B. Analisis Kesesuaian antara Implementasi dan Konsep Grand Strategy
Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia
1. Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010
Konsep yang tercantum dalam grand strategy Bank Indonesia dalam segi pencapaian aset pada tahun 2008 hingga 2010 masing- masing
memiliki skenario yang cukup jelas yaitu konservatif, moderat maupun agresif seperti yang sudah dipaparkan pada bab kedua. Pada tahun 2008
konsep dari Grand Strategy pada skenario agresif ditargetkan pada tahun 2008 mencapai aset perbankan syariah sebesar 62 triliun rupiah dan
pertumbuhan aset sebesar 81 , dalam skenario moderat nilai aset yang ditargetkan sebesar 50 triliun rupiah untuk pertumbuhan asetnya sebesar
44, sedangkan dalam skenario konservatif nilai aset yang di targetkan adalah sebesar 45 triliun dan untuk pertumbuhan asetnya sebesar 32.
Dalam implementasinya di tahun 2008 nilai aset yang dicapai oleh perbankan syariah adalah sebesar 51 triliun rupiah. Jika disandingkan
antara konsep dan implementasi maka skenario target dari grand strategy bank Indonesia yang tercapai adalah target moderat, karena nilai dari
target moderat tersebut sebesar 50 triliun rupiah. Dan untuk pertumbuhan asetnya pada tahun 2008 pertumbuhan aset perbankan syariah lebih dari
44.
Pada tahun 2009 target dari Grand strategy bank Indonesia juga memiliki skenario dengan pola yang sama seperti pada tahun 2008, yaitu
skenario agresif, moderat, dan konservatif. pada skenario agresif nilai aset yang ditargetkan adalah sebesar 87 triliun, untuk pertumbuhan aset
sebesar 75 , dalam skenario moderat nilai aset yang ingin dicapai adalah sebesar 68 triliun untuk pertumbuhan aset sebesar 37, dalam skenario
konservatif target dalam pencapaian aset sebesar 57 triliun dan pertumbuhan aset sebesar 25.
Tahun 2009, implementasi aset perbankan syariah yang tercapai adalah sebesar 68 triliun rupiah. Hal ini menandakan bahwa pada tahun
2009 target dari konsep grand strategy bank Indonesia yang tercapai pada tahun 2009 adalah dalam skenario moderat yaitu taerget dan
implementasi aset perbankan syariah sebesar 68 triliun rupiah dengan tingkat pertumbuhan industri sebesar 37.
Pada fase ketiga yaitu tahun 2010, dimana telah melalui dua fase sebelumnya yaitu tahun 2008 dan 2009, maka di tahu 2010 juga memiliki
skenario yang sama yaitu agresif, moderat dan konservatif. pada skenario agresif nilai aset yang ditargetkan pada perbankan syariah adalah sebesar
124 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 81 , dalam skenario moderat nilai aset yang ditargetkan dalam konsep grand strategy adalah
sebesar 97 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 43. Pada
skenario berikutnya yaitu skenario konservatif nilai aset yang ditargetkan adalah sebesar 72 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 26.
Dalam implementasinya di tahun 2010 pencapaian aset perbankan syariah adalah sebesar 100 triliun rupiah. Hal ini menandakan bahwa
telah melampaui target moderat yaitu sebesar 97 triliun rupiah namun juga belum mencapai target agresif yaitu sebesar 124 triliun rupiah. Jadi
pada tahun 2010 pencapaian target lebih dari moderat namun belum mencapai agresif. Dengan nilai aset sebesar 100 triliun rupiah maka
pertumbuhan aset industri perbankan syariah sebesar 47.
60
Untuk lebih singkatnya dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 4.5 TARGET
KONSEP
Tahun 2008; nilai aset 62 T Tahun 2009; nilai aset 87 T
Tahun 2010; nilai aset 124 T IMPLEMENTASI
Tahun 2008 Nilai aset 51 T Tahun 2009 Nilai aset 68 T
Tahun 2010 Nilai aset 100 T
ANALISIS
Tahun 2008 tercapainya target Moderat yaitu dengan adanya pertumbuhan sebesar 44
Tahun 2009 tercapainya target Moderat yaitu dengan adanya pertumbuhan sebesar 37
Tahun 2010 melebihi moderat 97 T namun belum
sampai ke target agresif 124 T
60
Choir, Data Pertumbuhan Industri Indonesia 2011, diakses 12 February 2011
http:zonaekis.comsearchdata-pertumbuhan-industri-indonesia-2011
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia yaitu 202 juta jiwa, industri keuangan syariah sebenarnya berpotensi berkembang
pesat di Indonesia. Namun, dibandingkan dengan banyak negara berpenduduk mayoritas Muslim lainnya, industri keuangan syariah
Indonesia masih tertinggal cukup jauh sehingga belum mampu menempatkan Indonesia sebagai pemain utama di industri keuangan
syariah global. Salah satunya adalah aspek perpajakan. Masalah netralisasi pengenaan
pajak berganda atas transaksi murabahah di perbankan syariah baru diakomodasi saat UU No. 42 tahun 2009 tentang PPN berlaku saat 1 April
2010. Malaysia sudah mengakomodir hal ini sejak satu dekade yang lalu. Bahkan, di Singapura, Monetary Authority of Singapore juga melakukan
revisi terkait pajak berganda di Industri keuangan syariah di negara tersebut pada tahun 2005. Perbankan syariah di Malaysia nilai aset tahun
2005 sebesar 12 persen, dan ditahun 2010 diperkirakan meningkat sebesar 20 persen.
61
Perbankan syariah Indonesia memiliki target untuk menjadikan perbankan syariah Indonesia menjadi perbankan syariah yang
terkemuka di ASEAN. Pada tahun 2010 pertumbuhan perbankan syariah
61
“Industri Keuangan Syariah masih Tertinggal”, Kompas, 23 Agustus 2010, h. 21
Malaysia sebesar 20
62
, jika dilihat dari besarnya nilai aset perbankan syariah di Malaysia sebesar 337600000000 ringgit setara dengan 2500
rupiah berarti angka aset Perbankan Syariah Malaysia jika disetarakan dengan rupiah maka setara dengan 844.000.000.000.000
63
rupiah atau 844 triliun sedangkan perbankan syariah Indonesia hanya memiliki aset
sebesar 100 triliun. Dari segi aset saja Indonesaia belum bisa menandingi Malaysia. Jadi target menjadi perbankan syariah yang terkemuka di
ASEAN belum tercapai. 2.
Program pencitraan baru perbankan syariah
Program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding. Positioning dalam konsep
grand strategy ini adalah perbankan yang saling menguntungkan di kedua belah pihak. Dimana antara nasabah dan bank sebagai pengelola dana-
dana keduanya saling memberikan keuntungan daru usaha- usaha yang dijalankannya. Sehingga antara nasabah pemilik dana yang menitipkan
dananya untuk dikelola oleh bank merasa diuntungkan dengan bank dapat amanah dalam menjaga dananya. Dan dari segi bank maka bank merasa
mendapatkan tanggung jawab dari dana- dana di amanatkan oleh nasabah
62
Menilik Perbankan Syariah di 2011. Diakses 2 April 2011. http:republika.co.id:8080koran126125990Menilik_Perbankan_Syariah_di_2011. diakses 2 April
2011
63
Choir, Sukuk Sumbangkan 20 Total Asset Perbankan Syariah Malaysia. Diakses 2 April 2011. http:zonaekis.comsukuk-sumbangkan-20-total-asset-perbankan-syariah-malaysia
yang telah
mempercayainya untuk
mengelola sesuai
dengan kkesepakatan, yang diharapkan nantinya dapat memberikan keuntungan
bagi keduanya. Dalam program possitioning ini akan dikonkretkan pada program pemetaan segmentasi nasabah.
Dalam program differentiation yang meliputi program keberagaman produk dengan skema variatif, transparan agar adil bagi kedua belah
pihak, kompeten dalam keuangan dan beretika, IT system yang update dan user friendly, Ahli investasi, keuaangan dan syariah.
Dalam program keberagaman produk dengan skema variatif akan lebih di konkritkan dalam poin program pengembangan produk. Dan
untuk program lainnya akan lebih dijelaskan pada poin edukasi dan kualitas layanan bank syariah. Sedangkan Branding perbankan syariah
saat ini adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking” yang dibuat oleh bank Indonesia sebagai motto dari perbankan
syariah Indonesia.
64
Tabel 4.6 TARGET
KONSEP
Program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding.
Positioning
: perbankan yang saling menguntungkan di kedua belah pihak
Differentiation
: dijabarkan
dalam segmen
pengembangan produk
64
Hasil wawancara oleh peneliti Bank di DPbS BI, tanggal 1 Maret 2011
a. Beragam produk dengan skema variatif