ditaruh di bank syariah di pergunakan untuk hal- hal yang bertentangan dengan syariat, selain itu di bank syariah juga
memiliki dewan pengawas syariah yang bertugas mengawasi bank syariah.
42
b. Menjunjung Keadilan dan Menentramkan Umat
Dalam perbankan syariah sistem yag diterapkan lebih adil baik dari segi nasabah penabung maupu nasabah peminjam. Dana-
dana yang disimpan dalam bank syariah di prioritaskan untuk digunakan membiayai pada sektor riil. Jadi nasabah tidak perlu
lagi takut kehilangan dananya seperti yang terjadi saat krisis tahun 1997 dimana banyak bank yang dilikuidasi, namun karena bank
syariah lebih fokus ke sektor riil maka lebih tahan terhadap goncangan krisis ekonomi. Lebih adil disini terlihat dari besarnya
bagi hasil yang diberikan kepada nasabah penabung, karena jika nasabah peminjam memberikan bagi hasil yang tinggi maka bagi
hasil yang diberikan kepada nasabah penabung juga tinggi.
43
Nasabah yang ingin membangun usaha dengan meminjam dana di bank juga tidak perlu takut lagi dengan adanya bunga yang
tinggi. Karena besarnya bunga disesuaikan dengan besarnya pendapatan usaha. Jika pendapatan usaha yang dijalankan oleh
42
A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Jakarta :UIN press, 2009, h. 151
43
Ibid, h. 152
nasabah peminjam tinggi maka bagi hasil usaha juga tinggi dan jika pendapatan usaha nasabah peminjam rendah maka bagi hasil
juga rendah, hal in terbukti lebih adil jadi bank ikut merasakan beban usaha yang ditanggung oleh nasabah peminjam. Nasabah
lebih tentram dan merasa adil karena tidak ada pihak yang dirugikan.
c. Lebih tahan menghadapi krisis
Di tahun 1997 Indonesia pernah dilanda krisis moneter sehingga nilai rupiah mengalami depresiasi besar. Uang tidak lagi
hanya sekedar berfungsi sebagai alat tukar melainkan sudah menjadi barang komoditas sebagai akibat adanya motif spekulasi
dari para pemegang uang. Sehingga sektor moneter seringkali telah lebih maju daripada sektor riil yang mengakibatkan munculnya
fenomena bubble economic, yaitu seakan- akan ekonomi mengalami pertumbuhan yang tinggi namun tanpa memiliki
fondasi yang kuat, sehingga apabila diterpa sedikit masalah akan langsung goyah dan telah terbukti dengan adanya krisis ekonmi
tahun 1997. Ketidakterkaitan antara sektor riil dan sektor moneter ini
mengakibatkan persoalan serius. Baban bunga yang tinggi tidak akan mungkin mampu ditanggung oleh para pengusaha. Namun
karena pengusaha memerlukan likuiditas kredit bunga tinggi
terpaksa diambil. Tahap berikutnya bank tersebut mengalami kredit macet, karena para pengusaha tidak mampu membayar
beban yang harus ditangungnya. Hal ini berbeda dengan sistem keuangan syariah yang
menganggap uang hanya sebagai alat tukar. Sebagai alat tukar uang tidak akan menghasilkan nilai tambah apapun kecuali apabila
dikonversi menjadi barang atau jasa. Dengan demikian setiap transaksi keuangan harus dilatarbelakangi dengan sektor riil.
Ketika bank banyak bank konvensional yang mengalami negative spread dan mengalami kesulitan likuiditasnya, Bank Muamalat
Indonesiasebagai bank Syariah yang pertama di Indonesia mampu melewati krisis ekonomi ini. Hal ini menunjukkan Bank Syariah
tidak akan mengalami gejolak yang berarti apabila terjadi krisis ekonomi, karena segala aktivitas Perbankan Syariah selalu
mempunyai sandaran sektor riil.
44
d. Payung hukum yang jelas