Latar Belakang RESPON TIMOR LESTE TERHADAP PEMBANGUNAN PANGKALAN MILITER AMERIKA SERIKAT DI DARWIN (Analisis Perilaku Small State Terhadap Sumber Ancaman Great Powers)

2 negara sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi serta agresifitas 3 dan perluasan pengaruh China di kawasan. Skala prioritas dari rasionalitas AS meningkatkan kapasitas pertahanannya di Asia Pasifik melalui penempatan pasukan dan peralatan militernya di Darwin adalah agresifitas dan semakin besarnya pengaruh China di kawasan. Artinya, AS bertujuan menyeimbangi kekuatan dan pengaruh China di kawasan demi terciptanya melahirkan dan menjaga kesimbangan dalam struktur sistem regional. 4 Evolusi kerjasama militer AS dan Australia yang bertujuan melakukan penyeimbangan kekuatan Balance of Power dengan China atas nama perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan di regional, akan tetapi melahirkan implikasi lain yakni sumber ancaman baru source of new threat terhadap beberapa negara di Pasifik. Kehadiran AS di Darwin adalah sebuah ancaman militer yang beskala besar dan kuat telah melahirkan respon yang berbeda-beda dari beberapa negara kawasan yaitu respon positif, respon negatif dan respon ambivalen peluang dan tantangan. Misalnya, Filipina representasi respon positif, China representasi respon negatif dan Indonesia representasi ambivalen. 5 Dalam konteks penelitian ini, salah satu negara yang diasumsikan mendapat sumber acaman dari PPM AS di Darwin adalah Republik Demokratik Timor 3 Agresifitas China dapat dilihat dari prilakunya di Laut China Selatan dengan empat negara ASEAN Filipina, Malaysia, Brunai Darussalam dan Vietnam beserta Taiwan, sedangkan di Laut China Timor yakni China versus Jepang. 4 Baca, White Defence Australian, 2013, p. 7. 5 Baca, Rina Oktavia, Respon China,Indonesia dan Filipina Terhadap Keberadaan Pangkalan Militer Amerika Serikat di Darwin, Australia Tahun 2011 2012. Dalam, “ journal.unair.ac.idartic le_4696_media131_category131.html ”. Diakses pada 30 April 2014 3 Leste RDTL 6 . Timor Leste ialah negara muda di Asia Pasifik dan masuk ke dalam kategorisasi negara kecil small states. Timor Leste baru merdeka dan berdaulat penuh baik secara de facto maupun de jure pada 20 Mei 2002 dari PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa. Timor Leste tergolong negara termuda di Asia Pasifik yang baru berumur lebih dari 12 tahun., terhitung dari 20 Mei 2002 sampai 2014 sekarang ini. Sebagai negara muda, Timor Leste dihadapkan pada dinamika yang seringkali dialami oleh setiap negara. Pada2006 telah terjadi konflik internal yang berdampak sistemik pada stabilitas ekonomi, kemiskinan, pengangguran dan telah sampai pada penembakan Ramos Horta dan Xanana Gusmao yang dilakukan oleh Mayor Alfredo pada 2008. Konflik internal yang terjadi pada 2006-2008 mengundang intervensi asing untuk membantu menstabilkan keamanan nasional Timor Leste. Selain itu, Timor Leste sampai saat ini masih sangat membutuhkan bantuan luar negeri states, Organization Internasional and Non-Goverment Organization untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan dalam negeri di berbagai sektor. Problematika yang dihadapi Timor Leste memperkuat dirinya masuk ke dalam kelas negara-negara kecil class of small states. Negara dapat dikatakan sebagai small state, setidaknya memenuhi empat syarat yakni luas territorial kedaulatan, jumlah penduduk, kapasitas produksi serta kapasitas dan kemampuan 6 Republik Demokratik Timor Leste sebelum mendapat pengakuan dari United Nation atau masih masuk bagian dari NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia di kenal dengan istilah Timor Timur. Timor Leste menjadi istilah familiar saat ini, artinya jika menyebutkan Republik Demokratik Timor Leste, seringkali atau pada umumnya menggunakan istilah Timor Leste. 4 pertahanan. 7 Keempat aspek tersebut juga diyakini Hans J. Margenthau seorang pemikir realis klasik sebagai bagian penentu sumber kekuatan nasional source of national power masih jauh dimiliki dan dikuasai Timor Leste. Artinya, luas wilayah Timor Leste terbatas dan letak geografis Timor Leste di kawasan Asia Pasifik strategis dalam menopang jalur pelayaran internasional serta memiliki sumber daya alam minyak dan gas melimpah belum dimaksimalkan sebagaimana mestinya. Sedangkan jumlah penduduk sedikit, rendahnya kapasitas produksi serta kapasitas dan kemampuan militer yang dimilikinya masih kecil dan lemah. Beberapa sumber kekuatan nasional sebuah negara, masih jauh di bawah rata-rata yang dimiliki Timor Leste dibandingkan sebagian besar negara di Asia Pasifik. Kondisi Timor Leste sebagai negara muda yang rentan akan konflik internal dan intervensi asing, tidak mengherankan lagi ketika bermunculan pertanyaan tentang sebuah kemandirian dan kapabilitas negara. Mandiri dan mampu menjaga stabilitas keamanan dalam negeri dan terhindar dari ancaman luar securityan deffence serta memenuhi kebutuhan primer dan sekunder bagi masyarakatnya. Problematika dan kondisi Timor Leste menjadi variabel kuat bahwa keberadaan PPM AS di Darwin dengan skala kapasitas kekuatan yang besar menjadi sumber ancaman terbesar pula terhadap kedaulatan dan independensi politik Timor Leste. Ditinjau dari aspek kapasitas kekuatan, AS memiliki kapasitas kekuatan super power dunia yang belum tertandingi sampai saat ini. Sedangkan dari tinjauan aspek geografis, Timor Leste merupakan negara Asia Pasifik yang secara 7 Lihat, Bilverr Singh, 1999, The Vulnerability of Small State Revisited: A Study Of Singapore’s Post-Cold War Foreign Policy, Yogyakarta: UGM, Hal., 1-2. 5 geografis paling dekat dengan Darwin. Jarak antara Darwin dan Timor Leste hanya berjarak 500 mil. 8 Kekuatan yang berskala besar aggregate power serta jarak yang begitu dekat geographic proximity secara otomatis akan melahirkan asumsi ekstrim bahwa keberadaan AS di Darwin, menjadi sumber ancaman terbesar bagi national security Timur Leste. Apalagi Australia sebagai tempat PPM AS mengalami perselisihan panjang dengan Timor Leste di Timor Gap. Selain itu, pengaruh China di Timor Leste sangat kuat, sedangkan keberadaan China sendiri yang semakin kuat di kawasan merupakan salah satu kausal terpenting AS kembali memperkuat kekuatan di Asia Pasifik. Oleh karena itu, keberadaan kekuatan militer AS di Darwin perlu direspon oleh Timor Leste. Respon sebuah negara ketika dihadapkan pada sebuah sumber ancaman dalam pemikiran Stephen M. Waltz tentang konsepsi Balance of Threat, negara cenderung memilih jika bukan balancing maka bandwagoning. Dalam konteks ini, apakah Timor Leste memilih balancing yang artinya Timor Leste akan beraliansi dengan kekuatan besar lainnya di kawasan Asia Pasifik yakni China untuk melawan sumber ancaman, atau Timor Leste memilih bandwagoning yang artinya Timor Leste akan beraliansi dengan sumber ancaman. Akan tetapi ketika melihat relasi Timor Leste terhadap dua kekuatan di Asia Pasifik yang saling kontradiktif, Timor Leste memilih bekerjasama dengan dua kekuatan tersebut. 8 Baca, Dyah Estu K, 2012, “Problem dan Prospek Hubungan Indonesia-Australia Pasca Referendum Timor Timur”, Yogyakarta: Leutikaprio, p. 52. 6 Dalam rangka memperjelas pilihan Timor Leste maka perlu melakukan analisis mendalam tentang posisi Timor Leste di antara dua kekuatan terbesar yang saling bertolak belakang di kawasan Asia Pasifik. Untuk itu, memperjelas intensitas hubungan Timor Leste dengan sumber ancaman AS-Australia dan Timor Leste dengan rival sumber ancaman China sangat signifikan. Hal tersebut dilakukan guna memaksimalkan mengetahui dan memahami posisi Timor Leste sebagai small state dalam mempertegas respon Timor Leste terhadap PPM AS di Darwin.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas melahirkan sebuah rumusan masalah yang menjadi instrumen pencarian rasionalitas relevansi fenomena yang diangkat peneliti, yaitu Bagaimana Respon Timor Leste Sebagai Small State Terhadap Pembangunan Pangkalan Militer AS Di Darwin?

1.3 Tujuan Penelitian

Manifestasi dari makna redaksional di rumusan masalah menjadi tujuan penelitian, yang mana tujuannya adalah untuk mengetahui respon small state terhadap sumber ancaman great powers dengan mengambil kasus respon Timor Leste terhadap PPM AS di Darwin yang secara geografis merupakan negara Asia Pasifik paling dekat dengan Darwin geographic proximity.

1.4 Mamfaat Penelitian

1.4.1 Mamfaat Teoritis

Out Put penelitian ini yaitu nantinya dapat bermampaat bagi para akademisi dan ilmuwan Ilmu Hubungan Internasional dalam mengamati dan menjelaskan 7 perilaku small state ketika dibenturkan dengan sumber ancaman besar Source of Great Threat dari eksternal.

1.4.2 Mamfaat Praktis

Hadirnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refleksi bagi decision maker sebuah negara untuk menentukan prilaku dalam sistem internasional demi memenuhi national security semaksimal mungkin.

1.5 Kerangka Penelitian

1.5.1 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pengetahuan peneliti terkait dengan fenomena yang diteliti dan didalami dalam tulisan ini, sampai saat ini belum ada satupun ilmuawan atau akademisi ilmu Hubungan Internasional meneliti apalagi melahirkan tulisan tentang penomena yang akan diteliti. Hal tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi peneliti menghasilkan tulisan baru yang ilmiah. Dalam rangka membawa dan memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian, maka perlu sebuah tulisan yang muatan model, sifat dan atau bentuk-nya mendekati fenomena yang diangkat dalam tulisan ini sebagai penelitian terdahulu. Terdapat tiga tulisan yang dianggap peneliti relevan sebagai penelitian terdahulu, diantaranya: Pertama, tulisan dari Rina Oktavia yang berjudul “Respon China, Indonesia dan Filipina Terhadap Keberadaan Pangkalan Militer Amerika Serikat di Darwin, Australia Tahun 2011-2012 ”. 9 Tulisan ini menyoroti respon tiga negara kawasan Asia-Pasifik terhadap keberadaan pangkalan militer Amerika 9 Baca, Rina Oktavia, Respon China,Indonesia dan Filipina Terhadap Keberadaan Pangkalan Militer Amerika Serikat di Darwin, Australia Tahun 2011-2012. Dalam, “ journal.unair.ac.idarticle_4696_media131_category131.html ”. Diakses pada 30 April 2014