Penelitian Terdahulu Kerangka Penelitian

8 Serikat di Darwin-Australia. Ketiga negara tersebut adalah China, Indonesia dan Filipina. Rina Oktavia menjadikan tiga negara tersebut untuk mewakili kategori respon negara-negara kawasan asia-pasifik atas hadirnya pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin. China secara geografis berada di kawasan Asia Pasifik, sedangkan Indonesia dan Filipina berada di kawasan Asia Tenggara. Ketiga negara menurut hasil analisis penelitian Rina Oktavia merespon pangkalan militer di Darwin dengan respon yang berbeda-beda. Rina Oktavia membagi ketiga macam kategori respon atas agenda pembangunan pangkalan dan kehadiran militer Amerika Serikat di Darwin diantaranya: mendukung, ambivalen dan menentang. Pertama: mendukung 10 , dimana Filipina merespon baik atas pembangunan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin. Dibuktikan dengan sambutan baik Sekretaris Komunikasi Filipina Ricky Carandang dalam menanggapi berita bahwa Amerika Serikat akan menempatkan 2.500 personil militer di Australia, Northern Territory selama bertahun-tahun mendatang. Kedua: ambivalen 11 , negara yang berada pada posisi merespon dengan model ambivalen adalah Indonesia. Keberadaan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin ada dua kemungkinan bagi Indonesia yaitu menguntungkan dan merugikan kepentingan negaranya. Oleh karena itu, Indonesia merespon dengan tidak mendukung dan tidak menolak. Respon dengan model ambivalen cenderung berubah-ubah sesuai dengan kondisi 10 Satu reaksi yang muncul dimana suatu negara merasa diuntungkan. 11 Reaksi suatu negara yang tidak berada dalam golongan pro dan kontra melainkan lebih menyikapi suatu fenomena. 9 menurut kepentigan nasional bagi negaranya. Ketiga: menentang 12 , China adalah negara yang merasa dirugikan atas pembangunan pangkalan Amerika Serikat di Darwin. China merasa bahwa program Amerika Serikat di Darwin sebagai bentuk penyeimbang atau menghalangi pengaruh China di kawasan. Respon China dapat diketahui dari statemen Kementerian Pertahanan China dalam mengomentari keputusan Amerika Serikat tersebut, sebagai bukti masih adanya mentalitas Perang Dingin di pihak Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, yang bisa menggerus rasa saling percaya di antara negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Rina Oktavia menggunakan beberapa konsep sebagai pisau analisis dalam menganalisis respon tiga negara terhadapa kehadiran pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin. Konsep yang dia gunakan terdiri dari empat konsep diantaranya: bilateral, kepentingan nasional, politik luar negeri, dan budaya politik dan pengaruhnya terhadap politik luar negeri. Penjelasan di atas menjadi gambaran seperti apa tulisan dari Rina Oktavia terkait respon ketiga negara di kawasan Asia-Pasifik terhadap pembangunan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin. Kedua, karya dari Rahmah Nazhafah dengan judul “Strategi Militer Amerika Serikat dalam Membendung Pengaruh Republik Rakyat China di Asia Pasifik”. Dalam tulisan ini mendeskripsikan kemajuan yang dicapai oleh China sampai saat ini terutama dalam hal kapasitas militer dan perluasan ekspansinya di kawasan Asia Pasifik. Prilaku China di kawasan dan langkah-langkah yang di tempuhnya telah menjadi kausal Amerika Serikat khawatir dan takut terhadap 12 Satu reaksi yang muncul dimana suatu negara tidak merasa diuntungkan. 10 kebangkitan China. Oleh karena itu, mau tidak mau Amerika dalam rangka mempertahankan power dan menjaga national security-nya di kawasan Asia Pasifik, Amerika terdorong kembali memperkuat dan mengambil langkah konkrit dalam hal menambahan kapasitas militernya di Asia Pasifik dengan cara pembaharuan strategi militer untuk membendung ekspansi China. Langkah yang di ambilnya adalah melakukan evolusi kerjasama militer antara AS dan Australia dengan menempatkan pasukan marinir sebesar 2500 dan penempatan peralatan militernya dari 2012 sampai 2017 di Darwin. Secara intrinsik dalam tulisan tersebut, respon yang dilancarkan China bersifat negatif. Dua hari setelah pengumuman penempatan pasukan marinir dan peralatan AS di Darwin, China langsung meresponnya dengan melakukan latihan mengumumkan akan segera melakukan latihan militer di Pasifik Barat. Selain itu, China akan meluncurkan patroli bersama dengan Laos, Myanmar dan Thailand di Sungai Mekong untuk mengembalikan pelayaran dan jaminan keamanan di sungai itu. Sedangkan landasan konsep yang digunakan dalam tulisan tersebut adalah kebijakan luar negeri, strategi militer dan regional security complex. Ketiga, tulisan yang berasal dari Mohamad Rosyidin dengan judul “Politik Luar Negeri sebagai Konstruksi Sosial: Sikap Indonesia terhadap Kebijakan Penempatan Pasukan Marinir Amerika di Darwin ”. 13 Mohamad Rosyidin dalam tulisannya mengungkap bagaimana respon Indonesia terhadap pembangunan pangkalan Amerika Serikat di Darwin. Dia membagi dua respon sebagai hasil 13 Penulis tulisan ini menempuh Program Studi S2 Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gajah Mada. Tulisan ini dimuat di website Jurnal Unair dan dapat diakses dengan link “ journal.unair.ac.idarticle_5570_media89_category.html ”. Di akses pada 30 April 2014, Pkl.

22.36 WIB

11 klasifikasi dua golongan yang berbeda pendapat di Indonesia. Kelompok eksekutif yang tidak sama responnya dengan non eksekutif yang berasal dari legislatif. Kelompok eksekutif menganggap bahwa pembangunan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin, bukanlah sebuah ancaman tetapi malah menguntungkan bagi kepentingan nasional Indonesia. Sedangkan kelompok non- eksekutif yang berasal dari legislatif merespon dengan cara berbeda dengan pemerintah. Legislatif merespon keberadaan pangkalan Amerika Serikat tersebut mengancam keamanan Indonesia, khususnya ancaman terhadap PT. Freeport di Papua. Mohamad Rosyidin dalam melihat respon berbeda dari internal Indonesia, anatara pemerintah dan non pemerintah terhadap keberadaan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin. Respon yang berbeda itu dianggap oleh Rosyidin, dua teori mainstream HI kurang bahkan tidak relevan, terutama realis dalam menjelaskan respon yang berbeda dari internal Indonesia. Perspektif konstruktivis salah satu teori mainstream ilmu hubungan internasional sangat relevan dalam menjelaskan respon yang berbeda dari Indonesia terhadap pembangunan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin. Dalam tulisan dia mengatakan bahwa, “Perspektif konstruktivis melihat ancaman tidak bersifat obyektif, melainkan subyektif yakni berada dalam pikiran aktor. Mengancam atau tidak itu bukan ditentukan oleh realitas material di luar sana, tetapi oleh pemaknaan aktor terhadap realitas tersebut. Konstruktivis melihat bahwa faktor-faktor sosial seperti identitas berperan penting dalam membentuk pemaknaan aktor terhadap lingkungannya ”.