Balance Of Threat Landasan Konseptual

13 dari dalam dan dari luar internastional system menjadi perhatian setiap negara. Dimana keamanan adalah harga mati untuk dicari, ditingkatkan dan dijaga oleh sebuah negara. Salah satu pemikiran dasar paradigma relais yaitu sistem internasional yang tidak lepas dari kondisi anarchy. 15 Mengkaji tentang keamanan suatu negara, sumber ancaman dari luar yang lahir dari persespsi negara akan terus menarik dalam disiplin Ilmu Hubungan Internasional. Menurut Arnold Wolfers bahwa, “Security is any objective sense, measure the absence of threats to acquire values, in a subjective sense, the absence of fear that such values will be attacked. ” 16 Pemikiran Wolfer tersebut menganjurkan bahwa sebelum suatu negara melancarkan tindakan balasan atau respon, sangatlah penting melakukan analisis lebih mendalam tentang ukuran atau besarnya sumber ancaman yang akan mengancam keamanan negara. Teori Balance of Threat bagian dari varian paradigma realis dapat digunakan dalam menjelaskan konstelasi sistem internasional, dalam hal ini Source of Threat dari kondisi eksternal sebuah negara. Balance Of Threat dirumuskan oleh Stephen M. Walt sebagai hasil reformulasi konsepsi Balance Of Power dari Kenneth N. Waltz. 17 Aliansi menjadi inti dari teori Balance Of Threat, yang mana aliansi didefiniskan sebagai hubungan formal atau informal dari 15 Baca, Richard W. Mansbach dan Kirsten L. Rafferty, 2012, ”Pengantar Politik Global”, Bandung: Nusamedia, p. 301- 304. Baca juga lebih lanjut, Morgenthau, “Politik Antar Bangsa”. 16 Baca, Anak Angung B ayu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005, “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, p. 121. 17 Baca, Stephen M. Walt, The Origin of Alliance”, p. 17-21, 27-32. Copyright 1987 by Cornell University Press. Used by permission of the publisher. Portions of the text and some footnotes have been omitted. Dalam, Robert J. Art dan Robert Jervis, 2007, Ínternational Politics: Enduring Concept and Contemporary Issues, New York:Pearson Longman, p. 96-102. Baca juga, Stephen M. Walt, “Alliance Formation and The Balance Of World Power”, Internasional Security, Vol. 9, No. 4 Spring, 1985, 3-34. 14 kerjasama keamanan antara dua atau beberapa negara dengan tingkat komitmen dan saling menguntungkan antara negara yang melakukan kerjasama. Aliansi dalam konteks ini dapat berbentuk Balancing dan Bandwagoning. Ketika negara yang terancam merespon dengan cara mengimbangi ancaman yang ada atau membalas dengan modal kekuatan sendiri disebut sebagai Balancing. Sedangkan bandwagoning yaitu negara yang merasa terancam akan cenderung memamfaatkan peluang dengan cara mengikuti atau beraliansi dengan sumber anacaman. Sumber ancaman dapat di bagi menjadi dua kategori yaitu mengancam sehingga negara bersifat reaksionis ataukah mengancam tetapi ancaman itu dijadikan peluang untuk memenuhi kepentingan nasional. Stephen M. Walt, dalam teorinya Balancing Of Threat telah membagi empat persepsi atau sumber-sumber ancaman terhadap suatu negara antara lain: Aggregate Power, dimana semakin besar sumber kemampuan total suatu negara, maka semakin besar pula potensi ancaman yang mereka tunjukkan kepada negara lain. 18 Geographic proximity yang artinya kekuatan yang dekat dengan wilayah suatu negara menunjukkan ancaman yang lebih besar dari pada kekuatan yang jauh. Offensive power, maksudnya adalah negara dengan kemampuan serangan yang besar lebih memungkinkan untuk menunjukkan ancaman yang lebih besar pula dari pada negara-negara yang menekankan kemampuan pertahanan. Aggresive Intentions, dimana beberapa negara yang dirasakan berperilaku agresif 18 Ukuran ini didasarkan pada logika sederhana realism yaitu dalam hal ini kemampuan militer suatu Negara. 15 mungkin bisa memancing negara lain untuk menyeimbangkan kekuatan dengan mereka. 19 Stephent M. Waltz dalam menguji dua konsep dari bagian Balance Of Threat menggunakan Timur Tengah sebagai objek penelitian pada tahun 1955 dan 1979. Hasil dari penelitiannya yaitu balancing lebih umum dibandingkan dengan bandwagoning dalam menciptakan kestabilan di kawasan Timor Tengah. Variabel pendukung yang disimpulkan Waltz ketika aliansi terjadi dapat dilihat dari aspek persamaan ideologi dan dukungan negara bantuan ekonomi dan militer menjadi indikator meningkatkan komitmen untuk beraliansi. Selain Timor Tengah, perang dingin juga menjadi penguat bahwa balancing lebih menjanjikan menjaga stabilitas sistem internasional dan keamnan sebuah negara dibandingkan bandwagoning. Balance of Threat dari Walt menjadi refleksi lahirnya sebuah pertanyaan, apakah hanya terdapat dua pilihan bagi sebuah negara khususnya small state ketika dihadapkan sumber ancaman besar dari luar. Ataukah dengan mengamati kompleksitas sistem internasional saat ini, ketika terdapat sumber ancaman besar bagi sebuah negara terdapat pilihan lain. Pilihan lain itu yakni dapat lebih menguntungkan bagi negara yang terancam dan lebih menjaga stabilitas sistem internasional dibandingkan memilih salah satu dari dua konsep teori Balance Of Threat. 19 Baca, Ya’qub Farid, 2012, Respon Rusia Terhadap Rencana Penempatan Pertahanan AS di Cheko dan Polandia, Malang: HI UMM, p. 10 16

1.5.2.2. Small State

Dinamisasi perkembangan dan kemajuan dunia internasional sampai sekarang telah mengisahkan tiga kategori bentuk negara jika dilihat dalam power tangible dan intangible. Ketiga kategori tersebut, diantaranya: 1 Negara besar Great State; 3 Negara Sedang Middle State 2 Negara kecil Small State. Dalam konteks ini, small state menjadi spesialisasi dan akan dideskripsikan. Penemuan konseptualisasi small state mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, yang artinya bagaimana memaknai sebuah negara sehingga dikatakan sebagai small state. Dalam pengkategorisasian sebuah negara sebagai small state dalam dunia internasional, syarat-syarat pengklasifikasian sangat diperlukan dan dipenuhi negara terkait sehingga dikatakan sebagai the class of small states. Pada 1970-an, terdapat perkembangan literatur pada konseptualisasi small state walaupun perkembangan negara kecil memberikan dorongan dengan tawaran adanya politik baru setelah perang dunia dua. Pertanyaan utama dalam diskursus akademik adalah apa itu negara kecil?. Dalam mendeskripsikan negara kecil tidak hanya membutuhkan satu faktor untuk mendapatkan penjelasan yang akurat. Oleh karena itu, kategorisasi negara sebagai negara kecil dapat ditinjau dari keterbatasan wilayah teritorial, sedikitnya jumlah penduduk, Kapasitas produksi kecil sebagai keterangan dari Gross National Product GNP, kapasitas dan kemampuan militer kecil. 20 20 Lihat, Bilverr Singh, 1999, The Vulnerability of Small State Revisited: A Study Of Singapore’s Post-Cold War Foreign Policy, Yogyakarta: UGM, Hal., 1-2. 17 Beberapa poin syarat pengkategorisasian negara sebagai small state di atas memberikan gambaran secara utuh bahwa negara-negara di dunia pastinya masih ada yang memenuhi semua poin yang dimaksud. Syarat-syarat tersebut yang diyakini berpengaruh besar pada prilaku atau pola yang dibangun sebuah negara kecil dalam konstelasi sistem internasional dan pemenuhan kebutuhan domestik. Kedua, negara yang dianggap sebagai negara kecil juga mempengaruhi seperti apa perilaku negara besar terhadapnya. Oleh karena itu, perlu kiranya mengetahui seperti apa prilaku small state ketika dibenturkan pada sumber ancaman dan disisi lain kepentingan dan atau kebutuhan pada waktu yang sama. Dalam konteks ini, Timor Leste telah memenuhi syarat-syarat sebagai sebagai small state menjadi objek penelitian dan melihat prilaku dan respon small state ketika dihadapkan pada sumber ancaman. Timor Leste sebagai small state, seperti apa prilakunya dalam dunia internasional dalam merespon pembangunan pangkalan militer AS di Darwin. Hal tersebut relevan menjadi objek penelitian dalam melihat dan menjelaskan prilaku ataukah respon sebuah negara kecil ketika dihadapkan pada ancaman besar dari eksternal. Hal tersebut menjadi instrumen untuk membuktikan, apakah hanya balancing ataukah bandwagoning menjadi pilihan bagi negara yang mendapat ancaman dari luar. Berdasarkan Source Of Threat Stephen M. Waltz, dapat dibuat pola dengan menghubungkan PPM AS di Darwin Sebagai Sumber ancaman bagi Timor Leste sebagai small state, sebagai berikut: