36
Cara pada Treynor Index dasarnya sama dengan cara menghitung Sharpe Index
, hanya risiko yang diukur dengan standar deviasi pada Sharpe Index
diganti dengan beta saham. Beta saham diperoleh dengan metode regresi linier. Semakin tinggi tingkat Treynor yang dimiliki sebuah saham,
berarti kinerja saham tersebut akan menjadi relatif lebih baik dibandingkan dengan saham yang mempunyai Treynor Index yang lebih rendah.
Menghitung Treynor Index dapat menggunakan rumus berikut ini:
T =
�� – �� �
Dimana:
T = Treynor Index
Ri = Return sekuritas i pada periode pengamatan
Rf = tingkat return bebas risiko yang dimiliki sekuritas
β = beta sekuritas
3. Jensen Index
Jensen Index merupakan indeks yang menunjukkan perbedaan antara
tingkat return aktual yang diperoleh saham dengan tingkat return yang diharapkan jika saham tersebut berada pada garis pasar sekuritas. Persamaan
Jensen Index dan Treynor Index adalah bahwa kedua indeks tersebut
menggunakan garis pasar sekuritas sebagai dasar untuk membuat persamaan. Perbedaannya adalah bahwa Treynor Index sama dengan slope garis yang
menghubungkan posisi saham dengan return bebas risiko, sedangkan Jensen
37
Index merupakan selisih antara return saham dengan market return. Oleh
karena itu, nilai Jensen Index bisa saja lebih besar positif, lebih kecil negatif atau sama nol.
28
Menghitung Jensen Index dapat menggunakan rumus berikut ini:
Ĵ = Ri - [Rf + Rm - Rf β]
Dimana: Ĵ = Jensen Index
Ri = return sekuritas i pada periode pengamatan Rf = tingkat return bebas risiko pada periode pengamatan
Rm = return dari pasar saham β = beta sekuritas
F. Beta
Beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar. Risiko ini berasal dari beberapa faktor
fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar tentang saham perusahaan tersebut.
29
Faktor-faktor yang diidentifikasikan mempengaruhi nilai beta menurut Husnan 2001
30
adalah: 1.
Cyclicality. Faktor ini menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi oleh konjungtur perekonomian. Perusahaan yang sangat peka
28
Ibid., h. 500.
29
Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas Yogyakarta: AMP YKPN, 2001, h. 112.
30
Ibid., h. 112-113.
38
terhadap perubahan kondisi perekonomian merupakan perusahaan yang mempunyai beta yang tinggi, begitu juga sebaliknya.
2. Operating Leverage. Operating Leverage menunjukkan proporsi biaya
perusahaan yang merupakan biaya tetap. Semakin besar proporsi ini semakin besar Operating Leverage-nya. Perusahaan yang mempunyai Operating
Leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai beta yang tinggi dan
sebaliknya. 3.
Financial Leverage. Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi
hutang yang digunakan, maka semakin besar financial leverage-nya dan semakin tinggi beta.
Beta bisa dihitung dengan menggunakan rumus:
Dimana:
β
i
= beta sekuritas i
σ
im
= covariance antara sekuritas i dan pasar σ
2
m = variance sekuritas market
Adapun rumus untuk menghitung covarian dan variance adalah sebagai berikut:
β
i
= �
�
�
39
Covarian diformulasikan dalam rumus:
Dimana: Cov
xy
= covariance antara saham x dan indeks saham
X = return saham x
X = expected return saham x
Y = return indeks saham
Y = expected return indeks saham
n = banyaknya observasi
Sedangkan variance diformulasikan dengan rumus:
Dimana: σ
2
= variance Ri
= return ke-i yang mungkin terjadi E R
= return yang diharapkan n
= banyaknya observasi
Cov
xy
= − −
−
Var r = σ
2
= [�� – � �]
−
40
G. Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual mengenai penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Saham-saham yang masuk dalam JII di BEI
Seleksi saham syariah yang konsisten di JII
Pengumpulan data harga saham, risiko saham dan risiko pasar
Penghitungan return saham, varian dan kovarian harga saham
Pengolahan data
Sharpe Index Treynor Index
Jensen Index
Membandingkan kinerja saham syariah pada periode penelitian