2011. http:republika.co.id:8080koran126125990Menilik_Perbankan_Syariah_di_2011. diakses 2 April 2011 63 Choir, Sukuk Sumbangkan 20 Total Asset Perbankan Syariah Malaysia. Diakses 2 April 2011. http:zonaekis.comsukuk-sumbangkan-20-total-asset-perbankan-syariah-malaysia yang telah mempercayainya untuk mengelola sesuai dengan kkesepakatan, yang diharapkan nantinya dapat memberikan keuntungan bagi keduanya. Dalam program possitioning ini akan dikonkretkan pada program pemetaan segmentasi nasabah. Dalam program differentiation yang meliputi program keberagaman produk dengan skema variatif, transparan agar adil bagi kedua belah pihak, kompeten dalam keuangan dan beretika, IT system yang update dan user friendly, Ahli investasi, keuaangan dan syariah. Dalam program keberagaman produk dengan skema variatif akan lebih di konkritkan dalam poin program pengembangan produk. Dan untuk program lainnya akan lebih dijelaskan pada poin edukasi dan kualitas layanan bank syariah. Sedangkan Branding perbankan syariah saat ini adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking” yang dibuat oleh bank Indonesia sebagai motto dari perbankan syariah Indonesia. 64 Tabel 4.6 TARGET KONSEP Program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding. Positioning : perbankan yang saling menguntungkan di kedua belah pihak Differentiation : dijabarkan dalam segmen pengembangan produk 64 Hasil wawancara oleh peneliti Bank di DPbS BI, tanggal 1 Maret 2011

a. Beragam produk dengan skema variatif

b. Transparan agar adil bagi kedua belah pihak

c. Kompeten dalam keuangan danberetika

d. IT system yang update dan user friendly

e. Ahli investasi, keuaangan dan syariah

Branding: “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking” IMPLEMENTASI Di sisi permintaan, antusiasme masyarakat untuk menggunakan produk dan jasa perbankan syariah semakin meningkat, sebagaimana terlihat dalam dua tahun belakangan ini. Perkembangan menggembirakan tersebut menunjukkan, bahwa masyarakat telah semakin mengenal dan merasakan kemanfaatan dari kehadiran bank syariah. Citra baru yang lebih universal dan inklusif dari industri perbankan syariah, yang kini populer dikenal sebagai iB ai-Bi, telah berhasil menempatkan bank syariah sebagai alternatif sistem perbankan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali. 65 ANALISIS Brand dari perbankan syariah sudah mulai dikenal oleh masyarakat dengan logo iB ai-bi, “bank syariah lebih dari sekedar bank”dan nasabah perbankan syariah yang tidak hanya dari kalangan muslim tetapi juga non muslim semua kalangan 66 Dari aspek lain possitioning baru bank syariah sebagai perbankan yang menguntungkan kedua belah pihak hali ini masih banyak dikomentari, salah satunya adanya anggapan bahwa di bank syariah terjadi selingkuh kepentingan. Selingkuh kepentingan yang dimaksud adalah situasi dimana satu pihak atau seseorang yang sama dihadapkan pada kepentingan yang berbeda. Dalam konteks perbankan syariah selingkuh kepentingan sangat jelas terlihat dalam posisi bank yang pada saat bersamaan bertindak selaku 65 DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2011, november 2010, h. 62 66 Hasil wawancara oleh peneliti Bank di DPbS BI, tanggal 1 Maret 2011 shahibul maal, dan mudharib sekaligus. Dimana bank syariah memutar uang- uang yang bukan miliknya dan menciptakan uang- uang dari ketiadaan. 67 Masyarakat yang menggunakan jasa perbankan syariah memang memiliki alasan yang berbeda- beda. Aspek differensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan produk dan skema yang beragam, transparans, yang selalu up date dan user friendly, serta adanya ahli investasi keuangan syariah yang memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah Bank Syariah Lebih dari sekedar Bank atau Beyond Banking.” Visi baru pengembangan sebagai pasar yang atraktif itu akan dipayungi program pencitraan baru dengan memposisikan perbankan syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

3. Program pengembangan segmen pasar perbankan syariah

Dalam pengembangan dari konsep grand strategy ini pengembangan segmen pasar perbankan syariah di tandai dengan nasabah yang menggunakan perbankan khususnya perbankan syariah dengan beberapa alasan. Pengelompokan segmen nasabah bank syariah dibagi menjadi 5 segmen yang dari masing- masing segmen memiliki alasan yang berbeda- beda. Segmen nasabah sesuai dengan grand strategy pengembangan pasar perbankan syariah dikategorikan menjadi lima 67 Zaim Saidi, Tidak Syar’inya Bank Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Delokomotif, 2010, h.169 segmen nasabah yaitu segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus, segmen sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya konvensional. Pertama, Segmen pokoknya syariah yang berarti apapun kondisinya, pakai perbankan syariah. Segmen ini memiliki pemahaman bahwa bagi mereka riba adalah haram, bank yang berbasiskan bunga konvensional adalah termasuk riba, dan mereka akan menggunakan bank yang tidak berbasiskan bunga syariah meskipun fasilitas dan jaringan layanannya sangat terbatas. Nasabah pada segmen ini menempati urutan keempat dari hasil riset bank Indonesia menunjukkan segmen nasabah ini sebesar 16 . Kedua, ikut arus pada segmen ini nasabah mau pakai perbankan syariah kalau sudah banyak yang pakai. Ciir dari nasabah pada segmen ini adalah mereka menggunakan bank tidak berbasis bunga syariah kalau sebagian besar teman atau saudara memakainya, mereka akan menggunakan bank yang tidak berbasis bunga syariah jika fasilitas jaringan layanan sudah bagus, dan mereka akan menggunakan bank yang tidak berbasis bunga syariah jika dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan bank berbasis bunga konvensional. Nasabah pada segmen ini menempati urutan ketiga yaitu sebesar 17. Ketiga, pada segmen sesuai kebutuhan yang artinya memakai syariah atau konvensional berdasarkan keunggulan yang dimiliki banknya. Nasabah pada segmen ini memiliki ciri tersendiri yaitu menggunakan bank berbasis dan tidak berbasis bunga syariah sama banyaknya, bank yang tidak berbasis bunga syariah hanyalah alternatif bank berbasis bunga konvensional dan kedua- duanya bisa dipakai, Karena bank berbasis bunga dan tidak berbasis bunga syariah memiliki keunikan masing- masing, mereka akan menggunakan sesuai kebutuhan. Nasabah pada segmen “sesuai kebutuhan” menempati urutan kedua sebanyak 24. Keempat, terpaksa disini berarti memakai jasa perbankan syariah karena dituntut lingkungan. Nasabah segmen ini memiliki ciri- ciri sebagai berikut: mereka akan memakai bank yang tidak berbasis bunga syariah supaya saya terlihat taat ajaran agama atau saya terbuka dalam soal keuangan, mereka belum percaya bank tidak berbasis bunga syariah dapat di praktekkan, mereka belum menggunakan bank tidak berbasis bunga syariah karena istilah dan sistem auditnya sulit dipahami dan yang terakhir mereka akan menggunakan bank tidak berbasiskan bunga syariah jika diminta oleh teman partner bisnis saya. Nasabah pada segmen ini menempati urutan terakhir yaitu ke lima dari lima segmen yaitu sebesar 9. Kelima, Pokoknya konvensional nasabah pada segmen ini berarti apapun kondisinya pakai perbankan konvensioanal. Yang menjadi ciri nasabah pokoknya konvensional adalah mereka akan tetap memakai bank yang berbasis bunga konvensional karena dari dulu sudah pakai, mereka akan menggunakan bank berbasis bunga konvensional karena sistem, persyaratan dan istilahnya sudah saya pahami, mereka akan tetap memakai bank berbasis bunga konvensional meski sekarang sudah ada bank tidak berbasis bunga dengan fasilitas dan jaringan yang bagus. Nasabah pada segmen ini menempati urutan pertama yaitu sebesar 34. Dari data- data dan hasil riset bank Indonesia yang telah dipaparkan di atas maka disini jelas terlihat bahwa nasabah perbankan di Indonesia masih banyak pada perbankan konvensional. Jadi di Indonesia memang perbankan konvensional masih dominan dalam segi menjaring nasabah dalam penempatan dana pada produk simpanan jangka pendek. Tabel 4.7 TARGET KONSEP Program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah. IMPLEMENTASI Dijelaskan pada tabel setelah ini. ANALISIS Dalam pengembangan dari konsep grand strategy ini pengelompokan segmen nasabah bank syariah dibagi menjadi 5 segmen. Yang dari masing- masing segmen memiliki alasan yang berbeda- beda. Segmen nasabah sesuai dengan grand strategy pengembangan pasar perbankan syariah 5 segmen nasabah : segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus, segmen sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya konvensional, akan dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 4.8  Bagi saya, riba adalah haram  Menurut saya, bank berbasiskan bunga konvensional adalah termasukriba  Saya akan menggunakan bank yang tidak berbasiskan bunga syariah meskipun fasilitas dan jaringan layanannya sangat terbatas Pokoknya Syariah apapun kondisinya, pakai perbankan syariah  Saya akan menggunakan bank tidak berbasis bunga syariah kalau sebagian besar teman atau saudara memakainya  Saya akan menggunakan bank yang tidak berbasis bunga syariah jika fasilitas jaringan layanan sudah bagus  Saya akan menggunakan bank yang tidak berbasis bunga syariah jika dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan bank berbasis bunga konvensional Ikut Arus mau pakai perbankan syariah kalau sudah banyak yang pakai  Saya akan menggunakan bank berbasis dan tidak berbasis bunga syariah sama banyaknya  Menurut saya bank yang tidak berbasis bunga syariah hanyalah alternatif bank berbasis bunga konvensional dan kedua- duanya bisa dipakai  Karena bank berbasis bunga dan tidak berbasis bunga syariah memiliki keunikan masing- masing, saya akan menggunakan sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan memakai syariah atau konvensional berdasarkan keunggulannya  Saya akan memakai bank yang tidak berbasis bunga syariah supaya saya terlihat taat ajaran agama atau saya terbuka dalam soal keuangan  Saya belum percaya bank tidak berbasis bunga syariah dapat di praktekkan  Saya belum menggunakan bank tidak berbasis bunga syariah karena istilah dan sistem auditnya sulit dipahami  Saya akan menggunakan bank tidak berbasiskan bunga syariah jika diminta oleh teman partner bisnis saya Terpaksa memakai jasa perbankan syariah karena dituntut lingkungan  Saya akan tetap memakai bank yang berbasis bunga konvensional karena dari dulu sudah pakai  Saya akan menggunakan bank berbasis bunga konvensional karena sistem, persyaratan dan Pokoknya konvensional apapun kondisinya pakai perbankan konvensioanal istilahnya sudah saya pahami  Saya akan tetap memakai bank berbasis bunga konvensional meski sekarang sudah ada bank tidak berbasis bunga dengan fasilitas dan jaringan yang bagus Sumber: hasil riset kuantitatif DPbS BI Gambar 4.2 Citra yang melekat selama ini pada perbankan syariah adalah bank yang diperuntukkan untuk kalangan muslimorang yang mau naik haji, dengan atribut yang menekankan kepada simbol keislaman, produk yang hampir serupa dengan produk konvensional dan layanan yang masih terbatas dengan brand “Bank yang adil dan menentramkan.” Setelah menjadi fenomena global dan menarik perhatian luas, perbankan syariah Indonesia semestinya memiliki citra baru yang bisa menarik muslim abangan, setengah santri atau non muslim. Perbankan Syariah adalah untuk semua kalangan yang menginginkan keuntungan kedua belah pihak, bank dan pelanggan dengan atribut yang lebih menekankan ke substansi universal values sebagai rahmatan lil ‘alamin kemanfaatan bagi semua. Berbagai produk 9 24 17 16 34 produk simpanan jangka pendek per segmen t erpaksa sesuai kebut uhan ikut arus pokoknya syariah pokoknya konvensional dengan skema yang variatif, jaringan yang luas, serta fasilitas layanan yang bisa diandalkan, maka layaklah disematkan bahwa brand baru bank syariah, yakni “ Lebih dari sekedara Bank.” Melalui riset pasar terhadap nasabah perbankan syariah dan konvensional terlihat adanya paradoks dalam perilaku konsumen perbankan. Paradoks pengguna disebabkan oleh pengguna perbankan syariah di Indonesia cenderung berperilaku pragmatis, bahkan nasabah dari segmen “pokoknya syariah” ternyata juga adalah nasabah bank konvensional. Potret nasabah perbankan di Indonesia umumnya sudah memahami keunggulan masing- masing perbankan dimana perbankan konvensional unggul dalam jaringan yang luas dan memiliki fasilitas layanan yang handal dan luas yang pada saat ini belum bisa ditanda tangani oleh perbankan syariah. Disisi lain, perbankan syariah unggul karena karakteristik produk, sehingga mereka ingin menggunakan kedua jenis perbankan. Untuk merealisasikan pencitraan industri perbankan syariah “lebih dari sekedar bank”, diperlukan sebuah program pengembangan produk yang akan dapat mendorong pelaku untuk melakukan inovasi produk dan dapat mengeksplorasi kekayaan dengan perbankan konvensional. Program ini menjadi keharusan agar keunikan dan value proposition yang solid yang dimiliki perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan konvensional lebih terlihat jelas.

4. Program pengembangan produk

Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan saling menguntungkan dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami. Dalam hal ini Bank Indonesia di tiap tahunnya mengalami progres dalam pengembangan produk dan jaringan kantor cabang demi meningkatkan kualitas layanan dan dalam memenuhi kebutuhan nasabah sesuai perkembangan zaman.

a. Perkembangan Jaringan Layanan