Payung hukum yang jelas Jaringan Rendah dan Pemerataan

terpaksa diambil. Tahap berikutnya bank tersebut mengalami kredit macet, karena para pengusaha tidak mampu membayar beban yang harus ditangungnya. Hal ini berbeda dengan sistem keuangan syariah yang menganggap uang hanya sebagai alat tukar. Sebagai alat tukar uang tidak akan menghasilkan nilai tambah apapun kecuali apabila dikonversi menjadi barang atau jasa. Dengan demikian setiap transaksi keuangan harus dilatarbelakangi dengan sektor riil. Ketika bank banyak bank konvensional yang mengalami negative spread dan mengalami kesulitan likuiditasnya, Bank Muamalat Indonesiasebagai bank Syariah yang pertama di Indonesia mampu melewati krisis ekonomi ini. Hal ini menunjukkan Bank Syariah tidak akan mengalami gejolak yang berarti apabila terjadi krisis ekonomi, karena segala aktivitas Perbankan Syariah selalu mempunyai sandaran sektor riil. 44

d. Payung hukum yang jelas

Saat ini dengan adanya Undang- undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbakan Syariah, menjadi payung hukum perbankan syariah dalam menjalankan operasional perbankan syariah di Indonesia. Selama ini kendala dalam pengembangan 44 Ibid, h. 153 perbankan syariah adalah ketiadaannya payung hukum yang tersendiri mengatur tentang perbankan syariah. Sampai tahun 1998 hanya ada satu perbankan syariah di Indonesia, namun seiring waktu sebagai pembuktian bank syariah yang tahan krisis maka lahirlah undang- undang No. 10 tahun 1998 yang mulai mengakui bank berdasarkan prinsip syariah. Namun seiring perjalanan perbankan syariah masih dibutuhkan undang- undang yang khusus mengatur tentang perbankan syariah, dan hal yang dinantika ini akhirnya terwujud dengan lairnya undang- undang No. 21 tahun 2008. Diharapkan dengan lahirnya undang- undang ini diharapkan target penguasaan market share Perbankan Syariah sebesar 5 persen yang tidak tercapai pada tahun 2008 mampu merealisasikan di tahun 2009. Dan semoga kedepannya perbankan syariah mampu memiliki penguasaan market share yang seimbang dengan perbankan konvensional.

2. KENDALA

a. Jaringan Rendah dan Pemerataan

Ini merupakan salah satu hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Bank Indonesia untuk melihat preferensi masyarakat terhadap bank syariah. Hasil penelitian dan permodelan potensi serta preferensi mayarakat terhadap bank syariah yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap perbankan syariah. Namun, sebagian besar responden mengeluhkan kualitas layanan termasuk ketersediaan jaringan yang rendah. Kelemahan inilah yang salah satu caranya diatasi dengan office channeling, yaitu bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah dapat membuka konter layanan syariah di cabang konvensionalnya. Apabila sebelumnya bank yang memiliki unit usaha syariah hanya dapat melayani nasabah yang ingin membuka rekening di unit usaha syariah harus datang ke cabang syariah. Maka dengan adanya office channeling ini mereka tidak perlu datang ke cabang syariah, tapi bisa dilayani di cabang konvensionlanya yang membuka counter layanan syariah. Bank bank Umum syariah yang mengambil kebijakan untuk bekerjasama dengan bank konvensional atau instansi lain dalam rangka memperluas pasarnya. 45

b. Loyalitas Nasabah Bank Syariah