Grand startegy Bank Indonesia dalam pengembangan pasar perbankan Syariah di Indonesia antara konsep dan implementasi

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

Annafi Fatiha Annuria NIM : 107046101838

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H / 2011 M


(2)

i

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Maret 2011


(3)

ii

Dalam tahap perngembangannya, perbankan syariah melalui Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesai memiliki langkah- langkah konkrit yang tersusun dalam konsep Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah. Dimana program yang dikembangkan dalam konsep Grand Strategy tersebut mencakup enam program diantaranya visi pengembangan pasar dan target, program pencitraan baru, pemetaan baru segmentasi pasar perbankan syariah, program pengembangan produk, program peningkatan layanan, program sosialisasi dan komunikasi industri.

Uraian yang disajikan dalam penulisan skripsi ini penulis berfokus pada tahun 2008 hingga tahun 2010. Skripsi hanya membandingkan antara konsep dari Grand Strategy tersebut dengan implementasinya dari tahun 2008 hingga tahun 2010. Pada bab I hingga bab IV telah dijelaskan hal- hal yang terkait dengan konsep dan implementasi dari Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah.

Kata Kunci: Grand Strategy Bank Indonesia, Pengembangan Pasar Perbankan Syariah


(4)

iii

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, taufiq, serta nikmat-Nya, sehingga Alhmudulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Grand Startegy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia: antara Konsep dan Implementasi”. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis berterima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Mu’min Roup, S.Ag., MA., sebagai

Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang tanpa henti memberikan dorongan dan semangat kepada penulis, serta dengan tulus ikhlas


(5)

iv

penulis, yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga apa yang telah Bapak ajarkan dan arahkan mendapat balasan dari Allah SWT.

4. Kepada seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mentransfer ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serta para pengurus perpustakaan yang telah meminjamkan buku-buku yang diperlukan oleh penulis.

5. Kedua orang tuaku tercinta dan tersayang, Bapak Bastianon S.H., M.H. dan Ibu Dra. Isnaini Baroroh, yang dengan tulus selalu mendo’akan, memberi dorongan dan semangat tiada henti kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini yang juga menjadi amanah bagi penulis kepada orang tua. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan untuk Ibu dan Bapak, dibawah payung kasih sayang-Nya. Amin

6. Kepada adikku tercinta Mikail Hamidum Majid, secara tidak langsung telah menyumbangkan ide- idenya dalam penulisan skripsi ini juga memberikan semangat kepada penulis yang sedang menjalankan tugas akhir ini agar cepat selesai.


(6)

v

8. Teman-teman semua, Ratna, Maya, Pwe, Lyaly, Tika, Mae, Farah, Acha, Dwi, Opi, Nur, Amel, Jaja, Hilwa, Yuke dan teman-teman lain seangkatan dan seperjuangan selama masa kuliah, perhatian dan kebaikan kalian tiada pernah terlupakan.

9. Ibu Srie Muliaty selaku Peneliti Bank di Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Ibu Tita di Direktorat Sumber Daya Manusia Bank Indonesia, Ibu Endang di Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan Bank Indonesia, yang telah bersedia membantu penulis dalam memperoleh data-data dan keterangan yang penulis butuhkan dari Bank Indonesia.

10. Seluruh pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis, menyemangati dan menghibur penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini.

Akhirnya, penulis menghaturkan banyak terima kasih atas semua pihak yang turut berperan dalam proses penyelesaian tugas akhir penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat dan para akademisi.

Jakarta, 30 Maret 2011


(7)

vi

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7

D. Tinjauan Kajian Terdahulu 8

E. Kerangka Teori 12

F. Metode Penelitian 15

G. Sistematika Penulisan 17

BAB II GRAND STRATEGY BANK INDONESIA DALAM

PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2008-1010

A. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Grand Strategy Bank


(8)

vii

2. Program Pencitraan Baru Perbankan Syariah 25 3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah 27

4. Program Pengembangan Produk 27

5. Program Peningkatan Layanan 27

6. Program Sosialisasi dan Komunikasi 28

BAB III PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

A. Pengertian Pasar Perbankan Syariah 30

B. Landasan Hukum Terkait Perbankan Syariah 32

C. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah 38

D. Pangsa Pasar Perbankan Syariah 43

E. Kekuatan, Kendala, Peluang, dan Tantangan Bank Indonesia

dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah 45

1. Kekuatan 45

2. Kendala 50

3. Peluang 54


(9)

viii

TAHUN 2008-2010

A. Potret tentang Implementasi Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia 1. Implementasi Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010 57 2. Program Pencitraan Banru Perbankan Syariah 58 3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah 59

4. Program Pengembangan Produk 62

5. Program Peningkatan Layanan 65

6. Program Sosialisasi dan Komunikasi 67

B. Analisis Kesesuaian antara Implementasi dan Konsep Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia

1. Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010 72

2. Program Pencitraan Banru Perbankan Syariah 76 3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah 79

4. Program Pengembangan Produk 86

5. Program Peningkatan Kualitas Layanan 93


(10)

ix


(11)

x

2.1 Skema Grand Strategy Pengembangan Pasar 22

4.1 4.2

Produk Simpanan Jangka Pendek Per Segmen (%) Produk Simpanan Jangka Pendek Per Segmen (%)

63 77


(12)

xi

Nomor Keterangan Halaman

2.1 2.2 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11

Skenario Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah Tema Sosialisasi Beyond Banking

Aset Perbankan Syariah

Perubahan citra industri perbankan syariah Segmentasi Nasabah Perbankan Syariah Jaringan Kantor Perbankan Syariah Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010 Program pencitraan baru perbankan syariah Program pencitraan baru perbankan syariah Segmen nasabah

Program pengembangan produk Program peningkatan kualitas layanan Program sosialisasi dan komunikasi

23 28 58 60 61 65 73 74 76 76 80 82 85


(13)

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perbankan syariah terus menunjukkan perkembangan dan kemajuan yang pesat. Bahkan perbankan syariah kini telah mampu menjadi alternatif transaksi perbankan yang makin dikenal dan diminati masyarakat. Dalam konteks bisnis, perbankan syariah juga menjadi alternatif bisnis yang memiliki potensi yang amat besar . Terbitnya UU No. 20 tahun 2008 sangat mendukung perkembangan dunia perbankan terutama dalam kemajuan ekonomi syariah. Dengan adanya legalitas yang jelas maka dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat maupun bagi calon investor perbankan syariah baik asing maupun domestik.

Secara kelembagaan, saat ini jumlah bank syariah telah mencapai 11 BUS, 23 UUS, dan 149 BPRS dengan jaringan kantor sebanyak 1.625 kantor pada akhir September 2010. Secara geografis, sebaran jaringan kantor perbankan syariah saat ini telah menjangkau masyarakat dilebih dari 89 kabupaten/kota di 33 propinsi.1 Pertumbuhan Perbankan Syariah Per Desember 2008, tercatat lima BUS , 28 UUS dan 131 BPRS, dalam jumlah ini terdapat 131 kantor jaringan belum termasuk jaringan kantor office chanelling

1

http://www.detikfinance.com/read/2010/12/13/145628/1523388/5/aset-perbankan-syariah tembus-rp-130-triliun-tahun-depan / di akses pada 21 Desember 2010.


(15)

yang jumlahnya hampir 1500 ( Desember 2008 ).2 Padahal di awal perkembangannya tahun 1992 hingga tahun 2006 hanya terdapat tiga BUS dan 19 UUS jumlah kantor Bank Syariah 415 buah dan jumlah BPRS 92 buah.3 Terbukti perkembangan perbankan syariah begitu pesat tentunya juga disertai dengan pertumbuhan asetnya.

Menurut data statistik perbankan indonesia dari segi aset yang perbankan syariah , di tahun 2008 aset perbankan syariah Rp 49 Triliun, pada november 2009 aset perbankan syariah bertambah menjadi Rp 61.36 Triliun, dan pada November 2010 aset perbankan syariah juga mengalami peningkatan yaitu menjadi Rp 90.39 Triliun. Jika dilihat dari pertumbuhan asetnya maka kinerja perbankan syariah sudah cukup baik terlihat dengan pertumbuhan aset yang dimiliki. Namun sejatinya belum memenuhi target dari konsep grand strategi perbankan syariah yang di buat oleh Bank Indonesia. Baik pancapaian di tahun 2008, 2009 maupun 2010.

Dalam tahap perjalananya Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia bertujuan untuk meletakkan posisi serta cara pandang Bank Indonesia dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia, pada tahun 2002 telah menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”. Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk

2

A. Riawan Amin. Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional. (disampaikan pada PidatoPengukuhan Doktor Honoris Causa Bidang Perbankan Syariah). 11 Juli 2009, h 72.

3

Gemala Dewi, Aspek- aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia.( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), Edisi revisi Cetakan ke 5, h 64.


(16)

memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia” memuat visi, misi dan sasaran pengembangan perbankan syariah serta sekumpulan inisiatif strategis dengan prioritas yang jelas untuk menjawab tantangan utama dan mencapai sasaran dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, yaitu pencapaian pangsa pasar perbankan syariah yang signifikan melalui pendalaman peran perbankan syariah dalam aktivitas keuangan nasional, regional dan internasional, dalam kondisi mulai terbentuknya integrasi dengan sektor keuangan syariah lainnya.

Harapan di tahun 2010, perbankan syariah di Indonesia menjadi terkemuka di kawasan ASEAN. Hal ini merupakan pencapaian yang termaktub dalam Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah (selanjutnya ditulis Grand Strategy) seperti dirumuskan oleh Bank Indonesia. Grand Strategy masuk dalam kerangka program akselerasi pengembangan pasar perbankan syariah Indonesia yang telah di cantumkan dalam 3 fase dalam tahapan pertama.4

Pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia masih kalah dengan pangsa pasar perbankan syariah di negara lain, seperti Malaysia. Pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia baru menyentuh ke angka 3,1 persen dari pangsa pasar nasional. Sementara perbankan syariah di Malaysia telah

4

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2008/12/23/1323022/Menjadi.Terkemuka.di.ASEA N, diakses 21 Desember 2010.


(17)

menyentuh angka 20 persen. Disini terlihat bahwa target pencapaian Bank Indonesia belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu menjadi perbankan syariah yang terkemuka di ASEAN.5

Banyak kendala yang dialami perbankan syariah di Indonesia untuk peningkatan pangsa pasar tersebut. Dari sisi kualitas pertumbuhan perbankan syariah juga menunjukan peningkatan signifikan. Setidaknya hal itu terlihat dari rasio pembiayaan bermasalah (net performing financing) yang tetap terjaga pada posisi rendah dengan kisaran 1,64 persen, rasio penyaluran pembiayaan dibandingkan dana pihak ketiga (DPK) relatif tinggi yang mencapai 95,4 persen. Sedangkan porsi pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sektor produktif tetap dominan dalam portfolio pembiayaan bank syariah.

Pada tahapan pertama konsep Grand Strategi Bank Indonesia memuat tiga fase, dimana pada fase pertama di tahun 2008 target aset sebesar Rp 50 Triliun, namun dalam implementasinya sangat baik yaitu sebesar Rp 49.5 Triliun. Fase kedua di tahun 2009 target aset yang ingin dicapai Rp 87 Triliun, dalam implementasinya Rp. 66.1 Triliun, dan pada fase ke tiga di tahun 2010 target yang ingin di capai Rp 124 Triliun, implementasinya hingga November 2010 aset perbankan syariah baru mencapai Rp 90.39 Triliun

Dari data- data yang telah di paparkan sebelumnya menunjukkan bahwa antara konsep yang dibuat oleh Bank Indonesia dan implementasi

5


(18)

masih ada kesenjangan sehingga target belum tercapai. Ketidak tercapaiaan target ini menunjukkan masih banyak permasalahan – permasalahan yang dihadapi oleh Perbankan Syariah di Indonesia dalam pencapaian strategi Peningkatan Perbankan Syariah. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan serta upaya- upaya dari semua pihak untuk mengatasi masalah- masalah yang sedang dihadapi agar target Bank Indonesia terhadap perkembangan Bank Syariah tercapai.

Indepedensi Bank Indonesia dari segi ekonomi dapat dilihat dari ketentuan UU No. 3 thun 20004 pasal 8 dan pasal 10ayat 1 (a), dalam ketentuan ini disebutkan bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, namun dalam menetapkan sasaran- sasaran moneter diharuskan menetapkan sasaran laju inflasi. Bank Indonesia tidak diberi batasan dan Bank Indonesia diberi otonomi untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.6

Menurut penulis Bank indonesia dalam hal ini telah membuat suatu langkah konkrit terkait dengan peningkatan perbankan syariah melalui enam tahap yang dimuat dalam konsep Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah. Di masing- masing tahapannya sudah memiliki arahan yang jelas, maka dari segi strategi- strategi yang dijalankan untuk peningkatan perbankan syariah perlu perhatian khusus.

6

Maqdir Ismail, Bank Indonesia dalam Perdebatan Politik dan Hukum, (Yogyakarta: Navila Idea, 2009), h.198.


(19)

Dengan Bertitik pangkal dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam melalui skripsi ini yang

berjudul GRAND STARTEGY BANK INDONESIA DALAM

PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA: ANTARA KONSEP DAN IMPLEMENTASI.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Pembahasan mengenai Grand Strategy Bank Indonesia dalam peningkatan perbankan syariah ini sangat luas, untuk itu penulis membatasi skripsi ini pada Grand Startegy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia antara Konsep dan Implementasi Tahun 2008 – 2010 studi di kantor Pusat Bank Indonesia. Adapun perumusan masalah pada skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Konsep Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah?

2. Bagaimana Potret Implementasi dari Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah?

3. Bagaimana Kesesuaian antara Implementasi dengan Konsep Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah ?


(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan suatu kajian tentang implementasi kebijakan bank indonesia terhadap pengembangan pasar perbankan syariah.

Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian dan penulisan skripsi ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana gambaran perkembangan perbankan syariah di Indonesia.

2. Mengetahui langkah konkrit bank Indonesia dalam pengembangan pasar perbankan syariah.

3. Mengetahui sejauh mana implementasi konsep strategi bank indonesia terhadap pengembangan pasar perbankan syariah di Indonesia

Sedangkan manfaat yang di harapkan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Dapat memberi gambaran kepada masyarakat tentang sejarah singkat perkembangan perbankan syariah

2. Untuk memberikan informasi mengenai implementasi target bank indonesia terhadap pengembangan pasar perbankan syariah

3. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan untuk menambah referensi terkait kebijakan bank Indonesia terhadap pengembangan pasar perbankan syariah.


(21)

4. Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam penelitian selanjutnya sehingga bisa menjadi perbandingan bagi penelitian yang lain.

D. Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang berkaitan dengan penelitian yang kita jalankan sekalipun arah tujuan yang diteliti berbeda. Dari penelitian ini, peneliti menemukan beberapa sumber kajian lain yang telah lebih dahulu membahas terkait dengan pengembangan pasar perbankan syariah, diantaranya adalah:

1. Ahmad Busaeri, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

“Peran dan Upaya Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia Dalam Pengembangan Perbankan Syariah”. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif, dalam penelitian Ahmad menyatakan bahwa perkembangan perbankan syariah di tahun 2006 telah menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Pencapaian total aset perbankan syariah hingga November 2006 sebesar Rp 25 Triliun. Namun perkembangan perbankan syariah tidak terlepas dari faktor pendukung seperti karakteristik operasional dan produk perbankan syariah dan ada faktor lainnya, sedangkan faktor penghambatnya adalah lemahnya daya saing dalam hal kualitas pelayanan, variasi fitur produk, jaringan kantor ATM, perilaku nasabah serta calon nasabah yang masih sensitif terhadap fluktuatif tingkat suku bunga.


(22)

Dalam skripsi yang saya buat, Annafi selaku peneliti lebih konsentrasi pada pertumbuhan perbankan syariah pada tahun 2008-2010 yang terkonsep pada Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia. Peneliti membandingkan antara konsep yang dibuat dan realisasi dari konsep tersebut.

2. Yuria Pratiwhi Cleopatra, Kajian Timur Tengah dan Islam: Kekhususan Ekonomi dan Keuangan Syariah, Program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia , 2008.

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Proporsi Aset Perbankan Syariah di Indonesia”. Penelitian ini Yuria menyatakan bahwa Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh variabel yang signifikan mempengaruhi proporsi aset bank syariah terhadap keseluruhan aset perbankan nasional Indonesia adalah variabel Non Performing Financing (NPF), tingkat suku bunga SBI, Inflasi (Inf), tingkat suku bunga kredit bank konvensional (BKBK), Financing to Deposit Ratio bank syariah (FDR), dan porsi pembiayaan bagi hasil bank syariah (PBH). Model yang terbentuk dari MLR telah memiliki sifat BLUE (Best, Linear, Unbiased Estimator), dan terbebas dari penyakit multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Menurutnya untuk meningkatkan pertumbuhan aset perbankan syariah perlu di buka Bank Umum Syariah baru dan Unit Usaha Syariah baru. Dari segi margin juga bank syariah harus bisa lebih kecil dibanding dengan tingkat bunga kredit


(23)

di bank konvensional.

Hal yang membedakan dengan penelitian saya adalah dalam melihat pertumbuhan proporsi aset perbankan syariah saya tidak menggunakan metode- metode seperti penelitian yang dilakukan oleh Yuria, namun saya lebih melihat faktor- faktor yang mempengaruhinya yang sesuai dengan konsep Grand Strategy Perbankan Syariah tahun 2008-2010 yang dibuat oleh Bank Indonesia.

3. Ellyn Herlia Nur Hidayah, Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam: Kekhususan Ekonomi dan Keuangan Syariah, Program Pasca Sarjana , Universitas Indonesia, 2008

Faktor yang Mempengarhi Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah” Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh variabel yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah adalah variabel DPK (dana pihak ketiga), dan variabel SBI (suku bunga Sertifikat Bank Indonesia). Variabel non performing financing dan return on assets tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah. Setiap kenaikan satu satuan dana pihak ketiga akan meningkatkan aset sebesar 1,298 persen dan setiap kenaikan satu satuan SBI akan meningkatkan aset sebesar 0,169 persen. Nilai adjusted R2 sebesar 0,993 berarti variabel dana pihak ketiga dan SBI dapat menjelaskan variabel terikat aset sebesar 99,3 persen, sedangkan sisanya 0,7 persen dipengaruhi oleh variabel lain. Selain dana pihak ketiga, bank syariah perlu memperhatikan


(24)

perkembangan suku bunga bank indonesia terutama untuk jangka panjang, terutama melihat kondisi makro indonesia sebagai negara yang terus berkembang sampai saat ini.

Pada penelitian Ellyn terdapat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan aset dan faktor yang tidak mempengaruhi. Namun dalam penelitian saya dalam hal pertumbuhan aset yaitu seberapa besar tingkat pertumbuhannya dan apa saja yang mempengaruhinya tentunya faktor- faktornya yang telah dicanangkan dalam Grand Strategy Bank Indonesia Dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah Di Indonesia.

4. Dr. Harif Amali Rivai, SE., M.Si. dkk, Penelitian ini merupakan kerjasama antara Bank Indonesia dan Center for Banking Research (CBR)-Andalas University, 2006.

“Identifikasi Faktor Penentu Keputusan Konsumen Dalam Memilih Jasa Perbankan: Bank Syariah Vs Bank Konvensional” Berdasarkan hasil pengolahan analisis dalam penelitian ini ditemukan lima dimensi penentu perilaku nasabah dalam memilih bank syariah dan bank konvensional, faktor internal yang mempengaruhi konsumen untuk memilih bank syariah versus bank konvensional relatif berbeda. Pada konsumen yang memilih bank syariah, faktor internal yang sangat mempengaruhi keputusan konsumen untuk memilih bank tersebut adalah; (1) persepsi, (2) biaya dan manfaat, dan (3) agama. Sementara itu, yang mempengaruhi keputusan memilih bank konvensional terdiri dari; (1) motivasi rasional,


(25)

(2) biaya dan manfaat, dan (3) gaya hidup. Dan untuk faktor eksternal bank syariah meliputi (1) personal selling, (2) keluarga, sedangkan bank konvensional meliputi(1) keluarga ,(2) promosi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Harif, Ia mengidentifikasi faktor kunsumen yang memilih untuk menggunakan jasa layanan bank syariah. Namun dalam penelitian saya lebih fokus pada program- program pengembangan pasar perbankan syariah yang dijalankan oleh Bank Indonesia dan melihat hasilnya pada pertumbuhan aset perbankan syariah.

E. Kerangka Teori

Menurut Geraats ada beberapa aspek yang harus ada untuk menilai apakah kebijakan bank sentral transparan atau tidak, salah satu aspeknya adalah adanya informasi mengenai strategi moneter dan pertimbangan kebijakan internal.7

Dalam sebuah aturan dalam hal ini berbentuk kebijakan dapat mengarahkan suatu masyarakat yakni sebagai kontrol sosial, teori ini dinyatakan oleh Pound yang terkenal bahwa law is a tool of social engineering. Kebijan dalam hal ini yang dimuat dalam Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah adalah suatu bentuk sarana kontrol sosial yang khusus, yang harus diefektifkan berdasarkan seperangkat norma

7


(26)

kewenangan sebagaimana didayagunakan sebagai proses- proses administratif.8

Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah dibuat sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank. 9

Berbagai langkah konkrit telah dilakukan sebagai tahap implementasi dari grand strategy pengembangan pasar keuangan perbankan syariah yang dibuat dalam enam tahapan untuk target tahun 2008 hingga 2010. Program – program yang dimuat dalam Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah harus didukung oleh semua pihak, di dalam Teori dinyatakan bahwa dalam industri perbankan sifatnya sangat volatile, sehingga kebocoran informasi yang sensitif dapat menciptakan reaksi yang tidak rasionaldari

8

Prof. Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya. (Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2002), h. 70.

9

http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/ diakses pada 21 Desember 2010.


(27)

masyarakat yang akan mengakibatkan perkembangan pasar perbankan terhambat.10

Dahulu dalam memanfaatkan suatu aset dan cara menjaganya Nabi pernah mengingatkan pengikutnya, jika merea menjual suatu aset maka hasil penjualannya jangan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari, namun hendaknya digunakan untuk membeli aset dari jenis yang sama agar berkah uang tetap terjaga.11 Begitu pula dalam menjaga aset perbankan syariah, hendaknya aset yang telah dimiliki di investasikan lagi agar tidak berkurang dan memiliki potensi untuk bertambah.

Pada saat krisis ekonomi tahun 1997 dan 1998 muncul paradigma baru yang berkembang yaitu perlu dikembangkan ekonomi lerakyatan dimana pertumbauhan ekonomi di dorong dari bawah. Hal iniberarti diperlukannya alokasi sumberdaya untuk membangkitkan golongan ekonomi lemah dan koperasi. Kepemilikan alat- alat produksi yang penting serta prasarana ekonomi yang strategis perlu di restrukturisasi sehingga tidak dikuasai oleh segelintir orang.12

Ketika bank- bank syariah telah dominan dan meluas maka bank syariah harus mengedepankan aspek profesionalisme dan mengutamakan

10

Yunus Husein, Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003), h.219.

11

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 151.

12

Widyaningsih, SH., MH. dkk, Bank dan asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), Edisi revisi cetakan ketiga, h.158.


(28)

service excellence kepada customer. Jika telah menjalankan dengan excellence maka umat islam akan lebih percaya terhadap bank syariah. Para praktisi bank syariah juga harus menyakinkan bahwa bank syariah itu lebih baik. Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa faktor pelayanan sangat menentukan pilihan masyarakat dalam memilih bank- bank syariah.13

F. Metode Penelitian

Model penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara menelaah litaratur kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk desain deskriptif dan metode pengumpulan data dengan cara wawancara. Penelitian deskriptif ini merupakan kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan.14

1. Jenis Data

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan jenis data kualitatif yang menghasilkan data deskrptif berupa kata-kata tertulis dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi.15. dimana penulis menggunakan

13

Adrian Sutedi, S.H., M.H., Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), .h 46.

14

Consuelo G Sevilla, dkk., Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2006), h.71.

15

Lexy Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), ed: Revisi , h.4.


(29)

program Grand Strategy yang dicanangkan oleh Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia untuk dijadikan landasan dengan realisasi yang terjadi di tahun 2008 hingga 2010. Adapun jenis data yang digunakan adalah:

a. Data primer

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data berupa data primer yang di dapat langsung dari hasil wawancara dengan pihak yang berkompeten yaitu di Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia.

b. Data sekunder

Yang didapat dari literatur kepustakaan seperti buku-buku seperti Out Look Perbankan Syariah tahun 2008-2010, data statistik perkembangan perbankan syariah dari tahun ke tahun, karya ilmiah lain yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dijalankan penulis.

2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitiandilakukan dengan cara meneliti melalui media wawancara langsung kepada Tim Penelitian dan Pengembangan Pengembangan Perbankan Syariah Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia sehingga dapat memberikan keterangan tentang masalah yang ingin dibahas, serta menganalisis melalui dokumen-dokumen hasil pengumpulan data di lapangan.


(30)

3. Teknik analisan data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan data-data menjadi kata-kata tertulis dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi yang diperoleh melalui penelitian lapangan. Dalam penelitian ini peneliti fokus pada enam konsep Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia, dimana peneliti membandingkan kesesuaian antara konsep dan implementasi yang terjadi mulai tahun 2008 hingga tahun 2010.

4. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.


(31)

BAB II Grand strategy bank indonesia dalam pengembangan pasar perbankan syariah tahun 2008- 2010 yang meliputi Pengertian, Fungsi Dan Tujuan Grand Strategy Bank Indonesia, Konsep – Konsep Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah Tahun 2008- 2010.

BAB III Perbankan syariah di Indonesia yang meliputi Pengertian Pasar Perbankan Syariah, Landasan Hukum Terkait Perbankan Syariah, Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah, Pangsa Pasar Perbankan Syariah, Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah.

BAB IV Analisis Kesesuaian Antara Konsep Grand Strategy Bank Indonesia Dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah Dan Implementasi Tahun 2008- 2010 yang meliputi Potret tentang Implementasi Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia, Analisis terhadap Kesesuaian antara Implementasi dan Konsep Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia.

BAB V Penutup yang memuat kesimpulan dan saran, dari bahasan bab- bab sebelumnya.


(32)

BAB II

GRAND STRATEGY BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2008- 2010

A. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Grand Strategy Bank Indonesia

Definisi strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Pengertian umum strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara / upaya bagaimana agar rencana tersebut tetap tercapai.16 Menurut kamus umum bahasa Indonesia strategi adalah ilmu untuk mencapai suatu maksud.17 Strategi juga berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi yang di maksud dalam grand strategy Bank Indonesia adalah rencana yang disusun secara cermat dalam rangka mengembangkan pasar perbankan syariah di Indonesia agar tercapainya suatu target yang telah ditentukan.

Fungsi menurut kamus bahasa Indonesia adalah kegunaan suatu hal. Fungsi dalam arti lain yaitu jabatan (pekerjaan) yang dilakukan.18 Fungsi

16

DigitalCollections./jiunkpe/s1/hotl/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-33403142-9829-belhotel_borneo-chapter2.pdf. of 30 Quality diunduh 24 Desember 2010, pukul 12.35

17

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), h. 965.

18

Dendy Sugono, dkk., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), diakses 29 Maret 2011 http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php


(33)

dalam konsep grand strategy dapat diartikan dengan sesuatu yang berguna dalam menjalankan tugasnya agar dari strategi- strategi yang di buat dalam konsep grand strategy dapat di jalankan dengan maksimal.

Tujuan menurut kamus bahasa Indonesia adalah arah haluan (jurusan). Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia tujuan adalah maksud ialah sasaran.19 Dalam konteks ini berarti tujuan grand strategy Bank Indonesia dalam pengembangan pasar perbankan syariah di Indonesia memiliki arah, maksud dan sasaran yang jelas dalam menetapkan targetnya baik di tahun 2008, 2009 maupun di tahun 2010.

Disisi lain Bank Indonesia sebagai Bank Sentral memiliki tujuan utama yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem devisa serta mengatur dan mengawasi bank.20 Fungsi utama bank sentral adalah mengelola sistem moneter disuatu negara. Sasarannya dan cara pengelolaan moneter tergantung pada waktu dan negara yang melaksanakannya sambil tetap menetapkan tujuan (goals) ekonomi dan

19

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), h. 1094

20


(34)

struktur kelembagaan negara yang bersangkutan. Namun tujuan utama bank sentral adalah stabilitas ekonomi dan pertumbuhan.21

Dalam pembahasan ini lebih menfokuskan pada pengembangan perbankan syariah dimana tujuan bank syariah, sebagaimana bank konvensional, bank syariah di Indonesia selain berfungsi sebagaimana lazimnya suatu lembaga keuangan perbankan. Namun yang lebih di titik beratkan dalam keberadaan bank syariah di Indonesia bukan hanya ditujukan untuk sekelompok atau segolongan rakyat tertentu, melainkan untuk kepentingan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara keseluruhan tanpa kecuali.22

Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah dibuat sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yang meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang

21

Eugene A. Diulio, Uang dan Bank, (Jakarta: Erlangga, 1993), h. 108.

22

Drs. Cik Basir, S.H., M.H.I., Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama Dan Mahkamah Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 46.


(35)

lebih beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank.

B. Konsep – Konsep Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah Tahun 2008- 2010

Gambar 2.1

Sumber: MarkPlus&Co / Bank Indonesia / Direktorat Perbankan Syariah / Mei 2008

Bank Indonesia khususnya Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia dalam menentukan target pasar perbankan syariah pada tahun 2008, 2009 dan tahun 2010 telah membuat langkah- langkah konkrit yang dibuat


(36)

dalam beberapa tahap, yang di tiap tahapannya mempunyai arahan yang jelas. Dalam uraiannya antara lain:

1. Visi Pengembangan Pasar dan Target

a. Fase I tahun 2008 membangun pemahaman perbankan syariah sebagai Beyond Banking, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.50 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 40%

b. Fase II tahun 2009 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah paling atraktif di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.87 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 75%. c. Fase III tahun 2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai

perbankan syariah terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.124 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 81%. Dalam mengimplementasikan target yang telah ditentukan, Bank Indonesia memperhitungkan skenario pertumbuhan agresif, moderat, dan konservatif yang akan di jelaskan pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Skenario Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah23

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

AGRESIF Nilai aset: 62 T

Pertumbuhan aset: 81 %

AGRESIF Nilai aset: 87 T

Pertumbuhan aset: 75%

AGRESIF Nilai aset: 124 T

Pertumbuhan aset: 81 % MODERAT

Nilai aset: 50 T

Pertumbuhan aset: 44%

MODERAT Nilai aset: 68 T

Pertumbuhan aset: 37%

MODERAT Nilai aset: 97 T

Pertumbuhan aset: 43%

23

Buku Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbanakn Syariah Bank Indonesia, 2008.


(37)

KONSERVATIF Nilai aset: 45 T

Pertumbuhan aset: 32%

KONSERVATIF Nilai aset: 57 T

Pertumbuhan aset: 25%

KONSERVATIF Nilai aset: 72 T

Pertumbuhan aset: 26%

Tahun 2008 Bank Indonesia memproyeksikan dalam skenario agresif jika pencapaian aset pada tahun tersebut sebesar 62 triliun rupiah yang artinya mengalami pertumbuhan aset sebesar 81 persen. Sedangkan skenario moderat tercapai jika aset perbankan syariah sudah mencapai 55 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 44 persen. Skenario konservatiaf tercapai jika nilai aset perbankan syariah mencapai target sebesar 45 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 32 persen.

Tahun 2009 Bank Indonesia memproyeksikan dalam skenario agresif jika pencapaian aset pada tahun tersebut sebesar 87 triliun rupiah yang artinya mengalami pertumbuhan aset sebesar 75 persen. Sedangkan skenario moderat tercapai jika aset perbankan syariah sudah mencapai 68 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 37 persen. Skenario konservatiaf tercapai jika nilai aset perbankan syariah mencapai target sebesar 57 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 25 persen.

Tahun 2010 Bank Indonesia memproyeksikan dalam skenario agresif jika pencapaian aset pada tahun tersebut sebesar 124 triliun rupiah yang artinya mengalami pertumbuhan aset sebesar 81 persen. Sedangkan skenario moderat tercapai jika aset perbankan syariah sudah mencapai 97 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 43 persen. Skenario konservatiaf tercapai


(38)

jika nilai aset perbankan syariah mencapai target sebesar 72 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 26 persen.

2. Program Pencitraan Baru Perbankan Syariah

program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding.

a. Positioning baru bank syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak (di konkretkan dalam program pengembangan segmen pasar)

b. Differentiation meliputi:

1) Content : beragam produk dengan skema variatif 2) Context : transparan agar adil bagi kedua belah pihak

(Pada poin 1 dan 2 di konkretkan lewat program pengembangan produk).

3) People : Kompeten dalam keuangan dan beretika

a) Kompeten meliputi, Mengerti masalah keuangan dan Memahami financial structure dari produk perbankan syariah

b) Beretika meliputi, Mengerti masalah syariah dan Mengikuti prosedur- prosedur yang syariah (syariah comply)

4) Technology : IT system yang update dan user friendly

a) User Friendly : simulasi konsep skema produk untuk memudahkna customer service dalam menjelaskan pada nasabah


(39)

b) Update : selalu diperbarui sehingga menampilkan info- info terbaru mengenai performasi produk berdasarkan skema / akad syariah yang digunakan

5) Facility : Fasilitas yang tersedia di setiap Bank Syariah

a) Ahli Investasi; yang akan membantu melakukan prioritas industri yang akan mendapatkan pendanaan perbankan syariah yang memahami trend domestik dan internasional sektor industri tertentu (bisa dilakukan juga melalui pertemuan reguler yang difasilitasi asosiasi perbankan syariah dan Bank Indonesia dengan para ahli di sektor industri tertentu).

b) Ahli keuangan dan perbankan; yang akan membantu pengembangan produk baru atau modifikasi produk perbankan syariah yang punya akseptabilitas tinggi.

c) Ahli syariah; yang dapat memberikan keyakinan akan kesesuaian transaksi terhadap prinsip perbankan syariah.

c. Branding adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking”.24

24

Buku Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbanakn Syariah Bank Indonesia, 2008


(40)

3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah

Program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah.

Dalam konsep grang strategy pengembangan pasar perbankan syariah ini, Bank Indonesia mmbagi segmen nasabah bank syariah menjadi lima segmen, diantaranya segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus, segmen sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya konvensional)

4. Program Pengembangan Produk

Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami.

5. Program Peningkatan Layanan

Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu


(41)

mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah

6. Program Sosialisasi dan Komunikasi

Program sosialisasi dan komunikasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung, yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. 25

Dalam penerapannya program ini grand strategy pengembangan pasar perbankan syariah ini memilah menjadi dua cara yaitu ATL (above the line) & BTL (Below the line). Yang termasuk above the line dan below the line akan dijelaskan pada uraian berikut:

Tabel 2.2 Tema Sosialisasi Beyond Banking26 Proporsi kegiatan

sosialisasi

Visualisasi (30% ATL) Aktivasi (70 % BTL) Communication

channel

iklan tv

iklan radio

outdoor media

 iklan cetak.

media kreatif

event publik

eksebisi / pameran

brand ambassador

website & internet –based

dialog & workshop

seminar & konferensi. Prioritas sasaran

audiens

nasabah perbankan

partisipan industri

nasabah perbankan

partisipan industri

25

A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Jakarta :UIN press, 2009, h. 186-189

26

Buku Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbanakn Syariah Bank Indonesia, 2008


(42)

stakehoders yang terkait secara tidak

langsung dengan pengembangan

stakehoders yang terkait secara tidak langsung dengan pengembangan

stakehoders yang terkait langsung dengan

pengembangan

Tujuan peningkaatan

awareness

kampanye edukasi / sosialisasi industri menanamkan pemahaman mengenai konsep PDB (Possitioning, Defferentiation, Branding)

peningkatan jumlah account / transaksi atau bisa juga untuk sekedar mengajak

menggunakan bank syariah

mengajak untuk ikut serta merealisasikan visi dan program pengembangan industri perbankan syariah.

Pesan yang akan diangkat menjelaskan keunggulan perbankan syariah mengajak menggunakan bank syariah

menjelaskan keunggulan perbankan syariah

penjelasan mengenai konsep produk syariah

mengajak menggunakan bank syariah

melakukan sosialisasi terhadap visi dan program-program untuk

pengembangan

membantu penyelesaian hambatan dan kendala dalam pengembangan perbankan syariah

Inisiatif program bank indonesia (DPbS).

bank indonesia (DPbS)

kegiatan event eksebisi seperti pameran akan

dilakukan menggalang

partisipasi pelaku perbankan

bank indonesia (DPbS) dengan mengajak pelaku perbankan syariah untuk ikut serta dalam sesi sharing


(43)

BAB III

PERBANKAN SYARIAH DI INDONESI

A. Pengertian Pasar Perbankan Syariah

Pasar, menurut para ahli, merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Pendapat ahli yang lain mengatakan bahwa pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar- menawar, sehingga dengan demikian terbentuklah harga. Salah seorang ahli pemasaran, Stanton, mengemukakan perngertian yang lain tentang pasar, yakni merupakan kumpulan orang- orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya.27

Pasar dalam bab ini yang dibahas adalah pasar perbankan syariah, berarti mengandung kesimpulan orang- orang yang memenuhi keinginannya dengan daya beli (kemampuan) serta tingkah lakunya dalam manggunakan jasa atau fasilitas bank yang sesuai dengan prinsip syariah.

27

Dr. Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis,( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009) , h. 35


(44)

1. Sistem Perbankan di Indonesia

Untuk mengetahui bagaimana kedudukan bank syariah dalam sistem perbankan nasional, perlu terlebih dahulu dipahami bagaimana sistem perbankan yang saat ini berlaku di Indonesia. Pengertian sistem perbankan itu sendiri adalah menurut Emirzon (1998, h.23) “suatu tatanan yang didalamnya terdapat berbagai jenis bank yang terkait satu sama lain dan merupakan suatu kesatuan dengan mengikuti suatu aturan tertentu.” Sedangkan dalam redaksi lain, menurut Hermansyah (2006, h. 18) sistem perbankan adalah “ suatu sistem yang menyangkut tentang bank, menyangkut kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan kegiatan usahanya secara keseluruhan.” Dari kedua definisi tersebut dapat dipahami bahwa sistem perbankan itu merupakan suatu tatanan yang didalamnya terdapat unsur mengenai bank, baik menyangkut kelembagaannya, kegiatan usahanya serta cara dalam melaksanakan kegiatan usahanya dengan mengikuti aturan tertentu.

Sistem perbankan yang ada di Indonesia harus mengacu pada UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Mengacu pada UU tersebut salah satu aspek yang perlu dipahami dalam sistem perbankan di Indonesia adalah diakui adanya bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah disamping perbankan konvensional, yang dikenal


(45)

dengan istilah dual banking system.28 Disinilah salah satu letak kekhasan dari sistem perbankan di Indonesia, yang membedakan dari sistem perbankan yang berlaku di negara- negara lain (Sjahdeni 1999, h. 198). Yang sampai saat ini eksistensi bank syariah di Indonesia sudah sedemikian kukuh dengan terbitnya UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 29

B. Landasan Hukum Terkait Perbankan Syariah 1. Urgensi UU Perbankan Syariah

UU Perbankan Syariah sendiri sangat diperlukan karena beberapa alasan, yaitu: Pertama, sejalan dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia untuk mencapai terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, yang berlandaskan pada nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan dan kemanfaatan. Kedua, bahwa kebutuhan masyarakat Indonesia akan jasa – jasa Perbankan Syariah semakin meningkat, seiring dengan kesadaran mamsyarakat muslim dan bahkan non muslim bahwa jasa- jasa bank syariah lebih sesuai dengan kebutuhan

28

Dual Banking system adalah penerapan dua sistem perbankan, yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah dalam satu yurisdiksi negara (Faisal 2006, h. 59)

29

Drs. Cik Basir, S.H., M.H.I., Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama Dan Mahkamah Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 36


(46)

riil masyarakat seperti pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).30

Ketiga, Perbankan syrariah memiliki kekhususan dibandingkan dengan perbankan konvensional nseingga memerlukan pengaturan khusus. Kekhususan itu seperti fokus pada sektor riil dan pengembangan bisnis yang halal. Keempat, pengaturan mengenai perbankan syariah di dalam UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan belum spesifik sehingga perlu diatur dalam Undang – undang tersendiri.

Kelima, Perbankan Syariah sebagai salah satu sistem perbankan nasional memerlukan berbagai sarana pendukung agar dapat memberikan kontribusi yang maksimum bagi pengembangan ekonomi nasional, salah satu saarana vital yang mendukung adalah adanya perngaturan yang memadai dan sesuai dengan karakteristik perbankan syariah sebagaimana telah tercantum dalam UU No. 21 Tahun 2008.31

2. Hierarki Hukum Nasional

Dalam pasal 7 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004 tentang pembentukan Peraturan Perundang- undangan, hierarki hukum di Indonesia adalah (1) Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia

30

Zubairi Hasan, Undang- Undang Perbankan Syariah Titik Temu Kukum Islam dan Hukum Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 10

31


(47)

Tahun 1945, (2) Undang- Undang (UU), (3) Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perpu), (4) peraturan Pemerintah (PP) , (5) Peraturan Presiden (Perpres), dan (6) Peraturan Daerah (Perda). Peraturan perundang- undangan berada diurutan teratas untuk itu peratuan yang berada dibawahnya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berada diatasnya.32

Dalam pembentukkan undang- undang DPR dan Presiden karena kalau satu pihak tidak menyetujui pasal- pasal dalam rancangan undang- undang, maka rancangan undang- undang tidak dapat disahkan menjadi undang- undang.

3. Perbankan Syariah dalam UUD

Dukungan konstitusi terhadap Perbankan Syariah dapat dilihat dalam pasal 33 ayat (4) UUD yang berbunyi:” Perekonomian Nasional diselenggarakan berdasar asas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.

Perbankan Syariah memenuhi kriteria yang terdapat dalam pernyataan dalam undang- undangan di atas, karena (1) Perbankan Syariah Sesuai dengan aspirasi masyarakat serta sangat tepat untuk masyarakat indonesia yang sebagian besar pelaku usaha mikro, kecil dan

32


(48)

menengah (asas demokrasi ekonomi), (2) Perbankan Syariah mengutamakan kemajuan bersama bukan kemajuan individu (asas kebersamaan), (3) Perbankan syariah sebagai solusi pembiayaan (asas keadilan dan kemandirian), (4) Perbankan Syariah tidak boleh bermitra dengan perusahaan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan (asas keberlanjutan dan lingkungan), (5) Perbankan Syariah menggabung antara kepentingan duniawi dan ukhrawi (asas keeimbangan), (6) Perbankna Syariah sangat memajukan kemajuan sektor riil (asas kesatuan ekonomi nasional).33Dengan adanya dukungan konstitusi di atas semestinya undang- undang perbankan syariah sudah disahkan sejak dulu.

4. Perbankan Syariah dalam UU

Awalnya sudah ada UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaiman di ubah dengan UU No. 10 Tahun 1998. Namun, dalam UU tersebut ketentuan yang mengatur tentang perbankan syariah masih sangat minim, dalam pasal 6 UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan menyatakan bahwa Bank Umum dapat menyediakan pembiayaan bagi nasabah dengan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

Dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, dalam Undang- undang ini telah dinyatakan akad- akad syariah dan ketentuan lain yang mengulas tentang perbankan syariah hanya 8 pasal yaitu Pasal 1 angka

33


(49)

(12), Pasal 6 huruf (n), Pasal 7 huruf (c), Pasal 8 ayat (1) dan (2), pasal 11 ayat (1) dan (4a), pasal 13, Pasal 29 ayat (3), dan Pasal 37 ayat (1) huruf (c). dari ke delapan pasal tersebut menimbulkan kerancuan antara ketentuan Bank Umum dan BPR dapat pula mengatur perbankan Syariah.

Saat ini telah ada UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, dalam UU ini telah di atur secara spesifik hal- hal apa saja yang dibutuhkan dalam perbankan syariah, untuk mendukung terlaksananya dari UU ini maka di dukung pula oleh beberapa pihak dan ketentuan- ketentuan lain yang membantu terlaksananya UU ini, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang di reppesentasikan melalui Dewan Pengawas Syariah (DPS), fatwa yang dikeluarkan MUI melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI), dan di dalam interen Bank Indonesia sendiri di bentu Komite Perbankan Syariah (KPS) yang keanggotaannya terdiri dari perwakilan dari Bank Indnesia, Departemen Agama danunsur masyarakat yang komposisinya berimbang. Serta dalam hal penyelesaian sengketa terlibat pula peran Peradilan Agama.34

5. Perbankan Syariah dalam Peraturan Pemerintah

Ada empat peraturan pemerintah yang mengatur tentang Perbnkan Syariah., yaitu : Pertama, PP No. 70 Tahun 1992 tentang modal disetor pada Bank Umum, yang berubah menjadi PP No. 38 Tahun 1998. Kedua, PP No. 71 Tahun 1992 tentang BPR, dimana BPR yang menjalankan

34


(50)

berdasarkan prinsip bagi hasil harus mencantumkan secara tegas bahwa kegiatan bank semata- mata berdasarkan prinsip bagi hasil. Ketiga, PP No. 72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Keempat, PP No. 30 Tahun 1999, maka dengan adanya PP ini semua regulasi yang mengatur perbankan secara umum dan Perbankan Syariah secara Khusus tidak tidak lagi melalui PP melainkan melalui PBI. Kekuasaan untuk membina dan mengawasi bank selanjutnya beralih dari emerintah melalui Departemen Keuangan ke Bank Indonesia.35

6. Perbankan Syariah dalam Peraturan Bank Idonesia

Peraturan Bank Indonesia (PBI) adalah peraturan yang dikeluarkan ole Bank Indonesia untuk mengawasi dan membina semua bank yang berbadan hukum Indonesia atau beroperasi di Indonesia. Dalam UU Perbankan Syariah banyak pasal- pasal yang memerintahkan “ketentuan lebih lanjut mengenai hal tertentu diatur dalam PBI”.36

7. Fatwa Majelis Ulama Indonesia

Salah satu sumber rujukan hukum tentang Perbankan Syariah adalah Fatwa MUI yang biasanya digodok oleh Dewan Syariah Nasioonal MUI (DSN MUI). Dengan adanya UU Perbankan Syariah maka fatwa MUI juga mempunyai pijakan. Hal ini karena UU Perbankan Syariah menentukan bahwa perincian mengenai prinsip syariah difatwakan oleh

35

Ibid, h. 20

36


(51)

MUI, yang kemudian diupayakan melalui PBI. Setelah melalui penggodokan di Komite Perbankan Syariah yang dibentuk oleh Bank Indonesia.

Dalam pasal 26 UU Perbankan Syariah dinyatakan bahwa : (1) Kegiatan Usaha Perbankan Syariah dan/ atau produk dan Jasa Syariah, wajib tunduk kepada Prinsip Syariah; (2) Prinsip Syariah itu difatwakan oleh MUI; (3) Fatwa MUI dituangkan dalam PBI; (4) Dalam rangka penyusunan PBI, Bank Indonesia membentuk Komite Perbankan Syariah. Dengan demikian fatwa MUI tentang Perbankan Syariah dapat menjadi hukum positif yang diakui keabsahaannya dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.37

C. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah

Sejarah perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia diawali dari aspirasi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim untuk memiliki sebuah alternatif sistem perbankan yang Islami. Selain itu, masyarakat meyakini bahwa sistem perbankan syariah yang menerapkan bagi hasil sangat menguntungkan, baik untuk nasabah dan bank. Pada awal tahun 1980-an, rintisan pendirian perbankan syariah mulai dilakukan. Maraknya seminar dan diskusi tentang urgensi bank syariah yang dilakukan masyarakat dan

37


(52)

akademisi kian memantapkan langkah untuk mendirikan sistem perbankan yang sesuai syariah.

Sebagai sebuah uji coba, muncullah gagasan tentang bank syariah dalam skala kecil. Sejak itu, berdirilah Bait Al-Tamwil Salman di Institut Teknologi Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta. Keberadaan badan usaha pembiayaan non-bank yang mencoba menerapkan konsep bagi hasil ini semakin menunjukkan, bahwa masyarakat Indonesia membutuhkan hadirnya alternatif lembaga keuangan syariah untuk melengkapi pelayanan lembaga keuangan konvensional yang sudah ada.

Mencermati aspirasi masyarakat untuk memiliki lembaga keuangan syariah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) selanjutnya menindaklanjuti aspirasi tersebut dengan melakukan pendalaman konsep-konsep keuangan syariah, termasuk sistem perbankan syariah. Pada tanggal 18-20 Agustus 1990, MUI menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional Keempat MUI di Jakarta pada 22-25 Agustus 1990.

Hasilnya, lahirnya amanat untuk pembentukan kelompok kerja pendirian bank Islam pertama di Indonesia. Kelompok kerja ini disebut Tim Perbankan MUI yang bertugas untuk menindaklanjuti aspirasi dan keinginan masyarakat tersebut serta melakukan berbagai persiapan dan konsultasi dengan semua pihak terkait. Hasil kerja dari Tim Perbankan MUI ini adalah berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI). Akte pendirian BMI


(53)

ditandatangani pada tanggal 1 November 1991 dan BMI mulai beroperasi pada 1 Mei 1992. Selain BMI, pionir perbankan syariah yang lain adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Dana Mardhatillah dan BPR Berkah Amal Sejahtera yang didirikan pada tahun 1991 di Bandung, yang diprakarsai oleh Institute for Sharia Economic Development (ISED).

Dukungan Pemerintah dalam mengembangkan sistem perbankan syariah ini selanjutnya terlihat dengan dikeluarkannya perangkat hukum yang mendukung sistem operasional bank syariah, yaitu Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan PP No. 72 Tahun 1992. Ketentuan ini menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (dual banking system) di Indonesia, yaitu beroperasinya sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan dengan prinsip bagi hasil. Dalam sistem perbankan ganda ini, kedua sistem perbankan secara sinergis dan bersama-sama memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk dan jasa perbankan, serta mendukung pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.

Pada tahun 1998, terjadi perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Perubahan itu semakin mendorong berkembangnya keberadaan sistem perbankan syariah di Indoneisa. Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998, Bank Umum Konvensional diperbolehkan untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu melalui pembukaan UUS (Unit Usaha Syariah). Dalam UU ini pula untuk pertamakalinya nama “bank


(54)

syariah” secara resmi menggantikan istilah “bank bagi hasil” yang telah digunakan sejak tahun 1992.

Dalam perjalanan waktu, pengalaman membuktikan bahwa sistem perbankan syariah telah menjadi salah satu solusi untuk membantu perekonomian nasional dari krisis ekonomi dan moneter tahun 1998. Sistem perbankan syariah terbukti mampu menjadi penyangga stabilitas sistem keuangan nasional ketika melewati guncangan. Kemampuan itu semakin mempertegas posisi sistem perbankan syariah sebagai salah satu potensi penopang perekonomian nasional yang layak diperhitungkan.

Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Dengan positioning khas perbankan syariah sebagai “lebih dari sekedar bank” (beyond banking), yaitu perbankan yang menyediakan produk dan jasa keuangan yang lebih beragam serta didukung oleh skema keuangan yang lebih bervariasi, diyakini bahwa di masa mendatang minat masyarakat Indonesia akan semakin tinggi untuk menggunakan bank syariah. Dan pada gilirannya, hal tersebut akan meningkatkan signifikansi peran bank syariah dalam mendukung stabilitas sistem keuangan nasional, bersama-sama secara sinergis


(55)

dengan bank konvensional dalam kerangka Dual Banking System (sistem perbankan ganda) Arsitektur Perbankan Indonesia (API).38

Di indonesia Bank Syariah pertama kali didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Bila dibandingkan dengan negara- negara lain memang perkembangan bank syariah di Indonesia dinilai terlambat, namun saat perkembangan bank syariah di Indonesia terus berkembang terlihat dari jumlah kelembagaan bank syariah yang terus bertambah. Bila pada periode 1992- 1998 hanya ada satu unit Bank Syariah, di tahun 2005 jumlah bank syariah di Indonesia sudah bertambah menjadi 3 Bank Umum Syariah dan 17 Unit usaha syariah. Sementara itu BPRS juga bertambah hingga tahun 2004 mencapai 88 buah.

Data Bank Indonesia tahun 2005 prospek perbankan syariah di Indonesia cukup baik. Di tahun 2004 volume usaha bank syariah telah mencapai 14.0 Triliun rupiah, dengan tingka pertumbuhan sebesar 88,6 persen. Target Bank Indonesia di tahun 2005 diperkirakan mencapai 24 Triliun rupiah, ternyata pangsa pasar perbankan syariah mencapai 20.88 Triliun rupiah. Terlihat target bank indonesia dalam mengejar pangsa pasar yang lebih besar belum tercapai.

Perkembangan perbankan syariah ini tentunya harus didukung oleh sumber daya insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun

38

http://ib.eramuslim.com/2008/12/01/sejarah-perkembangan-industri-perbankan-syariah-di-indonesia/ diakses 24 Febuari 2011


(56)

kualitasnya. Namun, realitas yang ada masih banya sumber daya insani yang tidak memiliki pengalamanpraktis maupun akademis dalam bidang perbankan syariah yang tentu saja mempengaruhi tingkat produktivitas dan profesionalisme perbankan syariah.39

D. Pangsa Pasar Perbankan Syariah

Peluang pengembangan perbankan syariah di Indonesia dimasa datang sungguh sangat memiliki potens yang besar. Pertama:, penduduk Indonesia mayoritas beragama muslim, sekitar 88 persen dari jumlah penduduknya sehingga size market yang dapat digarap jumlahnya cukup besar. Kedua: kekayaan alam Indonesia yang sangat banyak, sumber daya alam yang beragam, sehingga berpotensi proyek- proyek yang dijalankan dapat dibiayai dengan skim syariah dari beberapa sektor yang dijalankan di Indonesia.

Ketiga: market share perbankan syariah di Indonesia memang cukup kecil bila dibandingkan dengan negara- negara lain yang sudah jauh lebih dulu mengembangkan perbankan syariah. Namun, dilihat dari tren pengembangannya bank syariah di Indonesia jauh lebih pesat, dari segi kelembagaan sudah terlihat bertambahnya jumlah lembaga keuangan syariah setiah tahunnya. Menurut Bank Indonesia perkembangan & pertumbuhan

39

Ir. Adiwarman A. Karim, S.E, M.B.A., M.A.E.P, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), edisi ketiga h. 25-27


(57)

pasar keuangan (khususnya perbankan) syariah nasional yang semakin meningkat.

Keempat: banyaknya dukungan baik dari pemerintah maupun Bank Sentral yaitu Bank Indonesia. Dengan adanya UU tentang perbankan syariah, dan UU tentang SBSN dan UU lain yang lebih spesifik dengan akad syariahnya, itu dapat menjadi tanda bahwa pemerintah serius dalam mengembangkan lembaga keuangan syariah dan juga perbankan syariah. Selain itu juga peran Bank Indonesia dalam membuat ide office channeling sehingga memudahkan membuat jaringan perbankan syariah untuk semakin berkembang.

Kelima: adanya dukungan dari organisasi keagamaan seperti dari Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah. Dimana peran organisasi tersebut sangat membantu perkembangan perbankan syariah dan kebijakan – kebijakan yang di buat oleh pemerintah dan bank Indonesia terkait dengan perbankan syariah juga tidak dapat berjalan maksimal tanpa dukungan dari organisasi masyarakat.40 Keenam, Socio-cultural masyarakat Indonesia dipandang sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem ekonomi dan keuangan syariah misalnya gotong royong dalam berbagi hasil.

Di Pasar Global pangsa pasar perbankan syariah sekitar 1,3 miliar penduduk muslim dunia merepresentasikan 20% populasi dunia. Potensi

40

A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, (Jakarta :UIN press, 2009), h. 104-105


(58)

sumber daya alam negara-negara muslim mendominasi potensi sumber dauya alam dunia. Perbankan syariah bukan hanya menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia tapi juga telah menjadi kecenderungan dunia internasional, termasuk negara- negara non-muslim, seperti Inggris & beberapa negara Eropa, China, India, dan Singapura.41

E. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah.

Perbankan Syariah memiliki karakteristik tersendiri yang menjadi keunikan sekaligus keunggulan jika dibandingkan dengan perbankan konvensional. Namun disisi lain untuk mengembangkan perbankan syariah masih banyak kendala yang dihadapi, serta memiliki tantangan tersendiri untuk lebih menoptimalkan potensi serta memperbesar pasar perbankan syariah.

1. KEKUATAN

a. Karakteristik utama yaitu menerapkan prinsip syariah

selama ini masih ada masyarakat yang menganggap religius yang masih enggan menyimpankan dananya di bank karena adanya riba berupa bunga, maka dengan kehadiran Bank Syariah, segmen masyarakat tersebut akhirnya memiliki solusi untuk menyimpan

41

Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Peluang Pengembangan Kurikulum Dan Konsentrasi Dan Ekonomi Di Perbankan Syariah Fekon UT


(59)

dana. Karena kondisi kedaruratan yang selama ini menjadi dasar masyarakat muslim untuk menabung di bank konvensional telah hilang seiring dengan telah hadirnya bank syariah di Indonesia. Sehingga apabila masih ada orang yang berargumentasi menabung di bank konvensional boleh secara agama karena situasi darurat maka itu adalah argumentasi keliru.

Produk- produk perbankan syariah baik produk penghimpunan dana maupun produk penyaluran dana keduanya sesuai dengan prinsip syariah. Jika pada bank konvensional terjadi tidak adanya integrasi yang terpisah antara nasabah penabung dengan pihak bank, dan antara nasabah peminjam dengan pihak bank. Dan keuntungan yang diperoleh oleh bank adalah adanya selisih bunga yang dikenakan kepada nasabah peminjam dengan bunga yang diberikan kepada nasabah penabung. Sedangkan pada bank syariah ada integrasi baik antara pihak bank , nasabah penabung dan nasabah peminjam. Dimana sistem yang diterapkan adalah bagi hasil, jadi jika hasil yang didapatkan dari nasabah peminjam kecil maka bagi hasil yang diberikan kepada nasabah penabung juga kecil dan sebaliknya.

Di bank konvensional, dana- dana yang dihimpun dari nasabah dapat disalurkan ke sektor – sektor usaha yang bebas tanpa syarat kesyariatan. Jadi nasabah tidak perlu khawatir dana yang


(60)

ditaruh di bank syariah di pergunakan untuk hal- hal yang bertentangan dengan syariat, selain itu di bank syariah juga memiliki dewan pengawas syariah yang bertugas mengawasi bank syariah.42

b. Menjunjung Keadilan dan Menentramkan Umat

Dalam perbankan syariah sistem yag diterapkan lebih adil baik dari segi nasabah penabung maupu nasabah peminjam. Dana- dana yang disimpan dalam bank syariah di prioritaskan untuk digunakan membiayai pada sektor riil. Jadi nasabah tidak perlu lagi takut kehilangan dananya seperti yang terjadi saat krisis tahun 1997 dimana banyak bank yang dilikuidasi, namun karena bank syariah lebih fokus ke sektor riil maka lebih tahan terhadap goncangan krisis ekonomi. Lebih adil disini terlihat dari besarnya bagi hasil yang diberikan kepada nasabah penabung, karena jika nasabah peminjam memberikan bagi hasil yang tinggi maka bagi hasil yang diberikan kepada nasabah penabung juga tinggi.43

Nasabah yang ingin membangun usaha dengan meminjam dana di bank juga tidak perlu takut lagi dengan adanya bunga yang tinggi. Karena besarnya bunga disesuaikan dengan besarnya pendapatan usaha. Jika pendapatan usaha yang dijalankan oleh

42

A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Jakarta :UIN press, 2009, h. 151

43


(61)

nasabah peminjam tinggi maka bagi hasil usaha juga tinggi dan jika pendapatan usaha nasabah peminjam rendah maka bagi hasil juga rendah, hal in terbukti lebih adil jadi bank ikut merasakan beban usaha yang ditanggung oleh nasabah peminjam. Nasabah lebih tentram dan merasa adil karena tidak ada pihak yang dirugikan.

c. Lebih tahan menghadapi krisis

Di tahun 1997 Indonesia pernah dilanda krisis moneter sehingga nilai rupiah mengalami depresiasi besar. Uang tidak lagi hanya sekedar berfungsi sebagai alat tukar melainkan sudah menjadi barang komoditas sebagai akibat adanya motif spekulasi dari para pemegang uang. Sehingga sektor moneter seringkali telah lebih maju daripada sektor riil yang mengakibatkan munculnya fenomena bubble economic, yaitu seakan- akan ekonomi mengalami pertumbuhan yang tinggi namun tanpa memiliki fondasi yang kuat, sehingga apabila diterpa sedikit masalah akan langsung goyah dan telah terbukti dengan adanya krisis ekonmi tahun 1997.

Ketidakterkaitan antara sektor riil dan sektor moneter ini mengakibatkan persoalan serius. Baban bunga yang tinggi tidak akan mungkin mampu ditanggung oleh para pengusaha. Namun karena pengusaha memerlukan likuiditas kredit bunga tinggi


(62)

terpaksa diambil. Tahap berikutnya bank tersebut mengalami kredit macet, karena para pengusaha tidak mampu membayar beban yang harus ditangungnya.

Hal ini berbeda dengan sistem keuangan syariah yang menganggap uang hanya sebagai alat tukar. Sebagai alat tukar uang tidak akan menghasilkan nilai tambah apapun kecuali apabila dikonversi menjadi barang atau jasa. Dengan demikian setiap transaksi keuangan harus dilatarbelakangi dengan sektor riil. Ketika bank banyak bank konvensional yang mengalami negative spread dan mengalami kesulitan likuiditasnya, Bank Muamalat Indonesiasebagai bank Syariah yang pertama di Indonesia mampu melewati krisis ekonomi ini. Hal ini menunjukkan Bank Syariah tidak akan mengalami gejolak yang berarti apabila terjadi krisis ekonomi, karena segala aktivitas Perbankan Syariah selalu mempunyai sandaran sektor riil.44

d. Payung hukum yang jelas

Saat ini dengan adanya Undang- undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbakan Syariah, menjadi payung hukum perbankan syariah dalam menjalankan operasional perbankan syariah di Indonesia. Selama ini kendala dalam pengembangan

44


(63)

perbankan syariah adalah ketiadaannya payung hukum yang tersendiri mengatur tentang perbankan syariah.

Sampai tahun 1998 hanya ada satu perbankan syariah di Indonesia, namun seiring waktu sebagai pembuktian bank syariah yang tahan krisis maka lahirlah undang- undang No. 10 tahun 1998 yang mulai mengakui bank berdasarkan prinsip syariah. Namun seiring perjalanan perbankan syariah masih dibutuhkan undang- undang yang khusus mengatur tentang perbankan syariah, dan hal yang dinantika ini akhirnya terwujud dengan lairnya undang- undang No. 21 tahun 2008. Diharapkan dengan lahirnya undang- undang ini diharapkan target penguasaan market share Perbankan Syariah sebesar 5 persen yang tidak tercapai pada tahun 2008 mampu merealisasikan di tahun 2009. Dan semoga kedepannya perbankan syariah mampu memiliki penguasaan market share yang seimbang dengan perbankan konvensional.

2. KENDALA

a. Jaringan Rendah dan Pemerataan

Ini merupakan salah satu hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Bank Indonesia untuk melihat preferensi masyarakat terhadap bank syariah. Hasil penelitian dan permodelan potensi serta preferensi mayarakat terhadap bank syariah yang dilakukan Bank


(64)

Indonesia menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap perbankan syariah. Namun, sebagian besar responden mengeluhkan kualitas layanan termasuk ketersediaan jaringan yang rendah. Kelemahan inilah yang salah satu caranya diatasi dengan office channeling, yaitu bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah dapat membuka konter layanan syariah di cabang konvensionalnya.

Apabila sebelumnya bank yang memiliki unit usaha syariah hanya dapat melayani nasabah yang ingin membuka rekening di unit usaha syariah harus datang ke cabang syariah. Maka dengan adanya office channeling ini mereka tidak perlu datang ke cabang syariah, tapi bisa dilayani di cabang konvensionlanya yang membuka counter layanan syariah. Bank bank Umum syariah yang mengambil kebijakan untuk bekerjasama dengan bank konvensional atau instansi lain dalam rangka memperluas pasarnya.45

b. Loyalitas Nasabah Bank Syariah

Nasabah yang mempergunakan jasa Bank Syariah terbagi menjadi dua segmen nasabah, yaitu yang pertama adalah nasabah yang loyal terhadap perbankan syariah, dimana ia menggunakan jasa layanan bank syariah karena semangatnya untuk menegakkan syariat. Sehingga ia tidak akan mempersoalkan bagaimana besarnya prosentase bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah jika

45


(1)

pembiayaan musyarakah mutanaqisah iB dan produk Foreign Exchange (FX) Wa’ad iB, serta di tahun 2009 juga menambah fitur dari produk yang telah ada. Pada tahun 2010 ada produk baru yaitu Produk Pembiayaan Mudharabah Musytarakah dan Produk Term Finance.

6. Program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien untuk edukasi masyarakat: ATL(above the line) & BTL (Below the line) dapat melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung (media cetak, elektronik, online/web-site), yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Implementasinya Di setiap tahunnya tidak jauh berbeda media sosoialisasi dan komunikasi yang digunakan above the line dan above the line, yang berbeda hanya di tahun 2008 dan 2009 diadakannya Festival Ekonomi Syariah, namun di tahun 2010 BI menyelenggarakannya dengan cara lain yaitu dengan iB Expo dengan menggandeng event- event besar seperti : iB Paviliun di Mega Bazar Computer di Yogyakarta, Rumah iB di Real Estate Indonesia (REI) Expo 1-9 Mei 2010 di Jakarta, IB Showcase di Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) 2010, iB Paviliun di Islamic and Halal Business Festival (IHBF) di Jakarta, Real Estat Ekspo 2010 di Jakarta (Oktober


(2)

2010), Franchise dan License Expo Indonesia (FLEI) 2010 di Jakarta (November 2010), Bursa Properti iB di Surabaya (Desember 2010).

Dari keenam aspek sebagai langkah konkrit dari Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah maka antara konsep yang dibuat oleh Bank Indonesia telah sesuai denganimplementasinya, dalam hal terselenggara memang langkah dari program tersebut terselenggara, namun dalam hal tercapainya target maka tidak seluruh program mencapai target dengan maksimal. Dari pelajaran tahun 2008 ke 2009 maka di tahun 2010 telah disempurnakan kekurangan- kekurangan yang ada sebelumnya, terbukti dengan pertumbuhan aset yang sangat menggembirakan pada tahun 2010 ini yaitu sebesar 100 triliun rupiah. Tercapainya aset tersebut berkat kerja keras dari seluruh pihak yang peduli dan terkait langsung dalam pengembangan perbankan syariah Indonesia.

B. Saran

1. Sosialisasi konsep yang di buat oleh Bank Indonesia terhadap masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah muslim perlu ditingkatkan, untuk mendukung program yang dibuat agar hasil yang diinginkan maksimal. 2. Masyarakat muslim terutama ekonomi yang menengah kebawah

merupakan mayoritas dari penduduk Indonesia, maka bagaimana strategi bank Indonesia dalam menjangkau masyarakat menengah bawah agar dapat terjangkau menggunakan bank syariah melalui program- programnya.


(3)

3. Konsep Pengembangan Perbankan Syariah yang dibuat oleh Bank Indonesia harus mampu bersaing dengan dominasi perbankan konvensional baik dengan konsep hadiah dan promosi yang besar- besaran.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Riawan A. Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional, (disampaikan pada Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa Bidang Perbankan Syariah). 2009

Amin, A. Riawan. Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Jakarta :UIN press, 2009

Basir, Cik. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama Dan Mahkamah Syariah, Jakarta: Kencana, 2009

Buku Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbanakn Syariah Bank Indonesia, 2008.

Dewi, Gemala. Aspek- aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Edisi revisi Cetakan ke 5. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005

Diulio, Eugene A. Uang dan Bank, Jakarta: Erlangga, 1993

Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Peluang Pengembangan Kurikulum Dan Konsentrasi Dan Ekonomi Di Perbankan Syariah Fekon UT

Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia , Outlook perbankan syariah indonesia 2011, november 2010

Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008

Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009

Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008

Husein, Yunus. Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003

Hasan, Zubairi Undang- Undang Perbankan Syariah Titik Temu Kukum Islam dan Hukum Nasional, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009


(5)

Ismail, Maqdir. Bank Indonesia dalam Perdebatan Politik dan Hukum, Yogyakarta: Navila Idea, 2009

Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, ed. III. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007

Kasmir. Pemasaran Bank, Jakarta: Prenada Media, 2004

Moloeng, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, ed: Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia , Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984

Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1997 Saidi, Zaim Tidak Syar’inya Bank Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Delokomotif,

2010

Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009

Sevilla, Consuelo G. dkk. Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2006

Sugono, Dendy. dkk., Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008

Umar, Husein. Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009 Wignjosoebroto, Soetandyo. Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya,

Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2002 Widyaningsih. Dkk. Bank dan asuransi Islam di Indonesia, Ed. revisi cet III. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005

Choir, Data Pertumbuhan Industri Indonesia 2011, diakses 12 February 2011 http://zonaekis.com/search/data-pertumbuhan-industri-indonesia-2011


(6)

Choir, Sukuk Sumbangkan 20% Total Asset Perbankan Syariah Malaysia. Diakses 2 April 2011. http://zonaekis.com/sukuk-sumbangkan-20-total-asset-perbankan-syariah-malaysia

DigitalCollections./jiunkpe/s1/hotl/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-33403142-9829-belhotel_borneo-chapter2.pdf. of 30 Quality diakses 24 Desember 2010 http://ib.eramuslim.com/2008/12/01/sejarah-perkembangan-industri

perbankan-syariah-di-indonesia/ diakses 24 Febuari 2011

http://keuangan.kontan.co.id/v2/read/keuangan/58808/Bank-syariah-tumbuh-47-pada-2010 diakses 24 Febuari 2011

http://www.detikfinance.com/read/2010/12/13/145628/1523388/5/aset-perbankan-syariah tembus-rp-130-triliun-tahun-depan / di akses pada 21 Desember 2010.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2008/12/23/1323022/Menjadi.Terkemuka.di. ASEAN, diakses 21 Desember 2010

http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/ diakses pada 21 Desember 2010.

Menilik Perbankan Syariah di 2011. Diakses 2 April 2011.

http://republika.co.id:8080/koran/126/125990/Menilik_Perbankan_Syariah_di _2011. diakses 2 April 2011